Konten dari Pengguna

Lensa Aksiologi : Refleksi Filsafat Etika dalam Film Kartun Upin & Ipin

HABIBA RAMADANI
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
23 Mei 2024 18:21 WIB
·
waktu baca 12 menit
clock
Diperbarui 11 Juni 2024 8:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HABIBA RAMADANI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Abstrak

ADVERTISEMENT
Alasan utama artikel ini ditulis melihat banyaknya beredar tayangan film yang tidak layak untuk ditonton anak-anak. Karena apabila film yang ditonton tidak sesuai bisa menimbulkan dampak negatif dan sebaliknya. Terlepas dari itu, masih banyak film yang layak untuk anak-anak tonton, salah satunya film kartun Upin & Ipin. Sehingga artikel ini membahas tentang film kartun yang berjudul “Upin & Ipin” yang merupakan sebuah film anak-anak yang bersisi gambaran tentang kehidupan sehari-hari bocah kembar yang bernama Upin & Ipin dan teman-temannya di sebuah desa yang bernama Kampung Durian Runtuh. Film kartun ini sangat popular di kalangan anak-anak. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis salah satu nilai filsafat yaitu Aksiologi. Penulis ingin menganalisis dan menelusuri nilai-nilai etika yang terdapat dalam film kartun Upin & Ipin. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif, di mana data akan diambil dari beberapa subjudul film Upin & Ipin yang dianggap sesuai dengan tema artikel yang diangkat. Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa hampir disemua series film kartun Upin & Ipin ini terdapat nilai-nilai etika seperti nilai moral dan juga nilai norma.
ADVERTISEMENT
Kata Kunci: Kartun Upin & Ipin; Nilai etika; Ilmu Filsafat

Pendahuluan

Umumnya pada masa kana-kanak, seseorang individu akan bebas melakukan eksplorasi terhadap suatu hal yang individu tersebut rasa masih baru. Pada masa ini, individu lebih banyak melakukan aktivitas-aktivitas sesuai dengan fitrahnya sebagi anak-anak. Anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain, nonton TV, menggambar, dan aktivitas menyenangkan lainnya. Pada masa kanak-kanak ini mereka cenderung akan menerapkan hal yang dia lihat di kehidupan sehari-hari. Karena pada masa ini mereka akan meniru suatu hal yang dirasa menarik bagi mereka.
Canva: Ilustrasi anak-anak menonton TV
Berdasarkan ilmu filsafat, ada istilahnya Aksiologi. Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana individu mendemonstrasikan ilmu yang mereka dapat. Oleh sebab itu di Aksiologi sendiri akan membahas tentang etika. Etika adalah penerapan perilaku yang baik dan sesuai dengan aturan yang sudah dibentuk dalam berinteraksi di tengah masyarakat. Bagaimana tata perilakunya, moralnya dan seberapa patuh terhadap norma yang ada, itu semua berhubungan dengan etika. Moral adalah sesuatu yang mendorong individu untuk bersikap baik. Sedangkan norma adalah pedoman untuk melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berkembangnya teknologi di dunia, etika manusia makin memprihatikan. Perkembangan teknologi yang makin canggih memicu banyaknya timbul dampak negatif terhadap karakter dan pendidikan individu. Dampak negatif ini menyerang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Tetapi sangat memprihatikan banyak anak-anak yang karakter baiknya sudah rusak dan jelek sejak masa kanak-kanak. Salah satu faktor yang membentuk hal tersebut adalah kurangnya edukasi dan dampingan orang tua di setiap kegiatannya. Sebenarnya makin canggih nya teknologi di dunia tidak hanya menimbulkan dampak negatif tetapi juga berdampak positif. Semua hal tersebut tergantung dari apa yang mereka lihat, pelajari, dan juga edukasi yang baik dari orang tua.
Anak-anak tidak lepas dari menonton, bahkan tidak hanya anak-anak tetapi orang dewasa juga masih banyak yang suka menonton. Tentu kita pernah mendengar informasi yang berisi pernyataan bahwa minat membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Satistik (BPS, 2009), orang-orang lebih memilih menonton TV (90, 27%) dan atau mendengarkan radio (23, 50%) daripada membaca newspaper (18, 94%) (Dewi, 2012). Tinggi rendahnya minat membaca individu salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya konten hiburan di media TV. Televisi menjadi media yang bermoderasi efektif dalam upaya menampilkan dan juga memberikan nilai-nilai moral dan etika kepada penontonnya (Padiatra, 2022).
ADVERTISEMENT
Televisi adalah media publik yang menyiarkan gambar dan suara. Selain berfungsi sebagai media hiburan dan informasi, melalui TV individu juga bisa mendapatkan pendidikan. Berdasarkan fenomena seperti ini, sudah seharusnya PH (Production House) film menyajikan tayangan yang berkualitas, terutama untuk peningkatan pendidikan baik secara akademik, non akademi, serta moral dan etika. Terutama dalam peningkatakan etika, karena akar dari semua perilaku baik dan buruk berhubungan dengan hilangnya karakter individu. Oleh sebab itu penanaman nilai moral perlu dilakukan sejak dini. Menurut Houston dan Wright (1990), perkembangan moral dilihat dari pemahamannya terhadap tatanan moral yang berlaku. Moral adalah perilaku atas norma yang diinternalisasikan (Indayana dkk, 2022).
(Deti dan Lestari, 2021) Moral berhubungan dengan nilai, karena menjadi standar untuk mematuhi norma atau kaidah yang berlaku dalam mengatur kehidupan individu supaya menjadi lebih baik dan tertata. Perkembangan moral adalah cara berproses individu yang berkelanjutan pada masa hidupnya. Kanak-kanak akan menguasai nilai moral yang tinggi jika hidup dalam kondisi yang baik. Istilah lain dari nilai moral adalah nilai yang bisa menjadi penuntun individu kepada sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu pembelajaran yang berhubungan dengan moral sangat dibutuhkan dan penting dalam membentuk kepribadian individu. Perkembangan ini akan terjadi sangat efektif pada masa kanak-kanak. Karena pengembangan nilai moral itu sangat berkaitan dengan peilaku anak-anak, mulai dari bagaimanaa budi pekertinya, kesopannanya, dan kepatuhannya mengikuti norma yang ada. Banyak hal yang bisa mendorong perkembangan moral anak-anak, salah satunya menonton film kartun. Namun, perlu digaris bawahi bahwa semua hal tersebut dilakukan dengan pengawasan orang tua. Karena kebanyakan yang kita lihat rata-rata yang paling sering menonton itu adalah anak-anak, terutama dalam menonton film kartun.
Film kartun yang sangat banyak diminati mulai dari anak-anak hingga orang dewasa adalah film Upin & Ipin, hal ini dikarenakan selain film nya menarik dan menghibur, film ini juga memiliki materi yang sangat mendidik tertutama dari segi moral dan juga etika. Di dalam film ini dapat dilihat bagaimana perannya dalam menanamkan semangat moderasi sejak dini, dan juga film ini berperan sebagai agent of change untuk menciptakan masyarakat yang toleran, bermoral, dan juga kepatuhan akan norma (Padiatra, 2022).
ADVERTISEMENT

