Konten dari Pengguna

Kuliah dari Kalangan Menengah ke Bawah tapi Gen Z? Sebuah Mimpi Buruk

Gunawan Maulana
Mahasiswa D4 Manajemen Perhotelan Universitas Airlangga, Part Time Kitchen di Table Toast Surabaya
6 Januari 2025 16:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gunawan Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Dilema Generasi Z: Mimpi Kuliah vs Realita Finansial

ADVERTISEMENT
Pendidikan adalah fondasi penting bagi masa depan individu dan masyarakat. Di era modern ini, pendidikan tinggi membuka peluang karir dan meningkatkan taraf hidup. Namun, bagi Gen Z dari
Suasana taman Fisip Kampus B Universitas Airlangga. Dokumentasi diambil oleh Gunawan Maulana selaku penulis
zoom-in-whitePerbesar
Suasana taman Fisip Kampus B Universitas Airlangga. Dokumentasi diambil oleh Gunawan Maulana selaku penulis
kalangan menengah ke bawah, impian untuk melanjutkan pendidikan tinggi sering kali menjadi mimpi buruk karena kurangnya beasiswa yang inklusif.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Pendidikan Tinggi bagi Gen Z
Gen Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, adalah generasi pertama yang tumbuh dengan teknologi digital. Mereka memiliki akses informasi yang luas, termasuk informasi mengenai pendidikan tinggi. Namun, akses ini tidak selalu berarti kesempatan yang setara. Banyak Gen Z dari kalangan menengah ke bawah yang merasa terperangkap karena tidak cukup miskin untuk mendapatkan beasiswa KIPK, tetapi juga tidak cukup berprestasi untuk mendapatkan beasiswa prestasi.
Kondisi Saat Ini
Kalangan menengah ke bawah sering kali diabaikan dalam kebijakan beasiswa. Mereka yang berada di atas garis kemiskinan tetapi di bawah rata-rata pendapatan kelas menengah sering kali tidak memenuhi syarat untuk beasiswa yang ada. Beasiswa seperti KIPK dan bidikmisi ditujukan untuk mereka yang sangat membutuhkan secara finansial, sementara beasiswa prestasi seringkali memiliki persyaratan sulit dipenuhi oleh siswa dari kalangan menengah ke bawah.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2023, penerima beasiswa S1/D4 di Indonesia melalui berbagai program pemerintah masih terbatas, meskipun jumlah ini signifikan, namun jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan Gen Z dari kalangan menengah.
Dampak dari Kurangnya Beasiswa Inklusif
Kurangnya beasiswa yang inklusif berdampak besar. Secara psikologis, banyak Gen Z merasa terjebak dan putus asa karena mereka tidak mampu melanjutkan pendidikan tinggi. Secara ekonomi, keluarga dari kalangan menengah ke bawah harus berjuang keras untuk membiayai pendidikan tinggi anak-anak mereka. Hal ini sering kali mengarah pada penurunan kualitas hidup atau memaksa keluarga berhutang.
Selain itu, kurangnya akses pendidikan tinggi juga berpotensi menghilangkan talenta masa depan. Banyak siswa berbakat yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena keterbatasan finansial, yang merugikan negara yang membutuhkan generasi muda terdidik untuk membangun masa depan.
ADVERTISEMENT
Analisis Penyebab
Beasiswa yang ada saat ini sering kali tidak mencukupi atau tidak inklusif bagi kalangan menengah. Kebijakan pemerintah lebih fokus pada mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, sementara kalangan menengah ke bawah sering kali diabaikan. Beasiswa dari yayasan dan perusahaan memiliki persyaratan yang sulit dipenuhi oleh siswa dari kalangan menengah ke bawah.
Sistem pendidikan di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menyediakan akses yang setara bagi semua kalangan masyarakat. Salah satu masalah utama adalah ketidakmerataan distribusi beasiswa. Beasiswa yang seharusnya menjadi jembatan bagi siswa dari kalangan menengah untuk mengakses pendidikan tinggi sering terhambat oleh birokrasi dan persyaratan administratif yang rumit. Kurangnya transparansi dalam proses seleksi beasiswa juga menambah kesulitan bagi mereka yang berhak mendapatkannya.
