Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
FPI dan Kelompok Oposisi Yang Semakin Kehilangan Arah
31 Desember 2020 14:12 WIB
Tulisan dari Gufron Gozali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta, 30 desember 2020 pemeintah melalui Menteri Koordinator Politik Hukum dan Ham yakni Mahfud MD secara resmi membubarkan FPI, ini didasarkan pada tindakan FPI yang melakukan tindakan melawan hukum seperti sweeping dan provokasi.
ADVERTISEMENT
FPI juga dianggap mendukung kelompok teroris ISIS, ini dibuktikan oleh Mahfud MD melalui sebuah vidio. Bukti ini dianggap cukup untuk membuat FPI dibubarkan. FPI mengikuti jejak organisasi Islam lainnya seperti HTI yang lebih dulu dibubarkan oleh pemerintah.
Sebelumnya pada tanggal 23 desemebr Presiden Jokowi melantik 6 menteri baru salah satunya Sandiaga Uno yang menepati posisi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf. Ini bukan hal yang terlalu mengejutkan publik mengingat sebelumnya pada tahun 2019 Presiden Jokowi menunjuk Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahan. Padahal Prabowo merupakan lawan Jokowi dalam pemilihan presiden.
Sandiaga Uno beralasan bahwa bergabungnya dirinya ke pemerintah sebagai cara agar dapat menyelamatkan Indonesia . Seperti diketahi bahwa pada keadaan saat ini semua pihak harus bisa berdamai dan bersatu agar dapat mengatasi permasalah ini.
ADVERTISEMENT
Bergabungnya Sandi ke pemerintahan akan semakin memperlemah kekuatan oposisi khususnya kelompok Islam seperti FPI. Prabowo dan Sandi yang seharusnya menjadi tameng bagi FPI dalam memberikan kritikan kepada pemerintah malah menjadi bagian dari pemerintah. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2019 lalu FPI secara mati-matian mendukung pasangan Prabowo-Sandi dalam pemilihan presiden walaupun pada akhirnya kalah. Prabowo bahkan mendukung kepulangan Habib Rizieq.
Kekuatan oposisi saat ini sungguh mengkhawatirkan, di level parlemen kekuatan oposisi hanya berasal dari 3 partai yakni PKS, PAN dan Demokrat yang memiliki kekuatan kurang dari 40%. Hal ini berbanding terbalik dengan kekuatan pemerintah yang memiliki kekuatan lebih dari 60% yang berasal dari 6 partai.
Sikap FPI yang hampir selalu bersebrangan dengan pemerintah, serta kekuatannya yang sangat besar dalam memobilisasi massa membuat beberapa pihak merasa terancam atas kehadirannya. FPI memiliki pengaruh yang sangat kuat di perpolitik Indonesia, ini dibuktikan dalam kasus pelecehan agama yang dilakukan Ahok tahun 2016. FPI dapat mengumpulkan masa dalam jumlah jutaan untuk menggiring opini bahwa Ahok bersalah, dan membuat Ahok kalah dalam pemilukada Jakarta.
ADVERTISEMENT
Namun, posisi FPI saat ini semakin terpojok, upaya rekonsiliasi yang ditawarkan kepada pemerintah telah ditolak secara mentah-mentah oleh oleh Mahfud MD yang merupakan Menteri Hukum dan HAM. Selanjutnya pemimpin FPI yakni Habib Rizieq telah ditangkap, bahkan 6 anggota FPI terbunuh yang bermula dari acara kerumunan yang diadakan FPI di Petamburan. Selanjutnya bergabungnya Sandi ke pemerintahan, bahkan saat ini FPI telah resmi dibubarkan pemerintah. Ini membuktikan bahwa FPI tidak lagi memilki Bargaining Power atau daya tawar yang besar.
Kelompok oposisi Islam harus terus ada karena ini bagian dari demokrasi yang ada di Indonesia. Walaupun di satu sisi ada beberapa kegiatan FPI yang tidak disenanagi masyarakat namun kehadiran FPI adalah bukti bahwa demokrasi di Indonesia masih hidup.
ADVERTISEMENT
Kelompok Islam seharusnya mampu bersatu untuk mengontrol pemerintah agar kebijakan yang diambil dapat melalui proses Check and Balance di level masyarakat. Ini dapat dilakukan dengan cara menjadi tetap independen dan vokal memberikan kritik dan saran jika kebijakan yang diambil pemerintah tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat.