Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Bahasa dalam Karya Sastra: Implementasi Nilai Rasa Kemanusiaan
23 Juni 2022 22:18 WIB
Tulisan dari Muhammad Haekal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa secara hakikatnya merupakan alat komunikasi yang variatif. Bahasa digunakan untuk mengekspresikan berbagai ide seseorang ke dalam suatu media, baik dalam bentuk verbal maupun tulisan.
ADVERTISEMENT
Berbagai latar belakang pengguna bahasa, seperti dari logat, ras, dan kenegaraan, turut serta dalam menciptakan variasi bahasa. Bahasa berperan penting dalam penyampaian pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Bahasa memiliki berbagai variasi, seperti bahasa Indonesia ragam ilmiah, bahasa gaul, dan bahasa kiasan.
Sebagai salah satu variasi bahasa, bahasa kiasan memiliki peranan penting dalam penciptaan karya sastra. Bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang menggunakan makna khusus dalam mengekspresikan suatu kata. Dengan bahasa kiasan, suatu makna kata tidak didefinisikan secara harfiah, tetapi kontekstual sehingga mampu menciptakan estetika. Makna bahasa ini digunakan sebagai salah satu “senjata” untuk menciptakan karya sastra yang penuh dengan makna yang reflektif dari pengarang. Seorang pembaca harus mampu memahami bagaimana kata tersebut menciptakan makna dalam karya sastra. Karya sastra apa pun, baik puisi, cerpen, maupun teks drama, memiliki penggunaan bahasa kiasan sebagai salah satu upaya penulis dalam menyampaikan suatu pesan tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Karya sastra, pada dasarnya, merupakan refleksi terhadap pengalaman kemanusiaan. Karya sastra memiliki berbagai latar, seperti cerita, alur, dan pesan moral, yang merefleksikan pengetahuan seorang pengarang. Pengetahuan ini dicerminkan dengan menggunakan estetika makna dalam karya sastra. Karya sastra memanifestasikan pengalaman kemanusiaan yang dimiliki oleh seorang pengarang. Seorang pengarang dalam karya sastra menceritakan latar, alur, dan penokohan sebagai hasil dari refleksi kemanusiaannya.
Karya sastra senantiasa menceritakan realitas berdasarkan pengalaman kemanusiaan pengarang. Karya sastra tidak hanya mengungkapkan imajinasi pengarang semata, tetapi juga memuat fakta dan realitas kehidupan yang dapat dilihat, dirasa, dan dibicarakan. Realitas ini dapat diketahui dari lingkungan dan kehidupan pengarang. Aspek ini merupakan aspek yang unik dan menarik. Lewat karya sastra, yang erat kaitannya dengan realitas kehidupan, pemahaman seorang pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan senantiasa berkembang. Tidak hanya itu, aspek yang membesarkan dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada dirinya juga turut berkembang.
ADVERTISEMENT
Karya sastra diciptakan sebagai proses kreativitas manusia yang bersumber dari kehidupan manusia dalam masyarakat. Karya sastra merupakan suatu ciptaan atau kreasi, bukan sekadar imitasi. Karya sastra merupakan hasil dari implementasi kreativitas pengarang yang objeknya adalah manusia dan kehidupan manusia. Bahasa memiliki peranan penting sebagai cara mengekspresikan realitas tersebut. Suatu hal yang tidak luput dari karya sastra adalah nilai atau norma kehidupan dalam bentuk makna-makna kiasan.
Refleksi kemanusiaan ini, contohnya, dapat ditemukan karya sastra berupa cerpen yang berjudul Amnesti karya Putu Wijaya. Salah satu adegan yang menarik dalam karya ini adalah adegan seorang anak raja yang membuat keputusan karena merasa kasihan dengan tokoh utama. Padahal, tokoh utama merupakan seorang pencuri yang hendak dihukum. Akibat dari tindakan ini ialah pemberontakan masyarakat. Hal ini pun merupakan realitas dalam masyarakat saat ini. Ketika ada pemerintah yang membuat kebijakan dengan semena-mena, berbagai komentar bermunculan, baik melalui kritik, makian, maupun saran.
ADVERTISEMENT
Bahasa merupakan aspek penting dalam suatu karya sastra. Bahasa memiliki peranan signifikan dalam mengekspresikan hasil pemikiran seorang pengarang. Dengan bahasa, pengarang mampu menciptakan makna kiasan yang mendalam. Bahkan, dengan bahasa, pengarang mampu menciptakan refleksi terhadap realitas perspektif kehidupannya. Dari sini, bahasa menjadi aspek penting untuk mengekspresikan nilai rasa kemanusiaan pengarang.