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif di mana data akan diambil dari beberapa subjudul film Upin & Ipin yang dianggap sesuai dengan tema artikel yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan guna untuk mendukung ketercapaian tujuan penelitian dengan cara menonton, menelusuri, dan menganalisis beberapa series film Upin & Ipin. Penelitian ini juga menggunakan berbagai macam rujukan yang dapat mendukung tujuan dari penelitian. Prosedur penelitian meliputi: (1) Mempersiapkan topik, (2) Mepersiapkan topik dan menulusuri cuplikan yang sesuai dengan tema, (3) Menuliskan hasil temuan, ditambah rujukan dari beberapa sumber referensi.

Hasil dan Pembahasan

A. Pengertian Film Kartun

Film kartun adalah bentuk film animasi yang dirancang semenarik mungkin dengan penambahan gambar, dan penyajian tokoh cerita yang menarik dan unik. Film kartun sebagai media audiovisual yang menjadi sarana hiburan dan juga pendidikan yang bisa menarik perhatian anak-anak. Oleh sebab itu penyajian film kartun biasanya disajikan dengan alur atau gambaran cerita yang mudah dinikmati dan dipahami kanak-kanak. Film kartun disebut juga film animasi. Secara terminologis, pengertian animasi berdasarkan bahasa latin adalah jiwa, hidup, nyawa, dan semangat. Animasi adalah film dengan penyajian gambar dua dimensi yang seolah bergerak, atau diartikan sebagai gambar yang bergerak dan terbentuk dari beberapa kumpulan objek gambar (Padiatra, 2022).
ADVERTISEMENT
Menurut Mohd Nizam Abdul Razak, yaitu seorang yang ikut serta membuat film kartu Upin & Ipin. Beliau orang yang membuat film ini berdasarkan aspek kebudayaan Malaysia sehingga latarnya sebuah kampung yang sangat menarik di pasar internasional. Pada masa awalnya Upin & Ipin tayang hanya khusus dalam menyabut bulan Ramadan gunanya untuk mendidik kanak-kanak tentang makna dan alasan pentingnya bulan suci Ramadan. Film ini mengangkat cerita dengan budaya-budaya yang berbeda di Malaysia, seperti: Melayu, Cina, India dan Indonesia.

