Konten dari Pengguna

Bank(rut), Sistem Fiat

Grup GRL
We are Family Business company who has mandatory agenda for our family wealth sustainability. We serve for Think Tank, Training and Fedback for Financial Wealth Growth and preservation. #danapensiun #penasehatkekayaan
24 September 2024 9:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-menempatkan-koin-di-celengan-1602726/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-menempatkan-koin-di-celengan-1602726/
ADVERTISEMENT
Kebangkrutan bank dalam sistem fiat adalah fenomena yang tidak hanya berulang kali terjadi dalam sejarah, tetapi juga merupakan salah satu kelemahan struktural dalam sistem perbankan modern. Bank, sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyalur dana masyarakat dan penggerak perekonomian, berada di tengah sistem fiat yang bergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap mata uang dan stabilitas ekonomi. Namun, karena bank dalam sistem fiat bekerja dengan prinsip leverage (penggunaan utang untuk memperbesar modal), likuiditas yang terbatas, dan eksposur terhadap risiko pasar, kebangkrutan bank menjadi suatu ancaman yang nyata dan sering kali memicu krisis keuangan yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Sistem Fiat dan Fungsi Bank
Untuk memahami kebangkrutan bank dalam sistem fiat, penting untuk memahami terlebih dahulu bagaimana bank bekerja dalam konteks sistem ini. Dalam sistem fiat, uang tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas atau perak, tetapi oleh kepercayaan terhadap pemerintah dan kebijakan moneter bank sentral. Bank, pada gilirannya, berperan sebagai perantara yang mengambil simpanan dari masyarakat dan meminjamkannya kembali dalam bentuk kredit kepada perusahaan, pemerintah, dan individu. Bank menghasilkan keuntungan melalui selisih antara bunga yang mereka bayarkan kepada deposan dan bunga yang mereka kenakan kepada peminjam, sebuah konsep yang dikenal sebagai "spread."
Namun, karena bank hanya menyimpan sebagian kecil dari simpanan dalam bentuk cadangan tunai (dikenal sebagai fractional reserve banking), mereka sangat bergantung pada aliran dana masuk dan keluar. Jika deposan menarik dana mereka secara besar-besaran, bank dapat kehabisan likuiditas dan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pembayaran mereka. Inilah yang dikenal sebagai "bank run," di mana kepercayaan masyarakat terhadap bank menurun dan mereka berbondong-bondong menarik simpanan mereka, memicu kebangkrutan bank tersebut.
ADVERTISEMENT
Risiko Sistemik dalam Sistem Fiat
Sistem perbankan fiat rentan terhadap risiko-risiko sistemik yang dapat memicu kebangkrutan bank. Salah satu risiko utama adalah risiko likuiditas. Karena bank hanya menyimpan sebagian kecil cadangan dari total simpanan masyarakat, mereka bergantung pada pinjaman jangka pendek untuk membiayai pinjaman jangka panjang. Ketika kondisi ekonomi memburuk atau ada ketidakpastian di pasar keuangan, bank dapat mengalami kesulitan untuk memperoleh likuiditas yang mereka butuhkan, dan jika mereka gagal memperoleh dana, hal ini bisa menyebabkan kebangkrutan.
Selain itu, bank dalam sistem fiat sangat rentan terhadap fluktuasi suku bunga. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman bagi bank juga meningkat, sementara aset mereka—seperti kredit yang mereka berikan kepada debitur—mungkin tidak menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi kenaikan biaya tersebut. Ketidakcocokan antara kewajiban jangka pendek dan aset jangka panjang ini, yang dikenal sebagai risiko suku bunga, dapat merusak neraca keuangan bank dan pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan.
ADVERTISEMENT
Faktor lainnya adalah eksposur bank terhadap risiko kredit. Bank dalam sistem fiat sering kali memberikan pinjaman dengan risiko yang cukup tinggi, terutama ketika mereka berusaha meningkatkan profitabilitas melalui leverage yang tinggi. Ketika ekonomi tumbuh, strategi ini mungkin berhasil, tetapi saat resesi melanda atau terjadi penurunan ekonomi, banyak peminjam yang tidak mampu melunasi utangnya, sehingga mengakibatkan lonjakan kredit macet. Beban kredit macet ini bisa menjadi terlalu besar untuk ditanggung oleh bank, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan keuangan.
Contoh Kebangkrutan Bank dalam Sistem Fiat
Dalam sejarah, telah terjadi berbagai kebangkrutan bank yang menjadi bukti kelemahan struktural dari sistem fiat. Salah satu contoh yang paling signifikan adalah krisis perbankan tahun 2008, yang dipicu oleh kebangkrutan Lehman Brothers, sebuah bank investasi besar di Amerika Serikat. Lehman Brothers terlibat dalam investasi yang sangat berisiko, terutama dalam pasar hipotek subprime (pinjaman hipotek kepada debitur dengan risiko tinggi). Ketika pasar perumahan AS mengalami kejatuhan, Lehman Brothers tidak dapat menutupi kerugian besar mereka dan akhirnya bangkrut. Kebangkrutan ini memicu kepanikan global di pasar keuangan dan menyebabkan krisis perbankan yang meluas, di mana banyak bank lain yang juga terlibat dalam investasi berisiko mengalami kerugian besar atau kebangkrutan.
