Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Wajib Miskin Oleh Sistem Fiat
18 Oktober 2024 14:56 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem fiat, yang didasarkan pada penggunaan uang yang nilainya ditentukan oleh pemerintah dan tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas, telah menjadi standar ekonomi global selama beberapa dekade. Sistem ini memungkinkan bank sentral untuk mencetak uang sesuai kebutuhan dan mengatur kebijakan moneter guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan menstabilkan pasar keuangan. Namun, sistem fiat juga mengandung elemen-elemen yang dapat secara tidak langsung memaksa masyarakat menjadi miskin.
ADVERTISEMENT
Melalui kebijakan moneter yang agresif, inflasi yang tidak terkendali, utang yang terus bertambah, dan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya ekonomi, sistem fiat dapat menciptakan kondisi di mana rakyat terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Dalam narasi ini, kita akan membahas berbagai aspek bagaimana sistem fiat cenderung memaksa banyak orang untuk hidup dalam kemiskinan, bahkan ketika ekonomi secara keseluruhan tampak tumbuh.
1. Inflasi dan Erosi Daya Beli
Salah satu ciri khas dari sistem fiat adalah inflasi, yaitu kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi secara terus-menerus. Karena uang fiat tidak memiliki nilai intrinsik dan dapat dicetak oleh bank sentral kapan saja, sering kali terjadi peningkatan jumlah uang beredar yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi riil. Hal ini menyebabkan inflasi, yang secara perlahan tetapi pasti menggerus daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Inflasi terutama merugikan mereka yang berpenghasilan tetap dan tidak memiliki aset atau investasi yang nilainya dapat mengimbangi kenaikan harga. Misalnya, para pekerja yang mengandalkan gaji bulanan akan merasakan penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, perumahan, dan pendidikan, karena harga-harga terus naik sementara pendapatan mereka stagnan. Secara tidak langsung, inflasi memaksa masyarakat untuk hidup dengan standar yang lebih rendah atau bahkan jatuh ke dalam kemiskinan, terutama bagi kelompok yang paling rentan.
2. Kebijakan Moneter yang Menguntungkan Kelompok Tertentu
Kebijakan moneter dalam sistem fiat sering kali cenderung menguntungkan kelompok tertentu, terutama mereka yang memiliki akses lebih mudah terhadap modal dan sumber daya. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga untuk merangsang ekonomi, orang-orang kaya dan perusahaan besar dapat meminjam uang dengan biaya rendah untuk berinvestasi dalam aset seperti saham atau properti, yang kemudian nilainya akan meningkat seiring dengan kebijakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, masyarakat umum yang tidak memiliki akses ke pasar keuangan atau aset berharga hanya akan merasakan dampaknya dalam bentuk inflasi. Suku bunga rendah juga dapat menyebabkan peningkatan harga properti, yang membuat semakin sulit bagi rakyat biasa untuk membeli rumah. Dengan kata lain, kebijakan moneter yang seharusnya menstabilkan ekonomi justru dapat memperparah ketimpangan ekonomi, di mana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terjebak dalam kemiskinan.
3. Utang yang Terus Bertambah dan Beban Pajak
Sistem fiat memungkinkan pemerintah untuk berutang dengan mudah karena mereka dapat mencetak uang untuk membiayai defisit anggaran. Namun, utang pemerintah yang terus bertambah pada akhirnya akan dibayar oleh rakyat melalui peningkatan pajak dan pengurangan anggaran untuk layanan publik. Ketika pemerintah harus membayar bunga utang yang semakin besar, mereka sering kali mengambil langkah-langkah fiskal seperti menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pajak penghasilan, atau pajak lainnya yang langsung membebani rakyat.
ADVERTISEMENT
Peningkatan pajak ini dapat semakin memperburuk kondisi masyarakat berpenghasilan rendah, yang sudah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan demikian, sistem fiat secara tidak langsung memaksa rakyat untuk menanggung beban utang yang terus bertambah, yang mengarah pada penurunan kualitas hidup dan potensi peningkatan angka kemiskinan.
4. Devaluasi Mata Uang dan Pengurangan Nilai Tabungan
Salah satu masalah utama dalam sistem fiat adalah devaluasi mata uang, yang terjadi ketika bank sentral mencetak lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi atau menstabilkan pasar. Ketika suplai uang meningkat melebihi pertumbuhan ekonomi riil, nilai mata uang akan menurun, yang berarti bahwa uang yang dimiliki masyarakat akan kehilangan daya belinya.
Bagi mereka yang mengandalkan tabungan sebagai sarana untuk menjaga nilai kekayaan, devaluasi ini sangat merugikan. Uang yang disimpan di bank mungkin tidak dapat mengimbangi kenaikan harga barang dan jasa, sehingga secara riil, nilai tabungan tersebut menurun. Dengan kata lain, masyarakat dipaksa untuk melihat kekayaan mereka tergerus oleh kebijakan moneter yang tidak berpihak pada kepentingan mereka. Hal ini terutama berdampak pada kelompok rentan seperti pensiunan atau mereka yang tidak memiliki investasi dalam bentuk aset yang nilainya lebih tahan terhadap inflasi.
