Konten dari Pengguna

Catcalling di Publik: Sebabkan Kesehatan Mental Korban Terganggu

Gupita chika
Saya adalah seorang aktivis, kesibukan yang sedang saya jalani sekarang adalah membuat beberapa konten travelling utnuk di upload di sosial media pendidikan terakhir saya S1 Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
27 Januari 2023 10:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gupita chika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi catcall.
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saat ini, catcalling di publik sudah menjadi salah satu isu yang sering terjadi. Hal ini juga sebetulnya meresahkan banyak orang, khususnya para wanita.
ADVERTISEMENT
Catcalling adalah masalah sosial yang serius yang dihadapi saat ini, terutama oleh wanita. Sebutan catcalling biasanya ditujukan untuk oknum yang mengatakan sesuatu yang bernada sensitif, terhadap siapa pun yang sedang ada di hadapannya atau mungkin hanya sekadar sedang melewati suatu tempat.
Meskipun nada atau isi catcalling dikemas seperti pujian, akan tetapi catcalling sama sekali bukan pujian. Karena biasanya hal ini dilakukan oleh orang asing dengan cara seksual yang terbilang cukup agresif.
Oknum-oknum tersebut tampak menyeramkan dan dapat menimbulkan ketakutan, karena mereka cenderung menarik perhatian wanita yang tidak menaruh curiga hanya sekadar untuk kesenangan dan hiburan.
Walaupun, mungkin tergantung pada penyampaian dan niat seseorang karena terdapat perbedaan antara sapaan yang sopan dan juga catcalling. Namun, catcalling biasanya diabaikan oleh wanita saat ini untuk mencegah penyebab ketegangan antara mereka dan oknum tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat ini, catcalling sudah dianggap sebagai salah satu bentuk pelecehan seksual. Pelanggaran seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu;
1. Pelecehan seksual dalam bentuk verbal dan non-verbal tanpa persetujuan;
2. Pelecehan seksual dalam bentuk kontak fisik dan nonfisik yang tidak beralasan tanpa persetujuan;
3. Pemerkosaan yaitu kontak seksual dengan paksa tanpa persetujuan.
Ilustrasi catcalling. Foto: Shutterstock
Seperti yang disebutkan di atas, pelecehan juga dapat berupa verbal, dan salah satu contohnya adalah aksi catcalling ini. Ketika oknum memanggil orang dengan kata-kata yang sensitif, tentunya akan mengganggu kenyamanan orang tersebut, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai pelanggaran seksual.
Catcalling di ranah publik seperti di jalanan, transportasi umum, dan sebagainya, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga negara lain seperti;
ADVERTISEMENT
1. Dalam skala global, mayoritas wanita mengatakan bahwa mereka pertama kali mengalami pelecehan seperti catcalling di jalan sebelum usia 17 tahun;
2. Di Amerika, lebih dari 99 persen wanita Amerika mengatakan mereka telah menjadi korban pelecehan jalanan;
3. Di Tokyo, Jepang, 64 persen wanita berusia 20-an dan 30-an mengatakan mereka pernah diraba-raba saat bepergian menggunakan transportasi umum;
4. Di Prancis, 100 persen wanita mengatakan mereka telah dilecehkan secara seksual saat menggunakan transportasi umum setidaknya sekali.

Dampak Catcalling terhadap korban

Tentunya, catcalling dan juga pelecehan ini dapat menyebabkan banyak dampak negatif, seperti gangguan mental serta ketakutan wanita untuk berjalan di jalanan yang sepi, terutama di waktu malam hari. Hal ini juga membuat wanita tidak nyaman dan merasa harus selalu waspada setiap saat.
ADVERTISEMENT
Catcalling ini bisa dibilang sudah sangat nyata sekali jika ingin dianggap sebagai suatu pelanggaran. Masyarakat perlu menyingkirkan anggapan yang mengakar bahwa catcalling tidak menyinggung karena meskipun pada awalnya, mungkin tampak tidak berbahaya atau bahkan menyanjung.
Ilutrasi catcalling. Foto: KatarzynaBialasiewicz / Getty Images
Namun, hal itu menciptakan lingkungan di mana perempuan merasa tidak mampu untuk bertahan hidup, tanpa memiliki kecemasan menjadi objek. Pada akhirnya, pelecehan seksual seperti yang disebutkan di atas, akan menghancurkan kesehatan mental dan fisik seorang individu terutama bagi para korban.
Catcalling dapat berdampak pada setiap aspek kesehatan orang yang mengalaminya. Dampak ini bisa dialami secara mental, seksual, fisik, sosial, pekerjaan, dan lain-lain. Jenis pelecehan seksual ini dapat sangat merugikan kesehatan mental korban dalam jangka pendek, bahkan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Jika berbicara tentang jangka pendeknya, mereka mungkin akan merasa marah, kesal, malu, terancam, hingga takut bahwa situasi tersebut akan terulang kembali. Catcalling juga berkorelasi dengan peningkatan ketakutan dan persepsi risiko pemerkosaan. Efeknya bisa menjadi sangat berbahaya ketika sekelompok pria memanggil seorang wanita lajang.
Mengalami catcalling juga berhubungan dengan objektifikasi diri bagi perempuan. Objektifikasi diri dapat membuat wanita merasa malu dan cemas akan penampilannya.
Selain itu, objektifikasi diri terkait dengan hasil kesehatan mental yang buruk termasuk gejala depresi dan gangguan makan, dan bahkan dikaitkan dengan penurunan produktivitas, terutama jika pelecehan terjadi di tempat kerja.
Ilustrasi pelecehan seksual di kantor. Foto: Shutter Stock
Memiliki tingkat objektivitas diri yang tinggi dapat berdampak serius pada perasaan seseorang. Kepercayaan dalam seksualitas mereka dapat memicu pada kesehatan seksual yang buruk.
ADVERTISEMENT
Hal paling utama dari masalah ini adalah bahwa catcalling dan segala jenis perlakuan yang membuat tidak nyaman bukanlah hal yang dapat diterima. Tak satu pun dari fenomena di atas adalah perilaku yang baik. Namun sampai saat ini, isu tersebut tetap bertahan di masyarakat seperti penyakit dan efeknya pun terlihat sangat mirip.
Sementara, penyakit catcalling dan body policing mungkin tampak seperti hal yang sederhana untuk dilawan, namun sangat sulit untuk melawan sesuatu yang telah ada sejak kecil. Perjuangan dalam melawan catcalling adalah sesuatu yang harus dilakukan bersama.
Sebenarnya tidak ada satu cara yang tepat untuk menangani catcalling, pelecehan, atau kekerasan seksual terhadap perempuan. Kita tidak mungkin mengontrol tindakan dan perilaku orang lain. Tetapi, yang bisa kita lakukan hanyalah berupaya mencegah terjadinya hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Upaya-upaya pencegahan ini seperti menghindari orang-orang yang mencoba melakukan tindakan catcalling. Melakukan dan tahan kontak mata dengan pelaku dengan wajah netral, lalu lanjutkan berjalan. Kadang-kadang perilaku seperti ini saja sekiranya sudah cukup untuk mengejutkan si pelaku pelecehan dan menyampaikan kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan itu salah.