Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melepas Matahari 2024, Menanti 12% di 2025
31 Desember 2024 20:27 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Anak Agung Gede Ananta Wijaya Sahadewa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Antara minoritas kelas atas dan mayoritas menengah ke bawah. Tiap-tiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menyusun sebuah simpul memori yang membentuk mozaik kehidupan mereka. Di kalangan minoritas (baca: atas), simpul memori tersusun dalam kenangan manis: tawa bersama keluarga, perjalanan penuh petualangan, atau pencapaian pribadi yang dirayakan dengan penuh kebanggaan. Bagi kalangan mayoritas (baca: menengah ke bawah), simpul-simpul itu juga bisa mengandung pelajaran dari kesedihan, kehilangan, atau tantangan berat yang akhirnya menjadi batu pijakan “in positive way” untuk tumbuh lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Menjelang akhir tahun, kita cenderung merenungkan simpul-simpul ini, memintal ulang benang waktu yang telah berlalu. Mungkin ada simpul yang terasa terlalu longgar seperti janji yang belum ditepati maupun harapan yang tak tercapai. Namun, ada pula yang terasa erat pencapaian yang diraih dengan usaha keras, hubungan yang diperkuat, atau momen-momen sederhana yang meninggalkan kehangatan di hati.
Tiada satu pun yang sama dalam memilih cara mereka. Ada yang mengabadikan setiap momen melalui foto, tulisan, atau bahkan coretan kecil di buku harian. Ada pula yang membiarkan kenangan mengalir bebas dalam ingatan, muncul kembali saat dipanggil oleh aroma tertentu, lagu tertentu, atau percakapan sederhana.Namun di sudut-sudut kota, ada si mayoritas yang duduk termenung sembari merenung.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak merenung? Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh harapan bagi banyak kalangan di Indonesia. Berbagai pencapaian ekonomi dan sosial telah diraih, terjadi pula perguliran asa lima tahunan melalui pemilu dan pilkada di tahun ini yang memberikan secercah harapan bagi masyarakat, terutama kalangan mayoritas (menengah ke bawah). Namun, menjelang tahun 2025, muncul kekhawatiran yang mendalam terkait dengan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Bicara aturan secara normatif pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai 1 Januari 2025. Sebelumnya, sekitar dua tahun lalu, PPN telah dinaikkan dari 10% menjadi 11%.
Rencana naiknya tarif PPN ini bakal makin memberatkan masyarakat khususnya si mayoritas menengah ke bawah. Buat mayoritas, terutama yang hidup pas-pasan, kenaikan ini bisa jadi beban besar karena kebutuhan sehari-hari seperti sabun mandi sampai BBM pasti ikut naik. Padahal, keadaan ekonomi sekarang saja dirasa masih jauh dari stabil, jadi makin sulit buat banyak orang untuk bertahan.
ADVERTISEMENT
Setelah duduk termenung ditemani rintik hujan dan dentuman kembang api, pikiran si mayoritas menengah ke bawah melayang-layang mulai merangkum ribuan memori indah tentang barang-barang sederhana yang menjadi bagian dari hidup seperti sabun mandi favorit yang aroma lembutnya selalu mengingatkan pada rumah, minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng telur di pagi hari, hingga sebotol sirup manis m*rjan yang menemani perayaan kecil bersama keluarga.
Namun, bayangan itu terasa pahit ketika dihadapkan pada kenyataan esok hari. Ya, esok hari sudah tahun 2025. Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% membuat mereka si mayoritas bertanya-tanya, apakah barang-barang itu masih akan terjangkau di tahun 2025? Apakah nanti mereka harus memilih antara membeli sabun mandi atau kebutuhan makan sehari-hari? Dalam diam, mereka menyadari bahwa kenaikan ini bukan sekadar angka di atas kertas, tapi bisa mengubah keseharian mereka, mulai menciptakan jarak memisahkan barang-barang kecil yang selama ini membawa kenyamanan dan kehangatan dari jangkauan tangan mereka pada tahun 2024 dan terancam tidak bisa terbeli di tahun 2025 akibat naiknya PPN 12%.
ADVERTISEMENT
Di tengah dentuman kembang api dan hiruk pikuk perayaan, hati mereka penuh pertanyaan dan kegelisahan. Tahun baru yang seharusnya penuh harapan justru terasa seperti pintu menuju tantangan yang lebih berat. Tapi mereka tahu, seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka harus tetap bertahan, meskipun dengan langkah yang terasa semakin berat di setiap harinya.
Mereka tak menginginkan kemewahan, hanya keadilan. Mereka tak memohon keajaiban besar, hanya sedikit ruang bernapas di tengah beban yang kian menghimpit. Dan dalam diam mereka terus berdoa karena hanya doa yang mampu mereka panjatkan, meski terasa sederhana namun penuh harapan:
"Tuhan, berikan kami uluran tangan. Entah itu dengan kekuatan untuk terus bertahan melewati semua ini, atau sadarkan hati Bapak Presiden kita agar tergerak menerbitkan Perpu tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan."
ADVERTISEMENT
Amin.