ADVERTISEMENT
5. Ketidakstabilan Ekonomi dan Ketergantungan pada Kebijakan Pemerintah
Dalam sistem fiat, stabilitas ekonomi sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dan bank sentral. Namun, kebijakan ini sering kali didasarkan pada prioritas jangka pendek atau kepentingan politik, yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi jangka panjang. Misalnya, kebijakan moneter yang terlalu agresif atau kebijakan fiskal yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan resesi, hiperinflasi, atau bahkan krisis ekonomi.
Dalam situasi ketidakstabilan ekonomi, kelompok yang paling terkena dampaknya adalah masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki jaringan pengaman atau cadangan dana untuk menghadapi situasi krisis. Ketika ekonomi mengalami kontraksi atau ketidakpastian meningkat, banyak orang kehilangan pekerjaan, pendapatan berkurang, dan tingkat kemiskinan meningkat. Ketergantungan pada kebijakan yang ditentukan oleh segelintir otoritas pusat menempatkan rakyat dalam posisi yang rentan, di mana mereka menjadi korban dari ketidakpastian dan risiko yang ada dalam sistem fiat.
ADVERTISEMENT
6. Eksploitasi Melalui Utang Konsumen
Sistem fiat sering kali mendorong masyarakat untuk hidup dengan utang, baik itu melalui kartu kredit, pinjaman pribadi, atau hipotek. Dengan suku bunga yang rendah dan akses mudah ke kredit, banyak orang tergoda untuk meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau gaya hidup mereka. Namun, utang ini dapat menjadi jebakan yang sulit dilepaskan, terutama jika terjadi kenaikan suku bunga atau situasi ekonomi memburuk.
Utang yang menumpuk dapat mengakibatkan beban keuangan yang besar, terutama bagi mereka yang penghasilannya tidak mencukupi untuk membayar kembali utang tersebut. Akhirnya, masyarakat dipaksa untuk hidup dalam kemiskinan relatif, karena sebagian besar pendapatan mereka habis untuk membayar bunga dan cicilan utang. Ketergantungan pada utang konsumtif ini dapat menciptakan lingkaran setan kemiskinan yang sulit dipatahkan.
ADVERTISEMENT
7. Keterbatasan Pilihan untuk Melindungi Diri
Karena sistem fiat merupakan standar global, masyarakat tidak memiliki banyak pilihan selain mengikuti arus dan beradaptasi dengan kebijakan moneter yang diterapkan. Pilihan untuk melindungi diri dari dampak negatif inflasi dan devaluasi mata uang terbatas pada aset seperti emas, properti, atau mata uang kripto. Namun, tidak semua orang memiliki akses atau pengetahuan yang cukup untuk berinvestasi dalam instrumen ini.
Bagi mereka yang tidak memiliki alternatif untuk melindungi kekayaan mereka, dampak dari kebijakan moneter fiat akan dirasakan langsung. Dengan demikian, sistem ini secara tidak langsung memaksa sebagian besar masyarakat untuk tetap berada dalam kondisi ekonomi yang rentan dan sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
8. Mengapa Sistem Fiat Memaksa Masyarakat Menjadi Miskin?
ADVERTISEMENT
Sistem fiat didesain untuk memungkinkan fleksibilitas dalam pengelolaan ekonomi, tetapi sering kali kebijakan yang diambil lebih menguntungkan pemerintah dan kelompok elit ekonomi daripada rakyat biasa. Dari inflasi yang menggerus daya beli, kebijakan moneter yang tidak adil, hingga eksploitasi melalui utang, sistem ini secara tidak langsung menciptakan kondisi di mana masyarakat dipaksa untuk hidup dengan beban keuangan yang semakin berat.
Untuk mengurangi eksploitasi dalam sistem fiat, diperlukan kebijakan yang lebih berpihak pada masyarakat, seperti peningkatan transparansi kebijakan moneter, pengurangan ketergantungan pada utang, dan akses yang lebih baik terhadap instrumen keuangan yang dapat melindungi nilai kekayaan. Dengan pendekatan yang lebih adil, sistem keuangan bisa didesain untuk benar-benar mendukung kesejahteraan masyarakat luas, bukan hanya segelintir orang yang beruntung.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Sistem fiat, meskipun menawarkan fleksibilitas dalam kebijakan ekonomi, memiliki elemen-elemen yang secara tidak langsung memaksa masyarakat untuk hidup dalam kemiskinan. Kebijakan moneter yang tidak merata manfaatnya, inflasi yang menggerus daya beli, serta ketidakadilan dalam distribusi sumber daya ekonomi menjadi faktor utama yang membuat banyak orang terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Dibutuhkan reformasi struktural dalam kebijakan keuangan dan moneter untuk memastikan bahwa sistem ini dapat mendukung kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya kelompok tertentu.