Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inflasi Dalam Sistem Fiat
24 September 2024 8:42 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Inflasi dalam sistem keuangan fiat bukan hanya fenomena ekonomi yang umum terjadi, tetapi merupakan sebuah kepastian yang inheren dalam struktur dan mekanisme sistem tersebut. Mata uang fiat, yang nilainya tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas atau perak, melainkan oleh kepercayaan pada pemerintah atau bank sentral yang menerbitkannya, memiliki kecenderungan alami untuk mengalami depresiasi dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor fundamental yang ada dalam sistem fiat, seperti pencetakan uang yang tidak terbatas, kebijakan moneter yang longgar, dan kontrol yang terpusat oleh institusi keuangan negara.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami mengapa inflasi adalah sebuah kepastian dalam sistem fiat, kita perlu melihat bagaimana sistem ini bekerja. Dalam ekonomi modern, sebagian besar negara menggunakan mata uang fiat sebagai alat tukar resmi. Ini berarti bahwa uang kertas atau uang digital yang kita gunakan tidak memiliki nilai intrinsik yang didasarkan pada aset fisik, melainkan didukung oleh otoritas pemerintah yang berwenang dan kebijakan bank sentral. Sebagai perbandingan, sistem keuangan yang menggunakan standar emas atau perak sebelumnya memiliki keterbatasan dalam jumlah uang yang bisa beredar, karena uang tersebut harus didukung oleh cadangan emas atau perak. Dalam sistem fiat, tidak ada keterbatasan fisik semacam itu, sehingga pemerintah memiliki kemampuan untuk mencetak uang sesuai kebutuhannya.
Kebijakan pencetakan uang yang tidak terbatas ini adalah salah satu alasan utama mengapa inflasi menjadi tak terelakkan. Ketika pemerintah atau bank sentral mencetak uang baru untuk mendanai pengeluaran, seperti pembayaran utang atau program-program ekonomi, mereka menambah jumlah uang beredar dalam perekonomian. Jumlah uang yang beredar ini, yang sering disebut dengan istilah "money supply," secara langsung memengaruhi harga barang dan jasa. Jika jumlah uang meningkat tanpa peningkatan yang setara dalam produksi barang dan jasa, maka harga-harga akan naik karena nilai mata uang relatif menurun. Proses ini menyebabkan inflasi, di mana daya beli mata uang menurun dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah dan bank sentral sering kali menggunakan kebijakan moneter ekspansif untuk merangsang perekonomian. Kebijakan ini biasanya dilakukan dengan menurunkan suku bunga dan meningkatkan pasokan uang melalui program-program seperti quantitative easing (pelonggaran kuantitatif). Meskipun langkah-langkah ini mungkin membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, pada akhirnya mereka menambah tekanan inflasi karena mereka meningkatkan jumlah uang yang beredar. Dengan lebih banyak uang di tangan konsumen dan perusahaan, permintaan terhadap barang dan jasa meningkat, sementara penawaran mungkin tidak bertambah dengan kecepatan yang sama. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ini kemudian mendorong kenaikan harga.
Kecenderungan inflasi juga diperburuk oleh fakta bahwa pemerintah sering kali menghadapi tekanan politik dan sosial untuk terus meningkatkan pengeluaran publik. Dalam banyak kasus, pemerintah tidak ingin mengurangi pengeluaran karena hal tersebut dapat memicu ketidakpuasan di masyarakat atau memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, mereka sering memilih untuk membiayai pengeluaran dengan cara yang paling mudah, yaitu dengan mencetak lebih banyak uang. Namun, cara ini menyebabkan inflasi karena peningkatan jumlah uang dalam perekonomian tidak selalu diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi yang sesuai.
ADVERTISEMENT
Contoh yang sering kali dikutip dalam diskusi tentang inflasi dan sistem fiat adalah kebijakan Federal Reserve Amerika Serikat, terutama selama krisis keuangan 2008 dan pandemi COVID-19 pada 2020. Dalam kedua situasi tersebut, Federal Reserve mengadopsi kebijakan moneter yang sangat longgar, termasuk program quantitative easing yang besar-besaran. Sementara kebijakan ini mungkin berhasil mencegah kejatuhan ekonomi dalam jangka pendek, dampak jangka panjangnya adalah peningkatan inflasi, karena jumlah uang yang beredar bertambah secara signifikan tanpa disertai dengan peningkatan produksi yang sebanding. Inflasi yang meningkat ini menyebabkan harga-harga naik, dan daya beli dolar menurun dari waktu ke waktu.
