Restorasi Meiji Membawa Jepang Dalam Pertempuran Melawan Rusia (1904-1905)

Gunawan Fadhil Ardiyanto
Mahasiswa Pendidikan sejarah, Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
1 Mei 2022 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gunawan Fadhil Ardiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertempuran Laut Tsushima, Sumber: https://nationalgeographic.grid.id
Moderniasi Jepang
Jepang pada tahun 1640, berada di bawah kekuasaan shogun Tokugawa melaksanakan pemerintahan jepang dengan cara tertutup yang tidak terpengaruh oleh politik bangsa barat. Tujuan Tokugawa dalam melaksanakan sistem tertutup adalah dengan maksud agar negara Jepang tidak mudah terpengaruh oleh bangsa barat dan mengembangkan Jepang sesui dengan budaya aslinya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar manapun. Pemerintahan Tokugawa tidak bertahan lama pada tahun 1868 Tokugawa menyerahkan kekuasaa kepada pemerintahan Meiiji pada tahun 1868 atau di abad ke-19. Pemerintahan Meiji 1868-1912 mejalankan pembaharuan yang dikenal restorasi Meiji, tujuannya untuk membangkitkan jepang dengan upaya modernisasi pada bidang ekonomi, politik, dan militer.
ADVERTISEMENT
Perkembangan militer jepang di pengaruhi oleh semboyan Fukoku Kyohei (negara kaya, militer kuat) atas dasar tersebut pemerintah jepang berupaya bangkit dengan cepat dari masa lalunya yang mengalami kesulitan akibat sistem pemerintahan tertutup menggunakan semboyan tersebut pemerintah jepang berupaya untuk melakukan moderniasi yang sesuai dengan gaya barat sehingga keinginan kuat atas bidang ekonomi serta bangkitnya industri Jepang. Maka keinginan memilki pertahanan atau militer kuat dapat diwujudkan dan dibangun segera untuk mempertahankan kedaulatan Jepang dari bangsa asing. Pembukaan Jepang terhadap dunia luar membuat perkembangan bidang ekonomi, industri, dan militer berkembang pesat dengan mencantunkan pangaruh budaya Eropa maupun Amaerika dalam jalanya moderenisasi. Pada tahun 1872 dalam upaya mempertahankan kedaulatan nasional dengan menganut semboyan Fukoku Kyohei pemerintahan Jepang mengeluarkan kebijakan pertahanan berupa wajib militer (choheo rei) bagi semua kaum laki-laki berumur 20 tahun wajib mengikuti militer baik masuk di angkatan darat maupun laut. Bagi laki-laki yang berumur 20 tahun merupakan anak laki-laki tunggal atau sulung, serta mereka yang dapat melunasi hutang dapat dibebaskan dari kegiatan wajib militer. Pemerintah Jepang mengirimkan dua perwakilan yaitu, Yamagata Oritomo dan Ouyama Iwao untuk menimba ilmu militer di Eropa pada tahun 1870, atas dasar pengalaman mereka di Eropa membentuk satuan militer yang beranggotakan para samurai pada tahun 1877 pembentukan militer tersebut menggunakan model barat sehingga lebih modern dan memilki taktik khusus yang tidak dimiliki oleh pasukan Jepang sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1878, Yamagata salah satu utusan yang belajar di Eropa melakukan reorganiasi administrasi angkatan darat Jepang menurut sistem Jerman. Kebijakan wajib militer dibuat selama 12 tahun atas dasar pemerintahan Meiji. Pada tahun 1883, pemerintah membuka sekolah bagi lanjutan Staf Jederal dan melakukan penambahan anggaran belanja Angkatan Darat. Angkatan Laut mengalami perubahan seperti Angkatan Darat, walaupun masih terhambat dana dan masih mengandalkan bantuan luar negeri. Pada tahun 1869, pemerintah mendirikan akademi angkatan laut (Kaigan Heigakku) di Tokyo para kadet yang merupakan mantan samurai berusia antara 18-20 tahun memilki jiwa berani mengdapai kematian dan setia kepada pemimpin, mereka di latih oleh instruktur dari Inggris. Pemerintah Meiji menaikkan anggaran belanja pertahanan angkatan laut sebesar 20-30% anggaran tersebut digunakan untuk program pembelian dan kapal selama tahun 1882-1892, sehingga pada saat terjadi perang Cina-Jepang, angkatan laut memilki armada kapal perang berjumlah 28 unit dan 24 unit kapal torpedo yang masing-masing berbobot 1470 ton. Perkembangan Industri militer begitu pesat membuat Jepang berani melangkah luas ke luar wilayah di Asia.
ADVERTISEMENT
Jalanya Peperangan
Rusia pada awal abad ke-20 sudah dianggap kuat di kawasan Eropa bahkan termasuk negara yang memilki kekuatan yang diperhitungakan oleh negara-negara Eropa dan Asia. Pada tahun 1904 pusat pengiriman Siberia dan Vlandivostok terpaksa ditutup selama berbulan-bulan akibat dari musim dingin yang panjang, Rusia saat itu dipimpin oleh kekaisaran Tsar Nicholas II membutuhkan sebuah pelabuhan air hangat berada di Samudra Pasifik dengan maksud untuk perdagangan dan pangkalan militer angakatan laut Rusia. Dalam mengatasi masalah tersebut Tsar Nicholas memilih anatara menggunakan semenanjung Korea dan Liaodong China, dan akhirnya kekaisaran Rusia menyewa pelabuhan di Semenanjung Liaodong China atau di kenal pelabuhan Port Arthur. Jepang waktu itu menaruh perhatian khusus terhadap Rusia di wilayah Asia Timur semenjak Perang Sino-Rusia pertama tahun 1895, kemudian Jepang mewarkan kesepakatan wilayah ke Rusia atas Manchuria, China, dan Jepang akantetap memilki kedali penuh terhdap Korea. Reaksi Rusia yang menonak tawaran Jepang tersebut membuat negosiasi gagal, maka terjadinya peristiwa perang angkatan laut Jepang melawan angkatan laut Rusia di Port Arthur pada 8 Februari 1904.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 8 Februari 1904 angkatan laut Jepang di pimpin oleh Jenderal Toogo melakukan serangan ke armada laut Rusia di Port Arthur. Serangan dilakukan dengan meluncurkan torpedo-topedo menuju kapal Rusia dari 18 torpedo yang diluncurkan hanya 3 buah torpedo yang mengenai kapal Rusia. Pertempuran masih terus berlangsung di Port Arthur, Jepang Menyusun strategi untuk melumpuhkan kekuatan Rusia, dengan melakukan pemotongan jalur keluar Port Arthur dengan menggunakan 5 unit kapal bertugas melakukan blockade jalur keluar Port Arthur kapal yang di gunakan berbobot sekitar 2000 ton. Rusia tidak menyangka hal itu terjadi, setelah mengalami kerusakan kapal pihak Rusia mengirim tekniksi mesin untuk memperbaiki kapal yang terkena serangan torpedo Jepang, kemudian terdapat kabar bahwa Rusia mengirim pasukan bantuan armada Baltik yang menimbulkan semangat para prajurit Rusia di Port Arthur atas datangnya bantuan tersebut. Peperangan kembali terjadi bantuan yang diharapkan membawa kemenangan Rusia, tetap saja Jepang mengalami sebuah kemenangan. Pada akhir tahun 1904 tepatnya pada tanggal 10 Desember, Jepang dapat menghancurkan kapal-kapal armada laut Rusia.
ADVERTISEMENT
Pertempuran masih berlanjut pada 1905, Rusia masih memilki semangat untuk tidak menyerah terhadap Jepang karena akhirnya menerima bantuan Armada Baltik Rusia yang datang pada bulan Mei 1905. Perjalanan armada Rusia berlayar mencapai hampir 20.000 mil laut, yang dipimpin oleh laksamana Rochdestvenski menuju Vladivostok melalui selat Tsushima karena dengan alasan kemudahan melalui jalur utara. Jendral Togo sudah memperkirakan bahwa armada Rusia dari Baltik akan melewati Selat Tsushima sehingga pasukan Jepang melakukan upaya memblokir jalur layar armada Baltik ke Vladivostok sehimgga menyebabkan pertempuran di Selat Tsushima pada 27 Mei 1905. Pertempuran di Selat Tsushima menjadi pertempuran laut terbesar dalam perang Jepang-Rusia. Jepang memilki kekuatan militer sebanyak tiga Skwadron angkatan laut yang meliputi 32 unit kapal perang, 21 kapal perusak, serta 15 unit kapal torpedo. Sedangkan pada pihak lawan yaitu Rusia hanya memilki dua Skwadron meliputi 12 kapal perang, 9 kapal perusak, 6 kapal penjelajah ditambah 2 unit kapal pengawal dan 9 unit kapal transport.
ADVERTISEMENT
Pertempuran yang berjalan hanya dua hari mengakibatkan kekalahan pihak kekaisaran Rusia, dengan kerugian berupa kehilangan 8 unit kapal perang dan sekitar lebih dari 5.000 jiwa tewas dalam peperangan tersebut, hanya tersisa 3 unit kapal yang bisa menuju ke Vladivostok. Kekalahan Rusia menjadi kemenangan pihak Jepang, dan menjadikan Jepang disegani oleh negara-negara Eropa dan sekitar Asia. Perperangan berakhir dengan kemenangan pihak Jepang, yang kemudian kedua belah pihak mengadakan kesepakatan bersama berupa perdamaian di Portsmouth, Newhampshire, Amerika Serikat pada 9 Agustus – 5 September 1905.