ADVERTISEMENT
Krisis perbankan tahun 2008 memperlihatkan bagaimana eksposur terhadap risiko kredit yang berlebihan, kurangnya likuiditas, dan penggunaan leverage yang tinggi dapat meruntuhkan bank dalam sistem fiat. Selain itu, peristiwa ini juga menunjukkan bagaimana kebangkrutan satu bank besar dapat memicu efek domino yang memengaruhi stabilitas keuangan global. Ini karena dalam sistem perbankan modern, bank sangat terhubung satu sama lain melalui pinjaman antar bank, derivatif keuangan, dan pasar modal. Ketika satu bank besar gagal, hal itu sering kali menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap seluruh sistem, yang pada gilirannya mendorong penarikan dana besar-besaran dan krisis likuiditas di bank-bank lainnya.
Selain krisis tahun 2008, krisis perbankan di negara-negara berkembang juga menjadi bukti lain dari kerentanan sistem fiat. Misalnya, selama krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an, banyak bank di Indonesia, Thailand, dan Korea Selatan mengalami kebangkrutan karena ketidakmampuan mereka untuk membayar utang luar negeri. Saat nilai tukar mata uang domestik merosot tajam, bank-bank ini mendapati diri mereka terjebak dengan beban utang yang semakin besar, sementara nilai aset mereka jatuh. Akibatnya, banyak bank yang bangkrut dan memerlukan intervensi pemerintah untuk menyelamatkan sistem keuangan.
ADVERTISEMENT
Peran Pemerintah dan Bank Sentral dalam Menghadapi Kebangkrutan Bank
Ketika sebuah bank mengalami kebangkrutan dalam sistem fiat, pemerintah dan bank sentral sering kali harus campur tangan untuk mencegah keruntuhan sistemik yang lebih besar. Salah satu bentuk intervensi yang paling umum adalah bailout, di mana pemerintah menyuntikkan dana ke dalam bank yang bangkrut untuk mencegah kegagalannya berdampak negatif pada perekonomian. Meskipun bailout dapat menyelamatkan bank dari kebangkrutan, langkah ini sering kali kontroversial karena melibatkan penggunaan dana publik untuk menyelamatkan institusi keuangan yang gagal karena pengelolaan yang buruk atau pengambilan risiko yang berlebihan.
Selain bailout, bank sentral juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sistem perbankan melalui kebijakan moneter. Ketika bank mengalami krisis likuiditas, bank sentral sering kali bertindak sebagai "lender of last resort" (pemberi pinjaman terakhir) dengan menyediakan likuiditas darurat kepada bank yang membutuhkan. Misalnya, selama krisis keuangan 2008, Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya memberikan pinjaman besar-besaran kepada bank-bank yang mengalami kesulitan untuk memastikan bahwa mereka tetap memiliki likuiditas yang cukup.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun intervensi pemerintah dan bank sentral dapat mencegah kehancuran total sistem keuangan, langkah-langkah ini sering kali hanya merupakan solusi sementara. Masalah mendasar dalam sistem fiat, seperti risiko likuiditas, leverage yang tinggi, dan ketergantungan pada pencetakan uang, tetap ada, sehingga kebangkrutan bank terus menjadi ancaman yang selalu mengintai.
Kesimpulan
Kebangkrutan bank dalam sistem fiat adalah ancaman yang nyata dan sering kali tak terhindarkan karena sifat dasar dari sistem perbankan modern yang bergantung pada leverage, likuiditas terbatas, dan eksposur terhadap risiko pasar. Meskipun pemerintah dan bank sentral sering kali dapat mencegah kehancuran total melalui bailout dan intervensi kebijakan moneter, kelemahan struktural dalam sistem fiat tetap ada, yang berarti bahwa kebangkrutan bank akan terus menjadi bagian dari dinamika ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin kompleksnya pasar keuangan dan meningkatnya ketergantungan pada kredit dan leverage, risiko kebangkrutan bank dalam sistem fiat mungkin akan terus meningkat. Ini menuntut kewaspadaan dari regulator dan pelaku pasar untuk mencegah krisis yang lebih besar dan melindungi stabilitas sistem keuangan global. Namun, selagi sistem fiat terus beroperasi dengan prinsip-prinsip yang ada saat ini, kebangkrutan bank kemungkinan akan tetap menjadi salah satu risiko yang paling sulit untuk dihilangkan.
GRL Capital adalah lembaga riset, Thing tank dan pelatihan yang fokus pada pengembangan kekayaan Insitusi. Dan pendidikan Moneter dalam praktik praktik baik.