Inflasi yang terstruktur dalam sistem fiat juga diperparah oleh fakta bahwa suku bunga rendah dan program stimulus moneter mendorong perilaku spekulatif di pasar keuangan. Ketika suku bunga rendah, orang dan perusahaan cenderung lebih berani meminjam uang untuk berinvestasi dalam aset seperti saham, obligasi, atau properti. Peningkatan permintaan terhadap aset-aset ini kemudian menyebabkan harga aset naik, menciptakan fenomena yang dikenal sebagai "asset inflation." Meskipun ini mungkin tidak terlihat seperti inflasi yang umum dirasakan dalam harga barang-barang sehari-hari, "asset inflation" memiliki dampak yang luas terhadap ketidakadilan ekonomi dan ketimpangan kekayaan. Individu atau institusi yang memiliki akses ke aset-aset ini melihat kekayaan mereka bertambah, sementara mereka yang tidak memiliki akses atau modal tertinggal, memperparah jurang ketimpangan sosial.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam sistem fiat, inflasi juga didorong oleh devaluasi mata uang yang disengaja oleh pemerintah atau bank sentral. Beberapa negara secara sengaja menurunkan nilai tukar mata uang mereka untuk meningkatkan daya saing ekspor. Ketika mata uang melemah, produk-produk negara tersebut menjadi lebih murah di pasar internasional, sehingga mendorong ekspor. Namun, tindakan ini juga membuat barang-barang impor lebih mahal bagi konsumen domestik, yang pada gilirannya menyebabkan inflasi. Selain itu, devaluasi mata uang sering kali diikuti oleh hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang tersebut, yang menyebabkan depresiasi lebih lanjut dan memicu lingkaran setan inflasi.
Kepastian inflasi dalam sistem fiat juga dapat dilihat dalam konteks sejarah. Banyak contoh dari berbagai negara menunjukkan bagaimana sistem fiat berulang kali menyebabkan inflasi yang parah, bahkan hiperinflasi. Misalnya, pada akhir abad ke-20, Zimbabwe mengalami hiperinflasi yang ekstrem setelah pemerintah mencetak uang secara besar-besaran untuk membiayai defisit anggaran. Akibatnya, harga-harga melonjak dan mata uang Zimbabwe kehilangan nilainya hampir sepenuhnya, menyebabkan krisis ekonomi yang parah. Kasus serupa terjadi di Venezuela pada tahun 2010-an, di mana kebijakan moneter yang tidak terkontrol menyebabkan inflasi yang luar biasa tinggi, menghancurkan ekonomi dan mengakibatkan krisis kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Meskipun contoh-contoh seperti Zimbabwe dan Venezuela adalah contoh ekstrem dari inflasi dalam sistem fiat, mereka mengilustrasikan bagaimana ketergantungan pada pencetakan uang untuk membiayai pengeluaran negara akan selalu menyebabkan inflasi dalam jangka panjang. Bahkan di negara-negara dengan sistem ekonomi yang lebih stabil, seperti Amerika Serikat atau negara-negara Eropa, inflasi tetap menjadi risiko yang konstan karena mekanisme pencetakan uang yang tidak terkontrol.
Satu hal yang sering diabaikan adalah bahwa inflasi dalam sistem fiat bukan hanya merugikan ekonomi secara makro, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Ketika harga barang dan jasa naik, daya beli masyarakat menurun. Gaji yang tetap tidak dapat mengejar laju inflasi, menyebabkan penurunan standar hidup. Mereka yang memiliki kekayaan dalam bentuk aset seperti properti atau saham mungkin dapat melindungi diri dari dampak inflasi, tetapi masyarakat dengan pendapatan tetap dan tanpa akses ke investasi sering kali paling terdampak. Inflasi secara perlahan mengikis tabungan masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada pendapatan tetap seperti pensiunan, yang nilainya tergerus oleh naiknya biaya hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam kesimpulannya, inflasi adalah sebuah kepastian dalam sistem fiat karena sifat dasar dari mekanisme pencetakan uang yang tidak terbatas, kebijakan moneter yang longgar, dan kontrol terpusat oleh pemerintah atau bank sentral. Sementara kebijakan-kebijakan ini mungkin memberikan solusi jangka pendek untuk masalah ekonomi, dampak jangka panjangnya hampir selalu berupa peningkatan harga dan penurunan daya beli. Karena itulah, inflasi dalam sistem fiat tidak dapat dihindari, dan akan terus menjadi risiko yang harus dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia yang bergantung pada mata uang fiat.