Kuliah di Jurusan Sastra, Mau Kerja Jadi Apa?

Haekal Mahdania
kumparan Buddies - Library and Information undergraduated student, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
10 Januari 2023 6:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haekal Mahdania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Dokumentasi: FIB UI
zoom-in-whitePerbesar
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Dokumentasi: FIB UI
ADVERTISEMENT
“Kuliah di sastra, mau jadi apa?”
“Nanti kerjanya jadi translator ya?”
ADVERTISEMENT
“Eh tolong dong ajarin gue bahasa ini, kan lo kuliah bahasa ini kan?”
Bagi sebagian besar anak sastra pasti enggak asing lagi dengan pertanyaan di atas. Menjadi anak sastra bukanlah suatu hal yang mudah karena banyaknya orang yang menyepelekan kuliah di bidang Sastra.
Tak jarang orang-orang bakal mengira bahwa lulusan sastra hanya menjadi translator atau editor media asing yang masuk ke Indonesia. Bukan hanya itu, bahkan ada yang menganggap bahwa lulusan sastra hanya akan menjadi guru bahasa.
Salah satu universitas dengan jurusan bahasa ada di Universitas Indonesia. UI memiliki sebuah fakultas yang berisi 15 jurusan yaitu Program Studi Bahasa Arab, Bahasa dan Kebudayaan Korea, Bahasa Belanda, Bahasa Cina, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Prancis, Bahasa Rusia, Arkeologi, Ilmu Filsafat, Ilmu Perpustakaan, dan Sejarah. 11 di antaranya merupakan jurusan bahasa yang membuat fakultas ini dijuluki sebagai fakultas sastra.
ADVERTISEMENT
Setelah banyak mengobrol dengan mahasiswa dari berbagai jurusan bahasa di FIB UI, saya mendapatkan banyak sudut pandang mengenai stereotype mahasiswa sastra.
Salah satunya dari mahasiswa Program Studi Inggris, Laras Pramesti. Dia mengatakan bahwa anak sastra juga banyak memiliki kesempatan kerja.
Selain itu, menurut pendapat Farah Annisa, mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia juga mengatakan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana perasaan mahasiswa FIB UI jika mendapat pertanyaan “Kuliah di sastra, mau jadi apa?”. Falza Aldiandra, yang juga merupakan mahasiswa Program Studi Arab mengatakan bahwa ia cukup merasa sedih jika masih banyak orang yang sering meragukan kemampuan anak-anak sastra.
ADVERTISEMENT
Memang di era yang serba digital ini, banyak sekali penemuan baru yang membuat hidup kita terasa lebih mudah. Ditambah lagi, penemuan tersebut bisa saja menggantikan peran profesi yang semula ada menjadi tiada.
Namun, belum tentu kemajuan teknologi misalnya AI (Artificial Intelligence) ini bisa merasakan seluruh emosi dan cara berpikir kritis seperti manusia.
Mahasiswa Program Studi Rusia, Englandiva Akyla, merasa pertanyaan tersebut bisa mendorong atau bahkan menurunkan semangatnya.
Tokoh lulusan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Dokumentasi: Instagram @therealdisastr (kiri), Instagram @damonosapardi (kanan)
Jika dilihat dari lulusan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, alumni mereka memang banyak yang menjadi sastrawan seperti Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono dan Dr. Seno Gumira Ajidarma.
ADVERTISEMENT
Namun, ada juga lulusan terkenal yang sukses di bidang lain seperti Dr. Fadli Zon, Dewi Julia Pramitarini Makes, S.S., Diandra Paramita Sastrowadoyo, S.Hum. M.M., dan masih banyak lagi.
Nah, buat Teman kumparan yang akan dan sedang menempuh jurusan sastra, jangan bingung dan sedih lagi. Ternyata, lulusan sastra bisa jadi apa saja lho, tergantung niat dan usaha kita. Jadi tetap semangat!