B. Film Upin & Ipin

Pinterest: Ilustrasi Upin & Ipin dan kawan-kawan
Pada umumnya anak-anak tertarik dengan film animasi, sehingga film animasi bisa dijadikan media pembelajaran. Karena film animasi bisa menyampaikan informasi secara cepat dan menarik bagi anak-anak. Penokohan di dalam film animasi sangat berpengaruh terhadap anak-anak. Sering kali kita melihat anak-anak memerankan karakter film animasi tertentu. Sikap dan tingkah laku anak-anak yang meniru karakter tertentu membuktikan bahwa anak-anak akan mengidentifikasi dan belajar dari film animasi.
ADVERTISEMENT
Karakter dalam diri yang berhubungan dengan kebaikan akan membentuk pola pikir yang baik sehingga menghasilkan perilaku yang baik. Perilaku yang baik adalah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan norma. Bagi anak-anak sesuatu yang dilihat sangat berpengaruh dalam pembentukan perilakunya. Karena rata-rata anak-anak suka menonton, maka perlu diperhatikan film yang mereka tonton. Di sini peneliti menjelaskan tentang bagaimana hubungan film animasi Upin & Ipin dengan nilai-nilai etika.
Di dalam episode ini menceritakan tentang kunjungan Upin & Ipin ke rumah panti orang yang sudah tua. Sesampainya di sana Ipin melihat orang tua yang jatuh akibat ketiduran, sehingga dia pun tertawa, pada saat itu Upin langsung mengingatkan ke Ipin bahwa mereka di sana harus jaga sikap dan berlaku sopan. Terus ada bagian Fizi bilang “nanti aku suruh ibu aku tinggal di rumah panti itu lah”. Teman-teman mereka yang mendengar hal tersebut langsung marah dan Susanti bilang “bila sudah besar nanti harus Fizi yang jaga ibunya”. Di dalam episode ini juga sikap dan rasa tolong menolong serta kepedulian antar sesama tergambar jelas. Mulai dari pemberian bantuan kepada warga panti dan juga keikut sertaan dalam memeriahkan acara yang bisa menghibur warga panti yang mungkin beberapa ada yang sedih karena rindu akan rumah dan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Nilai moral yang kita dapat dari episode ini yaitu:
 Rasa tolong menolong
 Kepedulian terhadap sesama
 Kerja sama
Di dalam episode diawali dengan Atok yang sibuk membuat gerobok rezeki, namun tak kunjung selesai, sehingga Upin & Ipin ikut serta membantunya supaya cepat selesai. Kemudian gerobok tersebut dibawa ke kedai abang Iz. Terlihat jelas dari percakapan Upin & Ipin bahwa mereka ingin membantu “Kami mau membantu” kata Upin & Ipin. Bang Iz menjawab “Boleh. Di dalam kedai, di samping konter ada banyak kardus dan karung beras. Bawakan keluar semua”. Terus Upin & Ipin membalas “Baik, bos!”. Tidak hanya itu Upin & Ipin ikut serta membantu menyusun barang ke gerobok rezeki tersebut. Di dalam episode ini juga ada pesan dari abang Iz bahwa gerobok rezeki itu diperuntukkan untuk orang yang hidupnya susah, serba kekurangan, tak punya uang, dan tak punya makanan. Di dalam episode ini juga Upin & Ipin melihat nenek Zul kesulitan dalam membawa barang, sehingga dengan inisiatif dari diri mereka, mereka langsung membantu nenek zul. Pada saat mengangkut barang Atok terjatuh, dan di sana Upin & Ipin langsung siaga untuk membantu.
ADVERTISEMENT
Nilai moral yang kita dapat dari episode tersebut adalah:
 Kepedulian, bagaimana inisiatif bang Iz dalam membuat gerobok rezeki untuk orang yang kekurangan ekonomi.
 Tolong menolong, dapat dilihat dari inisiatif Upin & Ipin dalam membantu.
 Keadilan, dari episode tersebut dapat kita lihat bagaimana usaha mereka supaya orang yang merasa kekurangan dapat keadilan sama halnya dengan yang ekonomi atas, walaupun itu cuman dari segi sembako.
Dari sekian banyak episode film Upin & Ipin, hampir di setiap filmnya ada rasa toleransi. Karena Upin & Ipin dikelilingi dengan teman dan orang yang berbeda agama. Seperti Mei-Mei agamanya Konghucu, terus Devi agamanya Hindu, dan masih banyak lagi. Namun, meskipun mereka hidup dengan agama yang berbeda mereka tetap bisa hidup rukun dan saling menghargai perbedaan agama.
ADVERTISEMENT

