Diplomasi Publik: Pengaruh K-Pop dalam Hubungan Antarnegara

Grevanny Js Sinlae
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Konten dari Pengguna
5 Oktober 2023 14:28 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Grevanny Js Sinlae tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyanyi grup pria Korea, BTS, hadiri Konferensi Pemuda Strategis (Youth Strategy Conference) di markas besar PBB saat Sidang Umum PBB ke-73 di New York, AS, Senin (24/9/2018). Foto: REUTERS / Caitlin Ochs
zoom-in-whitePerbesar
Penyanyi grup pria Korea, BTS, hadiri Konferensi Pemuda Strategis (Youth Strategy Conference) di markas besar PBB saat Sidang Umum PBB ke-73 di New York, AS, Senin (24/9/2018). Foto: REUTERS / Caitlin Ochs
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
K-Pop atau Korean Pop adalah bagian dari Korean Wave atau yang dikenal juga dengan tersebarnya budaya Korea Selatan. K-Pop berkaitan dengan jenis musik Pop, dan K-Pop sendiri biasanya identik dengan boyband maupun girlband yang memiliki visualisasi menarik, konsep yang unik dan musik yang mudah diterima oleh para pendengar di berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
K-Pop memiliki sejarah yang cukup panjang, bermula dari munculnya boygroup bernama "Seo Taiji and Boys" pada tahun 1992 yang menjadi penanda dari lahirnya K-Pop. Seiring berjalannya waktu akhirnya K-Pop pun terkenal di berbagai belahan dunia dan menjadi fenomena yang disukai bahkan ditunggu-tunggu kehadirannya.
Saat ini boyband dan girlband Korea seperti; BTS, BlackPink, NCT, New Jeans dan masih banyak grup idol lainnya yang begitu menarik perhatian publik di seluruh belahan dunia. Bukan hanya boyband atau girlband, bahkan soloist, actors dan actris-nya pun ikut menjadi sorotan publik karena ciri khas dan budaya yang mereka bawa.
Dari fenomena yang ada kerja sama antar negara perlahan mulai terbentuk karena pengaruh dari sekelompok idol Korea ini. Fenomena yang ada mungkin terlihat sepele, namun tanpa sadar Korean Wave benar-benar sudah menjadi suatu fenomena yang berhasil menarik perhatian publik.
ADVERTISEMENT
Pengaruh dari K-Pop sangatlah luar biasa, hingga banyak negara yang akhirnya melakukan diplomasi dengan Korea Selatan. Negara-negara yang sudah mempunyai relasi dengan Korea Selatan pun memperkuat hubungan diplomasinya dengan Korea Selatan. Di antaranya adalah Amerika Serikat, Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan masih banyak lagi.
Bahkan salah satu boyband asal Korea Selatan (BTS) berhasil mendapatkan bagian spesial sebagai utusan khusus Presiden untuk generasi muda dan budaya di sidang PBB pada tahun 2021 silam. Hal ini dapat terjadi karena BTS memiliki popularitas yang tidak dapat disangkal oleh berbagai pihak dan akhirnya menjadi wajah dari Korea Selatan. Dari fakta yang ada bisa dilihat bahwa K-Pop memiliki pengaruh yang luar biasa.
Kita juga bisa melihat bahwa Korea Selatan menggunakan konsep soft power yang diperkenalkan oleh Joseph Nye pada tahun 1980-an. Soft power sendiri berasal dari tiga sumber utama, yaitu nilai-nilai politik, budaya dan kebijakan luar negeri. Soft power dapat digunakan untuk mencapai tujuan luar negeri seperti meningkatkan kerja sama internasional, mempromosikan perdamaian, stabilitas dan memperkuat hubungan diplomatik. Soft power yang dimiliki ini berhasil diolah dengan baik oleh Korea Selatan dan menjadi senjata pamungkas yang tidak dapat ditangkis oleh negara-negara lain, hingga pada akhirnya menghasilkan 'Diplomasi Publik' yang menyebar ke seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Diplomasi publik adalah komunikasi pemerintah dengan publik yang berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan dan mempengaruhi publik di luar negeri. Nah, 'Diplomasi Publik' ini tentu memicu banyak keuntungan bagi Korea Selatan, karena mereka menggerakkan publik di berbagai dunia melalui budaya mereka, bagaikan sebuah trik sulap, Korea Selatan menghipnotis publik dengan budaya mereka yang dibungkus semenarik mungkin.
Banyak negara yang akhirnya mau bekerja sama dengan Korea Selatan dan tentunya hal ini membuka banyak peluang serta keuntungan bagi Korea Selatan dari berbagai sisi karena soft power dan diplomasi publik yang telah dilakukan Korea Selatan. Bahkan tanpa adanya kerja sama dengan negara tertentu, Korea Selatan sudah memiliki powernya sendiri karena keunggulan dari K-Pop ini. Namun di luar terbukanya berbagai jalan diplomasi antar negara dan keuntungan politik perlu dilihat juga bahwa pengaruh K-Pop ini dapat menghasilkan perpecahan antar negara pula.
