Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Pilkada dan Pentingnya Perwajahan Kandidat Politik
6 Agustus 2020 11:25 WIB
Tulisan dari Habibah Auni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kontestasi pilkada 2020 nanti, adalah ajang kompetisi politik yang sangat seksi. Sebab selain sebagai jalan menuju kemenangan partai, kontestasi politik ini menjadi pertarungan menjagokan kandidat politik yang diusung oleh tiap partai. Dengan demikian, perwajahan kandidat politik sangat menentukan kemenangannya di pilkada.
ADVERTISEMENT
Adapun menurut Ahmed et al (2011), bagus atau tidaknya perwajahan kandidat politik, ditentukan dari cara pandang masyarakat terhadap kandidat politik. Lebih tepatnya, masyarakat akan memilih kandidat politik yang dianggap memiliki nilai, kelebihan, dan kepribadian yang serupa dengan dirinya.
Sebaliknya, jika kandidat politik kurang sesuai dengan harapan masyarakat, citra kandidat politik akan dipandang sangat negatif. Bahkan, masyarakat bisa saja memandang buruk partai politik yang mengusung kandidat politik tersebut.
Perwajahan melalui personal branding
Oleh karena itu, seyogyanya kandidat politik dan partai politik yang mengusungnya, mengoptimalkan perwajahan kepribadian kandidat politik sebagai manuver kampanye pilkada. Intinya, personal branding kepribadian kandidat politik harus dibuat sekuat mungkin.
Sebelumnya menurut Labrecque et al (2010), personal branding adalah cara mempromosikan kelebihan and keunikan seorang individu agar dapat memuaskan mata penonton. Sementara menurut seorang pengamat, personal branding sangat dibutuhkan untuk melawan arus mainstream, sehingga dapat menciptakan produk dengan identitas yang unik, berbeda, dan kokoh.
ADVERTISEMENT
Konsep personal branding sendiri sebagai komoditas politik, pertama kali dipopulerkan oleh Tom Peters (1997) di artikelnya yang berjudul The Brand Called You. Dimana menurut Tom, personal branding dapat djadikan senjata utama seseorang di bidang politik. Dalam konteks ini, personal branding dapat dijadikan sebagai taktik politik untuk memasarkan kandidat politik.
Maka dari itu, langkah melakukan political branding atau personal branding secara politik, sangat dibutuhkan bagi kandidat politik dan partai politik yang mengusungnya. Hal ini dikarenakan political branding mampu menjaring massa, sehingga elektabilitas kandidat politik bisa meningkat selama proses kontestasi politik.
Adapun langkah-langkah political branding dapat dilakukan dengan: (1) menciptakan first impression kandidat politik yang baik kepada masyarakat dan (2) menjadikan kandidat politik sebagai pusat perhatian di media sosial dan media massa.
ADVERTISEMENT
Kelemahan political branding
Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan political branding akan membuat kandidat politik mengalami kekalahan. Hal ini bisa saja disebabkan oleh political branding kandidat politik yang lebih lemah dibandingkan partai politik yang memajukannya. Lebih lengkapnya, Ahmed et al berpendapat bahwa political branding kandidat politik kurang kuat dikarenakan:
1. Hubungan yang lemah antara kandidat politik dengan pemilih.
2. Kegagalan kandidat politik dalam memenuhi ekspektasi pemilih yang terlampau tinggi.
3. Dominasi partai sehingga kandidat politik tidak dapat menunjukkan kepada pemilih untuk mempercayai dirinya.
4. Kepribadian kandidat politik yang kurang kuat bila dibandingkan dengan partai.
Solusi political branding
Namun, kelemahan political branding dari kandidat politik, sesungguhnya dapat diatasi dengan membangun fondasi personal branding yang kuat sedari awal. Mengenai hal ini, Dr. Hubert dalam tulisannya yang berjudul Authentic Personal Branding, mengusulkan agar seseorang mengenali diri sendiri terlebih dahulu dan tidak merasa rendah diri, agar dapat membangun political branding yang otentik nan kuat.
ADVERTISEMENT
Sebab individu yang sudah mengenal dirinya sendiri, akan mengetahui apa yang menjadi ambisi dan cita-citanya. Tentu saja dalam mewujudkan hal ini, analisis SWOT kandidat politik sangat diperlukan. Sehingga setelah mengetahui ambisi pribadi, kandidat politik tersebut akan mampu menentukan nilai dirinya yang ingin dipasarkan ke khalayak luas.
Dengan demikian, political branding seorang kandidat politik yang otentik, akan membuat dirinya berbeda dengan kandidat politik lainnya. Hal ini dikarenakan political branding ini, telah menonjolkan sisi kepribadian kandidat politik. Lain halnya dengan political branding umumnya, yang hanya menitikberatkan citra beberapa sisi kepribadian kandidat politik, yang mana kerap kali menimbulkan dikotomi antara political branding dengan personal identity.
Oleh karena itu, perwajahan kandidat politik sangat diperlukan untuk memenangkan perhelatan pilkada di waktu yang akan mendatang. Untuk menjadi pemenang, kandidat politik harus cerdas memanfaatkan peluang yang ada. Yakni menjadi pihak yang terbeda di dalam arena politik, yang memiliki kandidat politik dengan karakter yang homogen dan menjenuhkan.
ADVERTISEMENT