Konten dari Pengguna

Kebijakan Kontra Terorisme AS: Apakah Perlu Mencari Alternatif Kebijakan Baru?

Gufron Gozali
Mahasiswa Hubungan Internasional UII 2018
6 Januari 2021 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gufron Gozali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: BBC
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: BBC
Setelah peristiwa 9/11 Amerika merubah haluan kebijakan luar negerinya dalam menangai terorisme. Bush mendeklarasikan Global War On Terror kepada kelompok teroris Al-Qaeda serta pihak-pihak yang ikut membantunya.
ADVERTISEMENT
Ini membuat Amerika menerapkan prinsi preventif atau pencegahan dalam menangani terorisme. Prinsi ini menekankan bahwa segala ancaman yang akan datang di masa depan kepada Amerika harus dicegah bagaimana pun caranya. Ini diterapkan seperti dalam kasus Invansi Amerika ke Irak tahun 2003.
Kebijakan Global War On Terror yang dilakukan Bush dapat dikatakan gagal, kebijakan ini membuat kelompok teroris menjadi semakin banyak dibuktikan dengan adanya ISIS yang merupakan kelompok pecahan dari Al-Qaeda. Selanjutnya melahirkan perang yang tidak berkesudah di Irak, biaya yang sangat besar yang harus ditanggung masyarakat Amerika. Dan terakhir membuat Islamophobia semakin kuat.
Pada masa kepemimpinan Obama, Amerika mulah merubah haluan kebijakannya. Amerika melakukan pendekatan dengan negara-negara Islam karena pada masa bush hubungan Amerika dan negara-negara Islam sangat merenggang. Namun, kebijakan preventif Bush tetap dipertahankan oleh Obama dibuktikan dengan perang melawan ISIS di Suriah dan Irak. Serta membunuh Osama Bin Laden tanpa proses persidangan.
ADVERTISEMENT
Pada saat ini Trump yang menduduki kursi presiden Amerika masih menerapkan kebijakan preventif ini, pada awal tahun 2020 Amerika membunuh salah satu jendral penting bagi Iran yakni Qasem Soleimana karena dianggap akan menjadi ancama bagi Amerika dikemudia hari. Ini membuat hubungan antara Amerika dan Iran semakin memanas, bahkan hampir mengarah pada perang dunia ketiga. Ini semakin menunjukan bahwa kebijakan Global War On Terror hanya menekankan pada militerisasi bukan soft approch.
Trump mempersenjatai pihak Kurdi untuk melawan ISIS di Suriah namun efek sampingnya, beberapa pihak khususnya Turki menyatakan bahwa dalam beberapa tahun lagi pasukan Kurdi akan menjadi kelompok teroris yang akan mengancam timur tengah.
Tapi perlu di catat bahwa saat kepemimpinan Trump kekuatan ISIS semakin tertekan, ini dibuktikan dengan semakin menyempitnya wilayah kekuasaan serta berhasil membunuh pemimpin ISIS yakni Abu Bakar Al-Baghdadi.
ADVERTISEMENT
Biden yang menjadi presiden Amerika pada 20 Januari nanti dalam beberapa janji kampanyenya menyampaikan bahwa akan kembali memperkuat posisi Amerika di Timur Tengah. Dia menekankan selama ini Trump hanya meperburuk keadaan dan membuat hegemoni Amerika menjadi hilang.
Dan perlu diingat bahwa Biden yang merupakan mantan wakil presiden Amerika selama dua periode pada masa kepemimpinan Obama turut memiliki andil yang besar dalam menyusun kebijakan kontra terorisme Obama.
Berlawanan dengan kebijakan Trump yang ingin menarik pasukannya dari wilayah Suriah dan Irak karena perang melawan terorisme yang sangat merugikan Amerika, Biden bernitan mempertahankan sebagin pasukan Amerika di sana dalam rangka mempertahankan keadaan saat ini, karena jika Amerika menarik pasukannya maka kelompok teroris akan semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Dapat dimaknani bahwa biden nantinya akan tetap menerapkan prinsip preventif dalam melawan terorisme. Tentunya ini bukan merupakan pertanda yang baik mengingat dampak yang dihasilkan selama ini.
Amerika perlu melakukan perubahan kebijakan dalam menangani terorisme. Kebijakan preventif atau pencegahan harus dikurangi bahkan dihilangkan karena terbukti kebijakan ini hanya akan membuat keadaan semakin runyam.
Pendekatan yang lebih soft seperti yang dilakukan obama dengan cara menjalin kembali hubungan dengan negara-negara Islam dapat diterapkan kembali pada masa kepemimpinan Biden. Selanjutnya Biden bisa meniru kebijakan Trump untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah dan Irak untuk membuat kawasan timur tengah menjadi lebih stabil dan penanganan terorisme dapat dilakukan dalam bentuk memberikan bantuan teknis dan dana saja.
ADVERTISEMENT
Dan terakhir Amerika harus mengkaji ulang kebijakan untuk mendukung kelompok Kurdi dalam melawan ISIS, jangan sampai kelompok Kurdi benar-benar menjadi kelompok teroris yang kuat dikemudian hari. Karena hal ini pernah terjadi saat Amerika membantu kelompok Mujahudin dan Al-Qaeda saat perang Afganistan melawan Soviet, kelompok ini dikemudian hari berbalik melawan Amerika.
Memang benar tidak ada jaminan bahwa kebijakan ini akan benar-benar sukses dalam rangkan mengalahkan para teroris. Namun, kebijakan ini memberikan harapan baru serta manjadi bukti bahwa kebijakan preventif yang digunakan selama ini telah usang dan gagal.