Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Mirsya Budiarsi Menjadi Bagian dalam Asian Para Games 2018
19 Desember 2018 13:16 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
Tulisan dari Groovy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Photo Credit: Dokumentasi Pribadi Mirsya Budiarsi.
Ajang perhelatan olahraga akbar di Indonesia, Asian Para Games 2018 ,telah usai. Perhelatan tersebut sukses membuat masyarakat berdecak kagum akan prestasi para atlet dan semangat pantang menyerah yang mereka tunjukkan. Kesuksesan ajang olahraga terbesar di Asia bagi atlet difabel tersebut juga didukung oleh berbagai pihak. Mulai dari panitia, sponsor, hingga volunteer.
ADVERTISEMENT
Bicara soal bagaimana cerita panitia dalam mengemas acara tersebut, berikut pengalaman Mirsya Budiarsi selaku Direktur Divisi Marketing Look & Feel Indonesia Asian Para Games Organizing Commitee (INAPGOC). Seperti apa cerita dan pengalamannya? Simak ulasannya di bawah ini.
Jaring Generasi Millenial untuk Jadi Volunteer
Asian Para Games 2018 tidak hanya menjadi ajang bagi para atlet difabel untuk unjuk kemampuan. Ajang ini juga diharapkan mampu mengangkat nama Indonesia melalui perhelatan olahraga akbar serta menjadikan Indonesia sebagai negara yang ramah bagi para difabel. Namun, selain hal-hal tersebut, ada yang tak kalah pentingnya. Salah satunya adalah membangun solidaritas antar sesama, terutama bagi para generasi millenial.
Sebagai acara besar Asian Para Games 2018 membutuhkan tenaga dan dukungan dari berbagai pihak. Termasuk keberadaan para relawan, setidaknya dibutuhkan sekitar 8.000 orang relawan untuk mensukseskan acara ini. Langkah untuk menjaring relawan atau volunteer pun dilakukan dengan cara yang cukup unik. Seperti dengan menggelar seleksi di setiap acara yang mencakup beragam kalangan. Mulai dari masyarakat luas, mahasiswa, pelajar dan siapa saja yang ingin berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Mirsya Budiarsi bersama tim membuka booth untuk menyeleksi para relawan atau volunteer tersebut di ajang pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) DI JIExpo, Kemayoran, Jakarta pada 19-29 April 2018. Menurut Mirsya, dalam wawancaranya dengan Tribunnews, ajang IIMS 2018 tersebut adalah momen yang paling tepat dalam menjaring kaum millenial yang produktif untuk menjadi relawan atau volunteer dalam perhelatan Asian Para Games 2018. Selain dengan membuka booth di berbagai acara strategis, Mirsya juga menyebutkan jika panitia membuka pendaftaran melalui website.
Setelah melalui proses penjaringan, nantinya para relawan atau volunteer ini akan dibekali bagaimana cara mendampingi para atlet. Pasalnya, kebutuhan para atlet berbeda-beda seperti ada atlet untuk cabang olahraga tuna rungu, tuna netra, tuna daksa dan sebagainya. Mirsya dan tim berharap jika pembukaan relawan atau volunteer ini mampu meningkatkan rasa solidaritas antar sesama. Hal ini pun terbukti pada perhelatan Asian Para Games 2018 yang berjalan dengan baik dan sukses pada Oktober lalu.
ADVERTISEMENT
Bikin Theme Song yang Mampu Bangkitkan Semangat
Lagu atau theme song dalam sebuah perhelatan akbar menjadi hal yang penting. Terutama dalam olahraga, karena dianggap mampu memberikan atmosfir yang menghidupkan suasana. Contohnya saja dalam ajang Piala Dunia, kamu tentu sudah sering mendengar lagu-lagu menggugah semangat seperti lagu-lagu Ricky Martin dalam Piala Dunia 1998, atau lagu berjudul ‘Waka-Waka’ yang sukses jadi lagu Piala Dunia 2010 lalu dan berhasil mengangkat nama Afrika Selatan di mata dunia.
Hal yang sama juga terjadi dalam gelaran Asian Para Games 2018 beberapa waktu lalu. Ada beberapa theme song yang digunakan, setelah Indonesia Asian Para Games Organizing Commitee (INAPGOC) meluncurkan lagu berjudul ‘Song of Victory’, tidak lama berselang diluncurkan lagu lainnya. Lagu tersebut diberi judul ‘Sang Juara’ yang dinyanyikan oleh penyanyi cilik bernama Adyla Rafa Naura Ayu dan Allafta Hidzi Sodiq.
ADVERTISEMENT
Mirsya Budiarsi yang dalam ajang ini menjabat sebagai Direktur Divisi Marketing Look & Feel menambahkan jika theme song Asian Para Games 2018 memiliki banyak genre. Lagu-lagu tersebut ada enam yang resmi dengan tema yang berbeda-beda. Meski begitu, pesan yang disampaikan adalah sama, yaitu tentang rasa kebersamaan, sportivitas, dan semangat pantang menyerah.
Mirsya juga ingin jika lagu-lagu theme song ini mampu menyentuh masyarakat di semua segmen. Lagu yang menjadi andalan selain ‘Song of Victory’ adalah ‘Dream High’. Semua lagu tersebut juga melibatkan disabilitas. Lagu ‘Sang Juara’ ditampilkan dan dinyanyikan untuk pertama kalinya pada Parade Momo di Monas pada Minggu 23 September 2018 lalu.
Kerennya lagi, lagu-lagu yang menjadi theme song di Asian Para Games ini juga terdapat cover resmi Bahasa Korea. Mirsya Budiarsi pun berujar jika nantinya ada kegiatan seru lainnya terkait lagu-lagu tersebut. Beberapa contohnya adalah ada Song of Victory Challenge, mulai dari kompetisi menyanyi, menari, hingga beatbox. Tidak ada batasan untuk berkreasi menurut Mirsya dan pihak panitia pun lebih terbuka terkait hal tersebut, bahkan selain hal di atas juga bisa dilakukan dengan nge-DJ.
ADVERTISEMENT
Lewat cara ini, Mirsya Budiarsi bersama timnya berusaha memasyarakatkan theme song Asian Para Games 2018 tersebut ke berbagai kalangan. Mulai orang dewasa, generasi millenial, hingga anak-anak bisa menikmatinya. Apalagi liriknya yang easy listening dan pesan-pesan yang disampaikan dalam lagu begitu mendalam dan penuh dengan pesan-pesan moral.
Branding dengan Cara Unik dan Menarik
Sosok Mirsya Budiarsi memang sudah tidak asing dengan urusan branding sebuah produk hingga kegiatan bergengsi. Dalam Asian Para Games 2018 lalu, banyak cara yang unik sekaligus yang dia lakukan bersama tim di Look & Feel Indonesia Asian Para Games Organizing Commitee (INAPGOC). Pada perhelatan ajang olahraga bergengsi tersebut, Mirsya Budiarsi didaulat sebagai Direktur Divisi Marketing Look & Feel. Maka dari itu, dirinya berusaha memutar otak bagaimana caranya agar event tersebut berjalan lancar dan sukses dengan antusiasme penonton yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Bukan Mirsya Budiarsi namanya jika tidak sukses melakukan branding. Di ajang Para Games ini, dirinya bersama tim lebih memilih menggunakan konsep poster 3D agar memberikan tampilan yang nyata bagi siapa saja yang melihatnya. Dalam wawancaranya dengan Kumparan, Mirsya Budiarsi juga mengaku ditantang untuk lebih kreatif menciptakan sesuatu yang unik. Mengingat anggaran yang digelontorkan sedikit, kemudian muncul ide membuat seni 3D trick art beautification. Hal ini nampak berbeda dengan poster saat Asian Games 2018 sebelumnya. Di ajang Asian Games 2018 lalu, poster yang dipajang masih menggunakan teknik 2D. Meski sama-sama menarik, poster 3D dinilai lebih mengena di hati masyarakat dan terlihat unik.
Contohnya saja poster atlet panahan, panahnya terlihat seolah menembus tiang flyover di berbagai jalan yang ada di sudut ibu kota Jakarta. Selain itu juga di kawasan Antasari, Jakarta Selatan, ada poster serupa yang menampilkan sosok Agus Fitriadi seorang atlet tenis kursi roda. Sedangkan di pusat kota Jakarta ada poster 3D atlet angkat berat, Ni Nengah Widiasih dengan pose ‘mengangkat’ flyover di Semanggi
ADVERTISEMENT
Tema yang coba diangkat oleh panitia Asian Para Games 2018 ini adalah ‘Manusia Hebat’. Meski memiliki kekurangan secara fisik, atlet para games juga tak kalah mempesona dan mampu memikat penonton dengan kemampuan mereka. Para atlet tersebut juga menjadi inspirator bagi sesama untuk terus bersemangat mengukir prestasi dalam keterbatasan. Aksi mereka bisa dilihat saat mereka berjuang dengan gigih di lapangan saat menghadapi lawan. Terutama untuk olahraga-olahraga yang mungkin membutuhkan fisik prima, seperti basket dan tenis. Para atlet difabel ini pun mampu melewati setiap tantangan yang mereka hadapi apapun hasilnya. Namun, yang menjadi prioritas adalah semangat sportif. Itulah yang ditonjolkan dalam gelaran kali Asian Para Games 2018.
Branding menarik lainnya adalah dengan membuat balon raksasa berbentuk maskot Asian Para Games 2018 yang diberi nama Momo, sosok elang hitam. Bahkan melalui cara ini, Mirsya Budiarsi dalam wawancaranya bersama Kumparan, mengatakan jika dirinya dan tim yang terlibat mendapatkan pujian dari Presiden Asian Paralympic Commitee (APC). Bagi Mirsya dan tim, kunci dari kesuksesan dalam ajang olahraga bergengsi ini adalah bagaimana membuat sesuatu yang kreatif dan out of the box.
ADVERTISEMENT