Konten dari Pengguna

Kebijakan Luar Negeri Amerika terhadap Arab Saudi setelah Kemenangan Joe Biden

Gufron Gozali
Mahasiswa Hubungan Internasional UII 2018
18 Desember 2020 13:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gufron Gozali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber Foto: Kompas, Joe Biden saat kampanye nominasi presiden partai demokrat
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Kompas, Joe Biden saat kampanye nominasi presiden partai demokrat
Kepentingan Washington akan tetap sama di Timur Tengah siapapun Presiden dari Amerika Serikat, karena kebijakan Amerik Serikat didasarkan pada institusi serta kepentingan nasional bukan individunya. namun, masih ada ruang bagi Presiden untuk mengarahakan kepentingan dari Amerika dan pengaruhnya cukup signifikan.
ADVERTISEMENT
Hubungan Arab saudi dan Amerika telah dimulai sejak 1931, Amerika menganggap Arab Saudi sebagai negara yang mempunyai peran besar di dunia Islam, Timur Tengah, serta perminyakan dunia. Arab Saudi merupakan negara pembeli senjata Amerika terbesar di dunia dengan angka lebih dari 100 miliar dollar. Sedangkan Amerika merupakan mitra dagang terbesar nomor dua bagi Arab Saudi, bahkan Arab Saudi menjadi salah satu importir minyak terbesar bagi Amerika.
Dan pada saat ini dalam mendukung visi 2030 yang digagas Mohammad Bin Salman Arab Saudi melakukan kerjasama dengan berbagai negara pada tahun 2016, salah satunya dengan Amerika untuk melakukan diversivikasi ekonomi dan meningkatkan jumlah perdagangan serta investasi. Hubungan Amerika dan Arab Saudi semakin membaik dibuktikan dengan Arab Saudi sebagai negara pertama yang dikunjungi Trump sebagai presiden pada 2017.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam pemilihan presiden Amerika yang dihelat pada 3 November antara Donald Trump dan Joe Biden. Calon Presiden Joe Biden ingin mencoba menggeser atau merubah beberapa kebijakan luar negeri antara Amerika dan Arab Saudi, Biden berjanji akan meninjau kembali kebijakan luar negeri Amerika dengan Arab Saudi, dimulai dari kebijakan perminyakan, penjualan senjata, perang di Yaman bahkan masalah domestik Arab Saudi yakni kasus pelanggaran ham terhadap Khassogie. Kebijakan Obama yang sebelumnya ingin memindahkan fokus dari Timur-Tengah ke Asia bisa saja dipertahankan oleh Biden jika di terpilih.
Biden berjanji akan menghentikan dukungan Amerika terhadap Arab Saudi atas perang yang terjadi di Yaman. Dan berusaha mendorong sebuah dialog antara Iran dan Arab Saudi agar dapat menurunkan tensi di Timur Tengah. Namun faktanya pada saat menjadi wakil presiden pada periode Obama Biden mendukung Arab Saudi dengan menjual senjata kepada Arab Saudi yang jumlahnya sangat besar bahkan menyentuh angka miliaran dollar.
ADVERTISEMENT
Dalam permasalahan JCPOA atau Joint Comperhensive Plan of Actions, perlu diketahui bahwa kebijakan ini dibuat pada masa pemerintah Obama dan Biden dan diakhiri pada pemerintahan Trump. Pada tahun 2018 Trump mengakhiri perjanjian ini dan kebijakan ini disambut baik oleh Arab Saudi karena Iran akan diberikan sanksi ekonomi kembali dan membuat terganggunya stabilitas nasional Iran. Namun, jika Biden Terpilih dia akan berusaha untuk mengembalikan perjanjian ini dengan syarat Iran mematuhi kesepakatan tersebut.
Biden berusaha untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Jammal Kashogie, bahkan dia akan menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi jika kasus tersebut tidak terselesaikan dan akan terus memperjuangan hak asasi manusia di Arab Saudi. Ini berbanding terbalik dengan sikap Trump yang cenderung tidak perduli bahkan mendukung tindakan Muhammad Bin Salman.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang akan diterapkan Biden di Arab Saudi jika dia menang tentunya akan mengganggu visi 2030 Pangeran Muhammada Bin Salman yang ingin mereformasi sosial budaya dan ekonomi Arab Saudi dengan cara-cara yang tidak demokratis. Tapi semangat demokrasi dan hak asasi manusia biden tidak akan berpengaruh cukup besar bagi Arab Saudi ini dibuktikan pada kepemimpinan Obama dan Biden pada tahun 2008-2016 yang tetap mendukung kebijakan otoriter Raja Salman dan bahkan ikut melindungi Arab Saudi dari pengaruh Arab Spring. Dan mengingat Arab Saudi merupakan salah satu mitra perdagangan terbesar bagi Amerika tentunya kebijakan Amerika harus selaras dengan kepentingan Arab Saudi.
Jika Biden benar-benar ingin mengembalikan kebijakan JCPOA, ini akan mendorong bangkitnya Iran di kawasan karena hilangnya embargo ekonomi, dan pastinya Arab Saudi akan meresponnya dengan meningkatkan dukungannya dalam perang saudara di Yaman karena mereka semakin terancam atas pengaruh Iran. Dan sebaliknya Iran akan melakukan hal yang sama, serta yang terburuk ambisi Iran yang dimulai pada 1980an yang ingin mengekspor revolusi ke seluruh penjuru Timur Tengah akan benar-benar terwujud.
ADVERTISEMENT
Ini juka akan berpengaruh ke peperangan di Suriah, Iran merupakan pendukung rezim Assad dan merupakan musuh Saudi, dengan kembalinya JCPOA maka pengaruh Iran di Suriah akan semakin besar dan ini akan semakin mengamcam pengaruh Saudi di Timur Tengah. Posisi Arab Saudi di Timur Tengah jelas tidak ingin pengaruh Iran mengalahkannya, dan cara apapun akan ditempuh agar itu tidak terjadi.
Amerika dibawah Biden nantinya harus mampu melihat segala kemungkinan yang terjadi. Mereka harus lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan agar tidak kehilangan salah satu sekutu terkuat dan terpenting mereka, mengingat kepentingan Amerika yang begitu besar di Timur Tengah.