Simpulan

Banyak hal yang bisa menumbuhkan perilaku moral yang baik, mulai dari ajaran orang tua sampai ke hal yang paling simpel adalah menonton. Meskipun banyak film animasi yang bisa ditonton anak-anak tetap perlu dampingan orang tua sebagai penyalur informasi tersirat di dalam film tersebut dan juga sebagai pengontrol. Film animasi Upin & Ipin adalah satu film yang hampir semuanya berisi pembelajaran karakter, mulai dari kejujuran, tanggung jawab, disiplin, tolong menolong, dan yang paling sering dilihat di setiap tayangan adalah rasa toleransi. Oleh sebab itu nilai moral dalam film Upin & Ipin akan berpengaruh bagi anak-anak, karena pada masa itu anak-anak masih sangat suka menonton TV.

Ucapan Terima kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada penulis yang beranggotakan Habiba Ramadani, Alisya Putri Amanda, dan Danya Indy Syafitrie karena sudah mampu menyelesaikan tulisan ini, dengan mungkin banyak kekurangan.
ADVERTISEMENT

Daftar Pustaka

Deti, S., & Lestari, T. (2021). Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1696–1699.
Indayani, N. F., Rusmayadi, R., & Musi, M. A. (2022). Pengaruh Film Animasi Terhadap Perilaku Moral Anak Usia 5-6 Tahun. JECED : Journal of Early Childhood Education and Development, 4(1), 59–68. https://doi.org/10.15642/jeced.v4i1.1876
Info, A., & Mukarromah, A. (2022). Pendidikan dan Moral Pada Anak Usia Dini. JSER Journal of Science and Education Research, 1(1). https://jurnal.insanmulia.or.id/index.php/jser/
Masriani, M., Liana, D., & Syarifudin, S. (2021). Analisis Pembentukan Moral dalam film Animasi Anak sebagai Tayangan Pendidikan. Mitra PGMI: Jurnal Kependidikan MI, 7(2), 136–149. https://doi.org/10.46963/mpgmi.v7i2.365
Pembangunan, J. K., & Dewi, R. S. (2012). REPRESENTATION OF COMMUNICATION BETWEEN CULTURES AND MORAL MESSAGES IN ANIMATION FILM (Study Analysis Of Animation Film “Upin Ipin” In Mnc Tv). Februari, 10(1).
ADVERTISEMENT
Putri, R., Murtono, M., & Ulya, H. (2021). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Film Animasi Upin dan Ipin. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1253–1263. https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1401
Risdiany, H., & Lestari, T. (2021). Pengaruh Film Kartun Upin Dan Ipin Terhadap Perkembangan Moral Anak. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(4), 1366–1372. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.577
Studi Sejarah Kebudayaan Islam, P., Ushuluddin, F., & Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dan. (n.d.). Belajar Toleransi dari Animasi: Penanaman Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Serial Kartun Upin-Ipin Aditia Muara Padiatra Learning of Tolerance from Animation: Embedding Values of Religious Moderation in Upin-Ipin Cartoon Series. In Journal Of Animation and Game Studies (Vol. 8).
Tirmidziani, A., Surtika Dewi, R., & Nugraha, F. (2022). Pengaruh Film Kartun Upin Ipin Episode “Ikhlas Dari Hati” terhadap Perkembangan Perilaku Moral Anak Usia Dini di Wilayah Kp. Liunggunung Rw. 06 Kelurahan Panyingkiran Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
Untari, M., & Purnomo, F. (2016). KAJIAN NILAI MORAL DALAM FILM KARTUN UPIN DAN IPIN UPIN EDISI “IKHLAS DARI HATI” PRODUKSI LES’ COPAQUE. 6(1), 9–18.
Yona Saputri, I., Adhi Prasetyo, S., Ardiyanto, A., Studi, P., Guru, P., & Dasar, S. (2022). ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER DALAM FILM UPIN DAN IPIN EPISODE SEMUA SAYANG OPAH TERHADAP TINGKAH LAKU ANAK. Dwijaloka Jurnal Pendidikan Dasar & Menengah, 3(1). http://jurnal.unw.ac.id/index.php/dwijaloka/index