ADVERTISEMENT
Solusi yang Diusulkan
Penting bagi pemerintah untuk menambah jumlah dan jenis beasiswa yang lebih inklusif bagi kalangan menengah. Beasiswa inklusif dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi siswa dari kalangan menengah ke bawah untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Beberapa negara Skandinavia telah berhasil menerapkan kebijakan beasiswa inklusif yang dapat dijadikan contoh. Di negara-negara tersebut, pendidikan tinggi gratis atau dengan biaya sangat rendah telah memberikan akses yang merata bagi semua lapisan masyarakat. Pemerintah Indonesia dapat belajar dari kebijakan-kebijakan tersebut untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi bagi kalangan menengah ke bawah.
Langkah-Langkah yang Dapat Diambil
Pemerintah pusat dan daerah harus meningkatkan jumlah dan jenis beasiswa untuk kalangan menengah. Lembaga swasta dan organisasi nirlaba juga harus turut serta dalam mendukung beasiswa inklusif. Kerjasama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan sistem beasiswa yang lebih inklusif dan merata.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah konkret yang dapat diambil meliputi:
Revisi Kebijakan Beasiswa: Pemerintah perlu merevisi kebijakan beasiswa agar lebih inklusif dengan mempertimbangkan siswa dari kalangan menengah ke bawah. Ini termasuk memperluas kriteria penerima dan mengurangi persyaratan administratif yang rumit.
Meningkatkan Transparansi: Proses seleksi beasiswa harus lebih transparan dan akuntabel. Pemerintah dan lembaga pemberi beasiswa harus menyediakan informasi yang jelas mengenai kriteria seleksi dan memastikan bahwa proses seleksi dilakukan secara adil dan terbuka.
Kerjasama dengan Sektor Swasta: Pemerintah harus mendorong sektor swasta untuk berpartisipasi dalam mendukung beasiswa bagi siswa dari kalangan menengah. Ini bisa dilakukan melalui insentif pajak atau kerjasama publik-swasta untuk menyediakan dana beasiswa.
Penyediaan Bantuan Non-Finansial: Selain beasiswa, siswa dari kalangan menengah ke bawah juga membutuhkan bantuan non-finansial seperti bimbingan karir, pelatihan keterampilan, dan dukungan psikologis. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus menyediakan program-program ini untuk membantu siswa mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan tinggi dan kesempatan beasiswa yang tersedia. Kampanye informasi dapat membantu siswa dan orang tua memahami manfaat pendidikan tinggi dan cara mengakses beasiswa.
Kesimpulan
Akses pendidikan tinggi yang inklusif sangat penting bagi Gen Z dari kalangan menengah ke bawah. Tanpa akses yang memadai, banyak talenta muda yang akan hilang dan siklus kemiskinan akan terus berlanjut. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta harus bekerja sama untuk mencari solusi atas masalah ini. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata, yang pada akhirnya akan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Mari kita bersama mendukung kebijakan yang lebih inklusif dan memastikan bahwa semua anak Indonesia, tidak peduli dari kalangan manapun, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih impian mereka melalui pendidikan tinggi. Menuju Indonesia emas 2045, mari kita wujudkan pendidikan yang merata dan inklusif bagi semua.
ADVERTISEMENT
Dengan meningkatnya partisipasi semua pihak dalam mendukung beasiswa inklusif, kita dapat menciptakan perubahan nyata dalam kehidupan banyak siswa dari kalangan menengah ke bawah. Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih cerah, dan dengan memberikan akses yang lebih adil, kita dapat memastikan bahwa tidak ada anak muda yang tertinggal hanya karena mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah.