Konten dari Pengguna

Riuh Ramah Demokrasi dari Jauh: Mahasiswa Indonesia Pilih Presiden di Belanda

Rosaldi Rusan
Saya adalah relawan yang pernah mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.
13 Februari 2024 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rosaldi Rusan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
WNI mengantre untuk ikut pemilu di KBRI Paris, Perancis, Sabtu (13/4/2019).
zoom-in-whitePerbesar
WNI mengantre untuk ikut pemilu di KBRI Paris, Perancis, Sabtu (13/4/2019).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Riuh Ramah Demokrasi dari Jauh: Mahasiswa Indonesia Pilih Presiden di Belanda
ADVERTISEMENT
Delft, Belanda - Hari Sabtu kemarin, 10 Februari 2024, menjadi momen spesial bagi Anita, mahasiswa semester satu jurusan Ekonomi di Universitas Delft. Bukan hanya karena libur akhir pekan, tapi karena ia untuk pertama kalinya menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Presiden 2024, meski jauh dari tanah air.
Anita, mahasiswi semester satu jurusan Ekonomi di Universitas Delft, baru sekitar 6 bulan tinggal di Belanda. Namun, semangatnya untuk berpartisipasi dalam demokrasi Indonesia tak pudar meski berada jauh dari tanah air.
Dengan langkah penuh antusias, Anita memasuki gedung KBRI Den Haag tempat Pemilihan Umum Luar Negeri (PPLN) diselenggarakan. Suasana di sana terasa hangat dan penuh keakraban. Ratusan warga Indonesia dari berbagai usia dan latar belakang berkumpul, melepaskan rindu akan kampung halaman sejenak sambil berdiskusi mengenai kandidat dan visi mereka.
ADVERTISEMENT
"Senang banget bisa nyoblos walaupun jauh dari Indonesia," ujar Anita, matanya berbinar. "Rasanya kayak ikut berkontribusi langsung menentukan masa depan negara kita."
Mengatasi Jarak dengan Semangat
Anita menceritakan proses pendaftarannya yang cukup mudah melalui website KPU. Ia juga terbantu dengan sosialisasi aktif yang dilakukan PPI Belanda dan KBRI Den Haag. Meski sempat sedikit bingung dengan perbedaan sistem pemilihan dari pemilihan di Indonesia, Anita dibantu oleh petugas PPLN yang ramah dan informatif.
"Prosesnya terbilang lancar," kata Anita. "Petugasnya juga helpful banget, jadi nggak bingung sama sekali pas nyoblos."
Harapan dari Negeri Kincir Angin
Setelah memasukkan surat suara ke dalam kotak, Anita mengungkapkan harapannya untuk Indonesia ke depan. Sebagai mahasiswa ekonomi, ia berharap pemimpin yang terpilih dapat fokus pada pemulihan ekonomi pasca pandemi, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap Indonesia bisa menjadi negara yang lebih maju, adil, dan sejahtera," ujar Anita dengan nada penuh harap. "Semoga pemimpin yang terpilih bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik."
Lebih dari Sekedar Memilih
Pemilihan Presiden di Belanda bukan hanya sekadar proses memilih pemimpin, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan pelepas rindu bagi para WNI yang berada jauh dari tanah air. Obrolan hangat, tawa bersama, dan saling berbagi pengalaman menjadi momen yang tak terlupakan bagi Anita dan para peserta PPLN lainnya.
"Selain nyoblos, ini juga jadi kesempatan buat ketemu teman-teman Indonesia yang lain," ujar Anita. "Kita bisa ngobrol tentang Indonesia, saling cerita pengalaman, dan ngerasa nggak sendirian meskipun jauh dari rumah."
ADVERTISEMENT
Pesan untuk Generasi Muda
Sebagai penutup, Anita mengajak generasi muda Indonesia, terutama yang berada di luar negeri, untuk tidak golput. Ia menekankan bahwa suara mereka sangat penting untuk menentukan masa depan bangsa.
"Jangan biarkan jarak menghalangi kita untuk berpartisipasi dalam demokrasi," pesan Anita. "Gunakan hak pilih kalian, karena masa depan Indonesia ada di tangan kita semua."
Dengan semangat Anita dan para peserta PPLN lainnya, suara demokrasi Indonesia pun berkumandang hingga ke negeri kincir angin, menepis batas jarak dan menyatukan hati untuk masa depan yang lebih baik.