Konten dari Pengguna

Pentingkah Menanamkan Budaya Anti-Korupsi Pada Siswa?

Sa'ad Ihya' Uddin
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya
1 Februari 2025 3:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sa'ad Ihya' Uddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Domino Kecil Berhenti (https://pixabay.com/id/photos/domino-kecil-berhenti-korupsi-665547/).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Domino Kecil Berhenti (https://pixabay.com/id/photos/domino-kecil-berhenti-korupsi-665547/).
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui terlebih dahulu bahwasannya korupsi adalah sebuah masalah yang merusak dan merugikan bagi masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, menanamkan prinsip-prinsip anti-korupsi sejak dini pada anak-anak dan generasi muda sangatlah penting dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang berkarakter baik dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara memulai?
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memulai menanamkan prinsip anti-korupsi pada diri siswa.
Pertama, memberikan contoh yang baik. Pertama-tama, guru dan orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka harus menunjukkan integritas dan tidak melakukan tindakan korupsi dalam bentuk apapun. Dengan memberikan contoh yang baik, anak-anak akan belajar bahwa korupsi adalah tindakan yang salah dan harus dihindari.
Kedua, memberikan pengajaran tentang korupsi. Pengajaran tentang korupsi dapat diberikan di dalam kelas, baik melalui pelajaran moral atau melalui pelajaran sejarah. Guru dapat memberikan contoh kasus korupsi yang terjadi di masyarakat atau pemerintahan, sehingga siswa dapat memahami dampak yang ditimbulkan akibat tindakan korupsi.
ADVERTISEMENT
Ketiga, mendorong partisipasi aktif siswa dalam kegiatan sosial. Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti kegiatan amal, aksi sosial atau program relawan dapat membantu mereka memahami arti penting dari bertindak dengan integritas dan membantu masyarakat. Dengan menjadi bagian dari kegiatan sosial, siswa dapat mempelajari nilai-nilai kejujuran, keadilan dan solidaritas.
Keempat, mendorong partisipasi aktif siswa dalam kegiatan sosial. Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti kegiatan amal, aksi sosial atau program relawan dapat membantu mereka memahami arti penting dari bertindak dengan integritas dan membantu masyarakat. Dengan menjadi bagian dari kegiatan sosial, siswa dapat mempelajari nilai-nilai kejujuran, keadilan dan solidaritas.
Kelima, menggunakan teknologi. Teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk menanamkan prinsip antikorupsi pada siswa. Misalnya, menggunakan video animasi, game interaktif atau media online yang menarik untuk mengajarkan nilai-nilai integritas dan anti-korupsi. Dengan menggunakan teknologi yang menarik, siswa dapat lebih tertarik dan termotivasi untuk mempelajari prinsip anti-korupsi.
ADVERTISEMENT
Melalui lima cara di atas, kita dapat menanamkan prinsip anti-korupsi ke dalam diri siswa secara efektifdan tentunya lebih mudah diimplementasikan di era modern. Hal ini akan membantu siswa memahami pentingnya integritas dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya menjadi generasi muda yang bertanggung jawab dan berkarakter baik.
Pendidikan anti korupsi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mensosialisasikan budaya anti korupsi kepada seluruh masyarakat. Pendidikan anti-korupsi juga salah satu langkah dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Hal itu dapat dimulai dengan mensosialisasikannya kepada masyarakat sipil, pejabat, aparatur sipil negara, pegawai swasta, kepala sekolah, guru, siswa dan lainnya lewat dunia pendidikan dan media massa.
Pendidikan antikorupsi berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai budaya antikorupsi kepada masyarakat hingga menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Ranah kognitif, yaitu upaya memberikan wawasan dan pengetahuan tentang korupsi dan dampaknya yang begitu masif bagi kehidupan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ranah afektif, yaitu memunculkan moral dan integritas dari masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai budaya antikorupsi agar memiliki watak, karakter, dan sikap antikorupsi yang mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ranah psikomotorik, yaitu kesadaran moral untuk dapat bertindak dan melawan praktik korupsi di sekitar lingkungannya.
Apa yang terjadi jika pendidikan Anti-Korupsi membudaya?
Jika pendidikan anti-korupsi telah membudaya di sekolah maka kepala sekolah, guru, dan siswa dapat menjadi agent untuk memberantas dan mencegah perilaku korupsi yang terjadi di lingkungannya. Dan bila telah membudaya dilakukan terutama melalui media massa, maka masyarakat secara kolektif akan jadi agent dalam mengawasi dan memberantas korupsi di Indonesia. Kemudian saat budaya anti-korupsi mampu tersosialisasi pada masyarakat dengan baik, maka masyarakat dapat berperan dalam memberantas korupsi di negeri ini. Hal ini juga dapat dilihat bagaimana kasus korupsi yang terjadi beberapa bulan belakangan.
ADVERTISEMENT
Sehingga begitu penting penanaman prinsip anti korupsi sedini mungkin. Bukan hanya sekedar memberantas namun juga meminimalisir terjadinya tindak korupsi.