Konten dari Pengguna

Mudik Mungkin Singkat, Tapi Efeknya Panjang

HA Santosa
Sesdilu 78
7 April 2025 14:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HA Santosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mudik itu aneh. Rasanya baru sampai rumah, tahu-tahu sudah harus kembali lagi ke perantauan. Waktu berlalu begitu cepat. Tas belum sepenuhnya dibongkar, tapi tiket pulang sudah menunggu di dompet. Tapi justru karena ia sebentar, mudik jadi terasa sangat berharga.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma karena kita bisa makan opor dan segala kuliner khas yang dikangeni, atau bisa tidur siang tanpa gangguan notifikasi. Tapi karena dalam waktu yang singkat itu, kita bisa merasakan ulang apa artinya punya rumah—bukan bangunan, tapi pelukan. Bukan hanya tempat tinggal, tapi tempat pulang.
Suasana Idulfitri di kampung halaman (sumber: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Idulfitri di kampung halaman (sumber: dokumentasi pribadi)
Silaturahmi saat mudik adalah inti dari semuanya. Duduk bersama orang tua, menyuapi keponakan, ketawa bareng sepupu yang dulu main layangan bareng, sekarang curhat tentang cicilan. Obrolan-obrolan yang tidak penting, tapi ternyata sangat menyentuh.
Kita kadang lupa, hidup bukan cuma soal target dan pencapaian. Ada bagian dari diri kita yang hanya bisa diisi oleh kehadiran orang-orang terdekat. Dan mudik adalah cara kita menyambung ulang koneksi itu. Satu pelukan ibu bisa lebih ampuh dari istirahat seminggu. Satu doa bapak saat melepas kita kembali ke kota, cukup jadi bahan bakar semangat berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
Dan ketika kembali ke perantauan, kita bawa sesuatu yang baru. Bukan cuma oleh-oleh, tapi rasa: rasa syukur, rasa tenang, dan rasa sayang. Kita jadi lebih kuat menghadapi stress, lebih ikhlas menghadapi tekanan. Karena tahu, ada yang menunggu kabar baik dari kita. Ada yang tak pernah absen mendoakan, meski tak pernah bertanya.
Mudik memang singkat. Tapi ia mengembalikan banyak hal: kehangatan, semangat, bahkan arah. Langkah sebagian besar dari kita kini sudah kembali ke kota, tapi hati kita penuh oleh hal-hal yang tak dijual di supermarket—kedekatan, makna dan harapan.
Maka biarlah mudik sebentar. Asal efeknya panjang. Karena itu yang akan kita bawa… sampai waktu pulang berikutnya tiba.