Konten dari Pengguna

Peningkatan Kasus Pneumonia Anak Akibat Polusi Udara

habib siddiq
Medical student at islamic state university of Syarif Hidayatullah Jakarta
26 November 2023 15:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari habib siddiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi menggunakan masker sebagai langkah preventif dalam mencegah penyakit saluran napas pada anak, Foto: Dok. Habib Siddiq
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi menggunakan masker sebagai langkah preventif dalam mencegah penyakit saluran napas pada anak, Foto: Dok. Habib Siddiq
ADVERTISEMENT
Pemanasan global merupakan isu yang sangat memprihatinkan saat ini. Kenaikan suhu bumi berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang menyebabkan peningkatan kadar polusi udara. Beberapa aktivitas itu seperti: pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industri berkontribusi pada pelepasan gas rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu di atmosfer. Dampaknya, terjadi peningkatan polusi udara yang menyebabkan tekanan tambahan pada lingkungan.
ADVERTISEMENT
Kualitas udara yang buruk, terutama akibat emisi dari transpostasi dan industri, dapat merugikan sistem pernapasan terutama pada anak – anak yang masih mengalami tumbuh kembang. Paparan dari polusi udara yang terus - menerus terhadap polutan udara dapat menyebabkan peradangan pada sistem pernapasan, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, termasuk pneumonia.
Ilustrasi salah satu penyebab polusi udara adalah dari asap produksi pabrik, Foto.Dok.Habib Siddiq
Paparan polutan udara, seperti partikulat dan gas beracun dapat merusak sistem pernapasan dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan terutama pada anak – anak, dimana sistem kekebalan tubuhnya masih mengalami perkembangan sehingga anak – anak menjadi rentan terhadap efek polusi udara. Polusi udara menyebabkan kondisi lingkungan yang memicu peradangan pada paru – paru yang disebabkan oleh masuknya bakteri atau virus pneumonia.
Polusi udara mengandung partikel berbahaya, seperti partikulat PM2.5, yang memiliki dampak signifikan terhadap sistem pernapasan terutama pada anak. Partikel ini sangat kecil sehingga dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran napas yang melewati filter alami hidung. Saat anak – anak menghirup udara yang banyak mengandung partikel berbahaya, partikel ini dapat masuk ke paru – paru yang nantinya menyebabkan peradangan pada jaringan sekitarnya. Selain itu, partikel ini dapat membawa zat kimia berbahaya yang merugikan sel di paru – paru dan sistem immun pada anak. Akumulasi dari partikel ini dalam jangka panjang menyebabkan risiko infeksi pernapasan, seperti: pneumonia, dan beberapa penyakit pada sistem pernapasan.
Ilustrasi paru - paru penderita pneumonia, Foto: Dok. Habib Siddiq
Menurut World Health Organization (WHO) pneumonia adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang dapat mengancam jiwa pada orang – orang dari segala usia. Di Indonesia sendiri pneumonia disebut juga dengan paru – paru basah, yang dapat menyebabkan peradangan pada kantong – kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru. Akibatnya, alveoli dipenuhi oleh cairan atau nanah sehingga membuat penderita sulit bernapas.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data WHO tahun 2019, pneumonia menyebabkan 14% dari kematian anak dibawah 5 tahun dengan total kematian 740.180 jiwa. Sedangkan menurut data Riskesdas Indonesia tahun 2018, penderita pneumonia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Demikian juga menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari tahun ketahun terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun 2007.
Hasil survei mengindikasikan bahwa daerah – daerah dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi seperti Jakarta, Tangerang Selatan, Tangerang, dan beberapa daerah diindonesia cenderung memiliki kasus pneumonia anak yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor polutan udara seperti partikulat dan gas beracun secara konsisten terhubung dengan peningkatan risiko infeksi pernapasan pada anak.
ADVERTISEMENT
Pneumonia pada anak memberi risiko jangka panjang terhadap tumbuh kembangnya. Penyakit ini tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi masa depan anak. Pneumonia dapat menghambat pertumbuhan tubuh dan mengganggu perkembangan organ vital, seperti paru – paru. Anak – anak yang yang mengalami pneumonia cenderung memiliki penurunan berat badan dan kehilangan energi yang seharusnya digunakan untuk tumbuh kembangnya. Selain itu, pneumonia juga mengganggu kesehatan psikologis seperti gangguan emosional dan sosial anak.
Ketika seorang anak mengalami pneumonia yang membutuhkan perawatan atau manajemen jangka panjang, sistem kesehatan akan menghadapi beban yang lebih berat. Perawat jangka panjang membutuhkan sumber daya yang substansial, baik dari tenaga medis, fasilitas kesehatan, maupun biaya. Selain itu, aspek ekonomi juga akan menjadi terdampak baik bagi keluarga penderita maupun masyarakat.
ADVERTISEMENT
Adanya kesadaran terhadap risiko penularan pneumonia pada anak mendorong kita sebagai masyarakat untuk mengambil langkah preventif baik secara individu maupun kolektif untuk mengurangi gangguan kesehatan ini. Secara individu, keluarga dapat memastikan bahwa lingkungan sekitar anak bebas dari asap rokok serta polusi udara. Selain itu, pemberian imunisasi secara rutin juga dapat menjadi langkah preventif yang efektif. Dari segi kolektif, masyarakat dapat berperan aktif dalam mendukung kampanye pencegahan pneumonia, seperti penyuluhan kesehatan dan promosi kebersihan lingkungan. Selain itu, advokasi untuk kebijakan publik yang mendukung pengendalian polusi udara dan perbaikan kualitas udara juga menjadi langkah penting dalam mencegah pneumonia pada anak.
Ilustrasi pencegahan kasus pneumonia dengan mengurangi pemakaian kendaraan dan rumah kaca, Foto: Dok. Habib Siddiq
Untuk itu peran orang tua, komunitas, dan pemerintah menjadi sangat penting dalam upaya mengurangi tingkat polusi udara. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan sehat di rumah, seperti: menghindari penggunaan bahan berbahaya dan mendukung kebijakan antirokok didalam ruangan. Ditingkat komunitas, kesadaran akan polusi udara perlu ditingkatkan melalui kampanye pendidikan dan program peduli lingkungan, seperti: penggunaan transportasi umum atau berbagi kendaraan yang juga dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Sedangkan pemerintah sebagai pemegang kunci dalam merancang dan menegakkan kebijakan lingkungan yang ketat, mendorong investasi pada energi bersih, dan menggalakkan penggunaan transportasi umum. Dengan sinergi dari ketiga komponen ini, diharapkan kita dapat mecapai proses yang signifikan dalam mengatasi polusi udara dan menjaga kualitas udara untuk kesehatan dan kesejahteraan bersama.
ADVERTISEMENT