Konten dari Pengguna

Urgensi Membangun Keluarga Literat Melalui Gerakan Literasi Masyarakat

Muhammad Habib Ash Shiddiqi
Mahasiswa Magister Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta
7 Oktober 2024 11:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Habib Ash Shiddiqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta, 7 Oktober 2024 — Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk Urgensi Membangun Keluarga Literat Melalui Gerakan Literasi Masyarakat. Seminar ini dihadiri oleh sejumlah akademisi, praktisi, dan pegiat literasi, yang secara bersama-sama membahas pentingnya literasi keluarga dalam membentuk fondasi pendidikan generasi penerus bangsa. Tema yang diusung kali ini sangat relevan dengan tantangan pendidikan dan perubahan sosial di era digital, di mana literasi menjadi kunci dalam menghadapi masa depan yang semakin kompleks.
ADVERTISEMENT
Dalam acara yang berlangsung
Seminar Nasional "Urgensi Membangun Keluarga Literat Melalui Gerakan Literasi Masyarakat" yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI sumber: Youtube PAPPBB Perpusnas RI
zoom-in-whitePerbesar
Seminar Nasional "Urgensi Membangun Keluarga Literat Melalui Gerakan Literasi Masyarakat" yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI sumber: Youtube PAPPBB Perpusnas RI
, Dr. Ir. Adiyati Fathu Roshonah, M.Pd. dari Universitas Muhammadiyah Jakarta tampil sebagai salah satu narasumber utama. Ia menyampaikan bahwa keluarga memiliki peran sentral sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak. Di dalam keluarga, anak tidak hanya belajar tentang pengetahuan, tetapi juga mengembangkan karakter, nilai-nilai moral, dan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Keluarga bukan hanya tempat untuk mengasuh, tetapi juga untuk mendidik dan membentuk identitas anak. Melalui literasi keluarga, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang baik,” ungkap Dr. Adiyati dalam presentasinya.
Literasi Keluarga: Lebih dari Sekadar Membaca dan Menulis
Dalam paparannya, Dr. Adiyati menjelaskan bahwa literasi keluarga bukan hanya soal kemampuan membaca dan menulis. Literasi dalam konteks keluarga mencakup pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, serta keterampilan untuk beradaptasi di dunia yang terus berubah. Ia menekankan bahwa keluarga adalah tempat di mana anak-anak pertama kali mengenal dunia, sehingga penting bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan yang mendukung perkembangan intelektual dan emosional anak.
ADVERTISEMENT
“Keluarga harus menjadi wahana literasi yang hidup. Ini berarti, kegiatan membaca buku, bercerita, berdiskusi, hingga menggunakan teknologi secara positif harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di rumah. Literasi keluarga meliputi kemampuan untuk memahami, mengolah, dan menggunakan informasi secara efektif dalam kehidupan,” tambahnya.
Dr. Adiyati juga memaparkan pentingnya kolaborasi antara keluarga dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem literasi yang inklusif. Perpustakaan, sebagai lembaga yang menyediakan akses informasi dan pendidikan, harus menjadi mitra strategis bagi keluarga dalam upaya meningkatkan literasi. “Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah salah satu langkah penting dalam menguatkan literasi keluarga. Perpustakaan harus menjadi ruang yang ramah bagi seluruh anggota keluarga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,” jelasnya.
Tantangan di Era Digital: Generasi Alpha dan Literasi Digital
ADVERTISEMENT
Seminar ini juga membahas tantangan yang dihadapi oleh generasi yang lahir dan tumbuh di era digital, yang dikenal sebagai Generasi Alpha. Anak-anak yang lahir setelah tahun 2011 ini adalah digital natives, generasi yang akrab dengan teknologi sejak usia dini. Di satu sisi, akses terhadap teknologi memberikan peluang besar bagi anak-anak untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan. Namun, di sisi lain, paparan teknologi yang berlebihan tanpa pengawasan dapat berdampak negatif terhadap perkembangan sosial dan emosional anak.
“Generasi Alpha adalah generasi yang paling terdidik dan memiliki akses teknologi paling lengkap, tetapi ini juga menuntut tanggung jawab besar dari keluarga. Orang tua harus mampu mengarahkan penggunaan teknologi secara bijak agar anak-anak tidak kehilangan kemampuan dasar seperti kreativitas, empati, dan keterampilan sosial,” ujar Dr. Adiyati.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar bagi keluarga saat ini adalah bagaimana memanfaatkan teknologi sebagai alat yang mendukung literasi, bukan justru menggantikannya. “Peran orang tua dalam mengelola akses anak terhadap teknologi sangat penting. Literasi digital harus seimbang dengan literasi konvensional. Anak-anak tetap perlu diajarkan untuk membaca buku, menulis tangan, dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain,” tambahnya.
Dalam konteks ini, peran perpustakaan juga semakin relevan. Perpustakaan dapat menjadi pusat literasi digital yang membekali keluarga dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di era digital. Melalui program-program literasi digital, perpustakaan dapat membantu orang tua dalam mengedukasi anak-anak mereka tentang penggunaan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.
Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Gerakan Literasi
ADVERTISEMENT
Seminar ini juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam memperkuat literasi keluarga. Pemerintah, melalui Perpusnas RI dan kementerian terkait, diharapkan dapat mendorong kebijakan yang mendukung penguatan literasi di tingkat keluarga. Selain itu, komunitas dan organisasi masyarakat juga harus berperan aktif dalam memberikan akses literasi yang lebih luas bagi keluarga, terutama di daerah-daerah yang akses terhadap sumber literasi masih terbatas.
Dr. Adiyati menyampaikan bahwa literasi keluarga adalah bagian integral dari Gerakan Literasi Nasional, yang tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah. “Literasi adalah tanggung jawab bersama. Keluarga, pemerintah, komunitas, dan lembaga pendidikan harus berkolaborasi dalam membangun budaya literasi yang kuat. Perpusnas RI memiliki peran penting sebagai jembatan yang menghubungkan semua pihak dalam menciptakan ekosistem literasi yang inklusif,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam Grand Desain Nasional Penguatan Literasi Keluarga yang dipaparkan oleh Dr. Adiyati, terlihat bahwa kolaborasi ini melibatkan berbagai elemen, mulai dari lembaga pendidikan, organisasi wanita, komunitas literasi, hingga perpustakaan desa. Dengan adanya sinergi antara berbagai pihak, diharapkan literasi keluarga dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan generasi Indonesia yang cerdas, kritis, dan berdaya saing.
Menguatkan Literasi Keluarga untuk Masa Depan Indonesia
Pada akhir sesi seminar, Dr. Adiyati menekankan bahwa masa depan literasi Indonesia sangat bergantung pada bagaimana keluarga, sebagai unit sosial terkecil, mampu membangun budaya literasi yang kokoh. Ia optimis bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak, Indonesia bisa mencetak generasi literat yang mampu menghadapi tantangan global.
“Keluarga literat adalah kunci keberhasilan bangsa. Ketika keluarga menjadi pusat pendidikan pertama, maka anak-anak akan tumbuh dengan bekal yang cukup untuk menghadapi masa depan. Oleh karena itu, mari kita bangun gerakan literasi keluarga yang kuat, dimulai dari rumah kita sendiri,” tutup Dr. Adiyati.
ADVERTISEMENT
Seminar ini menjadi pengingat bahwa literasi bukan hanya tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan formal. Literasi adalah tanggung jawab bersama, yang dimulai dari rumah, diperkuat oleh komunitas, dan didukung oleh pemerintah. Melalui gerakan literasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan Indonesia mampu mencetak generasi emas yang siap bersaing di tingkat global pada tahun 2045.