Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bahaya Pornografi pada Anak: Pentingnya Literasi Digital dan Peran Keluarga
11 September 2024 18:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hilma Amrullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasa marah, sedih, dan kehilangan kata-kata muncul saat membaca berita tentang penemuan mayat seorang anak perempuan korban pemerkosaan, yang ternyata pelakunya adalah anak-anak di bawah umur, berusia 12 hingga 16 tahun. Beberapa media melaporkan bahwa dari hasil pemeriksaan polisi, para pelaku banyak mengonsumsi konten pornografi , bahkan ditemukan video porno di ponsel mereka.
ADVERTISEMENT
Masa anak-anak dan remaja merupakan fase pencarian identitas yang sarat dengan rasa ingin tahu. Termasuk minat terhadap konten pornografi yang mudah diakses melalui jaringan internet termasuk juga media sosial. Upaya pemerintah untuk menutup akses ke konten pornografi sering kali diibaratkan seperti “menggarami lautan”—tidak pernah habis, bahkan terus berkembang di berbagai platform digital. Generasi Z dan Alpha, yang sejak lahir sudah akrab dengan gawai, memiliki kemampuan tinggi dalam mengoperasikan fitur-fitur internet, terkadang bahkan lebih mahir dari orang tua mereka.
Bahaya pornografi telah banyak dijelaskan dalam berbagai jurnal ilmiah. Salah satu dampak pornografi adalah kecanduan yang parah hingga merusak struktur otak, menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, melemahkan ingatan, penyimpangan seksual hingga berpotensi menjadi pelaku kekerasan maupun pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Bisa dibayangkan jika sejak usia dini, anak-anak sudah terpapar bahkan kecanduan pornografi, hal ini dapat merusak masa depan dan meningkatkan kecenderungan untuk mempraktikkan apa yang mereka lihat di dunia nyata, sebagaimana yang terjadi dalam kasus di atas.
Teknologi informasi adalah pedang bermata dua, di satu sisi memberikan manfaat besar, namun di sisi lain membawa dampak buruk bagi penggunanya. Inilah mengapa literasi digital menjadi sangat penting, baik bagi orang tua maupun anak-anak yang sudah diberikan akses ke telepon pintar. Literasi digital dimaknai sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan teknologi secara efektif, sekaligus memilah informasi yang didapatkan melalui perangkat digital.
Bahaya membiarkan anak-anak menggunakan internet tanpa pendampingan orang dewasa seperti membiarkan berkeliaran di dunia yang luas tanpa perlindungan, di mana tidak semua tempat aman dan informasi yang dapatkan tidak selalu benar. Hal ini membuat anak-anak rentan terhadap kesalahan pemahaman, atau bahkan menemukan konten yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Peran keluarga sangat penting dalam menginternalisasi fungsi keluarga serta nilai-nilai positif kepada anak-anak, sebagai bekal untuk menghadapi dunia luar. Dalam kasus ini, fungsi reproduksi dan fungsi sosialisasi pendidikan keluarga menjadi yang terdepan. Fungsi reproduksi melibatkan pemberian pengetahuan kepada anak-anak tentang seksualitas yang sehat, dengan menanamkan nilai-nilai tanggung jawab, pemahaman tentang konsekuensi seksual, serta menjaga kesehatan fungsi reproduksi. Selain itu, nilai moral seperti menjaga kesucian dan menjauhi seks bebas juga perlu ditekankan.
ADVERTISEMENT
Fungsi sosialisasi dan pendidikan juga harus ditanamkan dengan kuat, terutama di era kemudahan akses informasi melalui internet. Keluarga harus mampu berinteraksi, bersosialisasi, dan berkomunikasi secara efektif sehingga dapat menanamkan norma-norma dan nilai-nilai moral kepada anak-anak, agar mereka mampu membedakan yang baik dan yang salah.
Dalam kasus ini, keluarga, institusi pendidikan, masyarakat, dan pemerintah tidak boleh lagi menutup mata. Pornografi, kekerasan seksual, hingga pembunuhan yang melibatkan anak-anak bukan lagi masalah biasa, melainkan masalah luar biasa yang memerlukan penanganan menyeluruh dan lintas sektor. Pengasuhan yang baik dari orang tua, pengawasan dari lingkungan, serta regulasi yang melindungi seluruh warga negara perlu dilakukan secara kolektif untuk meningkatkan kualitas keluarga dan anak-anak Indonesia.