Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Interaksi di Rumah Sakit Hewan: Dari Sudut Pandang Seorang Calon Dokter Hewan
26 Desember 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari GUGANESHWARAN GUANASAGARAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam layanan kesehatan karena mendukung interaksi kompleks antara tenaga kesehatan, pasien, dan anggota staf lainnya. Dalam perawatan hewan, seperti halnya dalam layanan kesehatan manusia, kualitas komunikasi memiliki pengaruh besar terhadap hasil, kepuasan klien, dan kualitas layanan secara keseluruhan. Pada 6 November 2024, saya mengamati dinamika ini di Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga Kampus C. Selama waktu tersebut, saya fokus mengamati metode komunikasi verbal dan non-verbal dalam interaksi antara dokter hewan, pemilik hewan (yang dianggap sebagai "pasien" dalam konteks ini), dan perawat.
ADVERTISEMENT
Karena konsultasi dilakukan sebagian besar dalam bahasa Indonesia, saya menggunakan penerjemah digital di ponsel untuk memperdalam pemahaman saya. Hal ini memungkinkan saya menangkap lebih banyak detail dari komunikasi antara dokter hewan dan pemilik hewan. Sepanjang konsultasi, saya memperhatikan bahwa dokter hewan sangat mengandalkan komunikasi non-verbal, menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan sebagai alat penting untuk membangun hubungan dan menyampaikan empati kepada pemilik dan hewan peliharaannya.
Isyarat non-verbal dokter hewan ini sangat terlihat selama konsultasi dengan pemilik anjing tersebut. Sejak awal, dokter hewan menunjukkan komunikasi non-verbal yang kuat melalui ekspresi wajah yang penuh perhatian, menunjukkan rasa peduli, minat, dan bahkan sedikit kesedihan saat membahas kondisi anjing tersebut. Ekspresi ini tampak mencerminkan kepedulian tulus dokter hewan terhadap anjing tersebut, menciptakan suasana yang lebih nyaman dan dapat dipercaya bagi pemilik, yang terlihat lebih rileks dan terbuka terhadap saran pengobatan. Dengan menunjukkan empati melalui sinyal non-verbal, dokter hewan mendorong pemilik untuk merasa nyaman mendiskusikan masalah hewan peliharaannya secara mendetail, yang memfasilitasi proses diagnosis yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Namun, terdapat beberapa tantangan terkait pengurangan komunikasi verbal ini. Pada beberapa titik, ekspresi wajah pemilik hewan menunjukkan kebingungan, kemungkinan karena beberapa penjelasan medis tidak sepenuhnya disampaikan secara verbal. Sebagai contoh, meskipun dokter hewan menggunakan ekspresi wajah dan gerakan untuk menunjukkan tingkat keparahan kondisi hewan, penjelasan verbal tambahan mungkin membantu pemilik lebih memahami opsi perawatan dengan lebih jelas. Hal ini menyoroti pelajaran penting: meskipun komunikasi non-verbal sangat kuat, komunikasi ini paling baik dilengkapi dengan informasi verbal yang jelas, terutama dalam situasi yang mungkin kompleks atau menegangkan bagi pasien.
Selain interaksi antara dokter hewan dan pasien, saya juga mengamati percakapan singkat antara dokter hewan dan perawat. Komunikasi antarprofesional ini berlangsung singkat tetapi efisien. Mereka menggunakan kata-kata yang minim, dengan mengandalkan terminologi industri tertentu untuk menyampaikan informasi penting tentang gejala dan rencana perawatan hewan secara cepat. Gaya komunikasi ini terbukti efisien dan saling menghormati, memungkinkan dokter hewan dan perawat bertindak dengan cepat dan efektif. Perawat sering kali mengangguk atau menggunakan afirmasi verbal singkat seperti “Iya, Dok,” untuk menunjukkan pemahaman, mencerminkan rasa kerja tim yang penting dalam lingkungan layanan kesehatan yang penuh tekanan.
ADVERTISEMENT
Merefleksikan pengamatan ini, komunikasi verbal dan non-verbal sama-sama penting dalam menciptakan lingkungan terapeutik yang efektif. Isyarat non-verbal memainkan peran besar dalam membangun kepercayaan dan empati, sedangkan komunikasi verbal memastikan detail penting disampaikan dengan akurat. Namun, menyeimbangkan keduanya bisa menjadi tantangan, terutama dalam konteks yang penuh tekanan atau budaya tertentu.
Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam konteks ini, beberapa perbaikan dapat dipertimbangkan. Pertama, meningkatkan sedikit komunikasi verbal, terutama untuk memperjelas penjelasan medis, dapat membantu mencegah kesalahpahaman. Bahkan pernyataan singkat tentang diagnosis, langkah pengobatan, dan hasil yang diharapkan dapat memperkuat maksud dokter hewan. Kedua, akan bermanfaat bagi tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelatihan dalam menyesuaikan gaya komunikasi verbal dan non-verbal mereka berdasarkan respons pasien, terutama saat menghadapi hambatan budaya atau bahasa.
ADVERTISEMENT
Sebagai kesimpulan, pengamatan saya di Rumah Sakit Hewan menyoroti pentingnya komunikasi yang komprehensif dalam layanan kesehatan. Komunikasi non-verbal secara efektif membangun kepercayaan dan memberikan kenyamanan, sementara interaksi verbal, meskipun terbatas, menyampaikan informasi penting. Kedua bentuk komunikasi ini sangat penting untuk memastikan kepuasan pasien, meningkatkan hasil, dan memperkuat hubungan antara pasien dan penyedia layanan. Pengalaman ini menyoroti pentingnya pengembangan keterampilan komunikasi yang berkelanjutan bagi tenaga kesehatan, karena keterampilan ini sangat penting untuk memberikan perawatan yang empatik dan efektif dalam berbagai lingkungan kesehatan.