Pohon ‘Physical Distancing’ Itu Menyendiri di Bahrain

Sesdilu 68 - Muhammad Habibie
Segera menerbitkan tulisan di Kumparan.
Konten dari Pengguna
20 November 2020 20:08 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sesdilu 68 - Muhammad Habibie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Tree of Life, Bahrain. (Sumber: flickr.com, Chris Price)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Tree of Life, Bahrain. (Sumber: flickr.com, Chris Price)
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 telah mengubah dunia dalam sekejap. Tidak hanya merenggut korban jiwa, Covid-19 juga telah mengubah kehidupan manusia di muka bumi. Untuk menekan penyebaran Covid-19, sejumlah negara memberlakukan kebijakan social distancing yang membatasi interaksi sosial antar individu secara langsung.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia lebih memilih untuk menggunakan istilah physical distancing ketimbang social distancing. Alasannya, istilah social distancing tidak sesuai dengan kearifan lokal, karena seakan-akan menjauhkan kerukunan masyarakat.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan physical distancing tidaklah mudah bagi sebagian orang. Sebagai makhluk sosial, manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup sendiri dan cenderung suka bergaul. Hidup seorang diri tanpa bersosialisasi dengan sesama dapat menimbulkan kebosanan. Lantas, bagaimana dengan makhluk hidup lainnya ya? Apakah tumbuh-tumbuhan, misalnya, juga merasakan hal yang sama bila hidup dalam kesendirian?
Foto: Tree of Life dari kejauhan (Sumber: Ewan McIntosh, flickr.com)
Meskipun Covid-19 diketahui tidak menginfeksi tumbuh-tumbuhan, tahukah Anda, bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda, sebatang pohon nun jauh di sana sudah sejak lama menjalani ‘physical distancing’?
Pohon itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah Tree of Life yang merupakan salah satu ikon pariwisata Bahrain. Setiap tahunnya, Tree of Life ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun asing. Seperti halnya objek-objek wisata di Bahrain lain pada umumnya, untuk memasuki kawasan wisata Tree of Life, Anda tidak perlu membeli tiket apalagi membayar. Asyik, bukan?
Foto: Papan penunjuk arah menuju kawasan wisata Tree of Life (Sumber: Chris Price, flickr.com)
Tree of Life adalah sebatang pohon shami. Dengan tingginya yang hampir mencapai 10 meter, pohon ini diperkirakan memiliki akar yang panjangnya mencapai 50 meter. Akar inilah yang dipercaya dapat menjangkau sumber air di sekitarnya. Namun demikian, hingga saat ini keberadaan sumber air tersebut belum dapat dibuktikan.
Foto: Lebih dekat dengan Tree of Life (Sumber: Omar Chatriwala, flickr.com)
Sebutan Tree of Life atau Pohon Kehidupan memang dapat menimbulkan multitafsir. Sebagian orang mungkin membayangkan bahwa sebuah ‘pohon kehidupan’ adalah pohon yang tumbuh di lahan yang subur, dialiri sumber air, dan menghasilkan buah-buahan. Namun, Tree of Life yang ada di Bahrain justru kebalikannya.
ADVERTISEMENT
Tree of Life tumbuh di atas bukit pasir. Tidak terlihat adanya tanda-tanda sumber air di sekitarnya. Kondisi ini diperparah dengan suhu yang tergolong ekstrim dan curah hujan yang amat rendah. Tidak mengherankan bila Tree of Life merupakan satu-satunya pohon besar yang hidup di kawasan gersang tersebut.
Foto: Tree of Life tumbuh di padang tandus (Sumber: flickr.com, Chris Price)
Keunikan Tree of Life bukan saja terletak pada lokasinya, namun juga usianya. Peneliti memperkirakan usia pohon ini telah mencapai 400 tahun. Mari bayangkan sejenak, betapa kesepiannya pohon ini. Selama ratusan tahun menyendiri, Tree of Life seolah-olah tengah menjalani physical distancing dari pohon-pohon lainnya.
Keunikan-keunikan tersebutlah yang membuat Tree of Life dikagumi. Kemampuannya bertahan hidup di tengah lingkungan yang ekstrem telah menjadikan Tree of Life sebagai simbol pengharapan dan tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta. Semoga kita dapat memetik hikmah dari perjalanan hidup Tree of Life dan tetap semangat meskipun harus melalui masa-masa sulit.
ADVERTISEMENT