Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengekplorasi Tradisi Bari’an Masyarakat Tunggulwulung bersama Kelompok PMM UMM
3 September 2024 9:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Habib Mufid Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kegiatan Pengabdian Masyarakat Oleh Mahasiswa (PMM) Merupakan salah satu program yang harus dilalui oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai syarat kelulusan. Oleh karena itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah harus mengabdi kepada masyarakat selama satu bulan. Dalam program pengabdian ini, Kelompok 27 Gelombang 5 PMM mengikuti kegiatan warga kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Dalam kesempatan itu, kami mengikuti kegiatan Bari’an yang di selenggarakan oleh masyarakat Tunggulwulung. Kegiatan Bari’an sendiri sangat menarik untuk kami ikuti karena kami dapat belajar banyak tentang kebudayaan bersama tokoh-tokoh masyarakat, sehingga kami bisa mengeksplorasi lebih dalam mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia terkhusus Kota Malang, Jawa Timur.
Bari’an merupakan suatu tradisi kebudayaan asli masyarakat Jawa yang biasanya dilakukan saat menjelang bulan sura, dimana acara tersebut menggambarkan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sehingga masyarakat biasanya berbondong-bondong membawa hasil panen yang melimpah untuk di kumpulkan di suatu tempat yang dapat menopang seluruh masyarakat untuk berkumpul seperti Lapangan desa, Halaman balai desa dan area terbuka lainya. Acara ini biasanya, diisi dengan berbagai kegiatan kesenian tradisional seperti, Musik gamelan, Tari-tarian tradisional dan pertunjukan seni lainya. Kemudian dilanjut berbagi makanan antar warga dan makan bersama di tempat tersebut. Sehingga acara Bari’an ini mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung dalam setiap prosesnya.
ADVERTISEMENT
Mayarakat kelurahan Tunggulwulung Kota Malang menjadi salah satu kelurahan yang masih melestarikan budaya Bari’an, karena menurut mereka acara ini merupakan suatu kegiatan yang positif untuk mengumpulkan seluruh warga Tunggulwulung agar tetap mengingat bahwa rezeki yang di dapatkan tidak serta merta karena kerja keras mereka aja, melainkan rezeki tersebut diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa terhadap makhluknya. Sehingga masyarakat perlu bersyukur agar tidak lupa akan kebesaran Tuhan YME. Selain itu, menurut mereka tradisi ini juga dapat dijadikan untuk meningkatkan solidaritas antar warga, gotong royong antar warga dan mendorong semangat masyarakat Tunggulwulung dalam menjaga kekompakan warganya dalam melestarikan warisan budaya.
Acara ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2024 pukul 13.30 WIB yang berlangsung sakral dan khidmat, karena masing-masing ketua RW (Rukun Warga) telah menyiapkan warganya untuk berkumpul di suatu tempat yang kosong untuk membawa makanan dari hasil panen. Tunggulwulung sendiri memiliki enam RW, Kemudian nantinya lurah Tunggulwulung akan berkeliling ke tempat yang telah disediakan masing-masing RW untuk memberikan sambutan, dimulai dari RW 01 dan RW 02 yang mengumpulkan masyarakatnya di Punden yang baru selesai mereka bangun untuk acara Bari’an yang berlokasi di RW 2 ini. Kemudian setelah ashar acara tradisi Bari’an dilanjut di RW 03 dan Setelah Maghrib acara dilanjut di RW 04 yang berlokasi di balai kelurahan RW 4, yang dihadiri Bapak Pj Wali Kota Malang “Dr. Ir. Wahyu Hidayat”. Lalu acara puncaknya dimulai setelah waktu Isya sampai pukul 22.00 WIB, yang dihadiri Pj wali kota malang, Lurah Tunggulwulung bersama seluruh kelompok masyarakat (Kemas) dan masyarakat umum Tunggulwulung.
ADVERTISEMENT
Acara tradisi Bari’an yang di selenggarakan oleh masyarakat kelurahan Tunggulwulung ini mengandung banyak nilai-nilai tradisional, karena acara ini mampu mengajarkan kepada berbagai kalangan terkhusus anak muda untuk terus bersyukur terhadap pemberian Allah SWT dan terus menjaga kelestarian tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang, sehingga tradisi budaya indonesia tidak terkukus dengan budaya modernisasi ditengah perubahan zaman saat ini. Selain itu, Bari’an juga dapat memberikan gambaran kepada masyarakat kota, kelurahan dan desa lain bahwa meskipun masyarakat Tunggulwulung termasuk kedalam presentase kota, yang notabe-nya sangat padat penduduk akan pendatang dan terlihat individu masyarakatnya. Tetapi tetap bisa menyelenggarakan acara tradisional seperti Baria’an ini, dimana Tradisi ini dapat menjadi sarana promosi untuk memperlihatkan kekompakan masyarakat kota dan memperlihatkan rasa bangga akan tradisi yang diwarisi oleh nenek moyang. Sehingga diharapkan masyarakat kota lain dapat mencontoh masyarakat Tunggulwulung agar tradisi kebudayaan indonesia seperti Bari’an ini tidak hilang terkikis zaman dan tetap menjadi tradisi yang sakral yang dimiliki masyarakat pulau Jawa.
ADVERTISEMENT