ADVERTISEMENT
Diplomasi publik besar-besaran yang dilakukan ini sebenarnya bukan menyerang pada negara namun masyarakat dari negara tersebut. Seperti yang kita ketahui sudah banyak kasus pertikaian di media sosial karena masalah K-Pop ini, padahal bisa dibilang permasalahan K-Pop bukanlah suatu hal yang harus dibesar-besarkan dan membuat publik saling menyakiti satu dengan yang lainnya.
Saya mengambil contoh sederhana yang paling dekat dengan kita adalah para pemuda pemudi Gen-Z di Indonesia yang pada akhirnya saling mencemooh karena permasalahan K-Pop. Hal seperti apa sih yang terjadi hingga membuat pemuda pemudi negara kita ini malah saling menjatuhkan karena K-Pop yang merupakan produk Korea Selatan?
Sejumlah penggemar membawa poster saat menyaksikan penyanyi KPOP Red Velvet dalam acara Allobank Festival di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (21/5/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Pertama terkait isu Jennie BlackPink yang dibilang malas dan tidak niat dalam konser konser yang dilakukan oleh BlackPink, publik beramai-ramai saling menyerang dengan sumpah serapah di media sosial. Bahkan tak segan para fans dari BlackPink mencari tau informasi dari para pengkritik dan menyerang habis habisan pengkritik tersebut, padahal jika ditelaah kritikan tersebut sebenarnya bisa menjadi hal baik bagi idol namun mengapa publik begitu menggebu-gebu dan bertikai karena masalah ini?
ADVERTISEMENT
Berikutnya ada pula pertikaian para fans dari grup idol yang berbeda karena merasa idol mereka yang terbaik dari grup idol lainnya. Bahkan fans dari grup idol yang sama pun bisa bertikai karena member dari grup itu. Publik tidak segan menjatuhkan mental para idol yang dirasa tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
Permasalahan lainnya seperti, publik yang merasa tidak terima dengan hal-hal personal terkait idol mereka atau bahkan mereka rela bertikai dan berkelahi demi memperjuangkan nama idol mereka? Hal ini tentu bukan hanya terjadi di Indonesia saja, namun di seluruh belahan dunia pun akan memperjuangkan hak boyband dan girlband kesukaan mereka. Bukan hal yang salah dalam menyukai K-Pop namun perlu dilihat bagaimana kita dapat kritis dalam menerima suatu fenomena yang ada.
ADVERTISEMENT
Konflik antar masyarakat yang dianggap terjadi karena masalah sepele, seperti menghina, menjelekkan K-Pop atau seperti beberapa contoh di atas sebenarnya merupakan hal luar biasa jika kita lihat menggunakan kacamata politik. Mengapa luar biasa? Karena dari fenomena yang sudah terjadi terbukti bahwa Korea Selatan berhasil melakukan diplomasi publik dan menunjukkan soft power-nya. Publik diombang-ambingkan oleh budaya dari Korea Selatan, bahkan publik menjadi agresif terhadap beberapa kelompok yang tidak setuju atau kurang suka dengan budaya dari Korea Selatan. Tanggapan publik tentu di luar kendali dari negara negara yang ada, di sinilah terlihat bagaimana Korea Selatan memainkan soft power-nya.
Benar adanya bahwa K-Pop menjadi jalan terbukanya hubungan diplomasi antar negara negara dengan Korea Selatan karena pengaruh dari K-Pop begitu luar biasa. Berbagai keuntungan tentunya didapatkan oleh Korea Selatan, dari segi ekonomi dan pertahanan bahkan suara publik pun didapatkan oleh Korea Selatan, citra mereka pun berhasil dibangun melalui budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Negara-negara yang menjalin kerja sama dengan Korea Selatan tentu mendapatkan berbagai keuntungan juga, seperti; pendidikan, ekonomi, teknologi, atau bahkan menjadikan Korea Selatan sebagai wadah untuk negara negara yang bekerja sama mempromosikan produk dari negara mereka.
Segala bentuk keuntungan dan kerugian tentu ada dalam setiap proses diplomasi, entah itu baik atau buruk bagi para aktor negara. Oleh karena itu menjalankan diplomasi dengan suatu negara tentulah diperlukan riset yang mendalam apakah dari kerja sama yang ada menghasilkan keuntungan ataukah malah membawa kerugian bagi kita. Namun tentunya politik tak semudah itu, karena terdapat berbagai pertimbangan bukan hanya dari segi keuntungan atau kerugian. Hubungan diplomasi antar negara adalah bentuk investasi negara untuk masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT