Konten dari Pengguna

Transisi Energi : Go Nuclear For Peace

Hafidz Akbar
Saya Merupakan Seorang Mahasiswa Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia - BRIN, Aktif Dalam Organisasi INYS
22 November 2022 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hafidz Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

INYS & DEM UGM Serahkan Policy Brief kepada Pemerintah melalui BRIN

INYS & DEM UGM serahkan policy brief kepada pemerintah melalui BRIN (Sumber : Dokumentasi INYS - 16/11/2022)
zoom-in-whitePerbesar
INYS & DEM UGM serahkan policy brief kepada pemerintah melalui BRIN (Sumber : Dokumentasi INYS - 16/11/2022)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dewan Energi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (DEM UGM) dan Indonesia Nuclear Youth Society (INYS) menyerahkan policy brief kepada pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tepatnya di kantor Pusat Riset Teknologi Akselerator - Organisasi Riset Tenaga Nuklir pada Rabu, 16 November 2022. Penyerahan policy brief “Masa Depan Energi Indonesia: Kajian Komprehensif Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia” dilakukan dalam rangka menuntut pemerintah menggaungkan go nuclear for peace dan merealisasikan transisi energi.
ADVERTISEMENT
Menurut DEM UGM dan INYS, Saat ini Indonesia masih cukup bergantung dengan energi fosil yang dibuktikan dari sumber pasokan energi primer Indonesia yang masih didominasi oleh minyak bumi dan batu bara. Disamping itu, penggunaan energi fosil yang semakin masif memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan dengan dapat meningkatkan emisi/pengeluaran karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya.
Salah satu sumber energi ramah lingkungan dengan efisiensi dan kepadatan energi yang cukup baik adalah energi nuklir. Pemerintah Indonesia sendiri sudah sejak lama menggaungkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia. Namun, pembangunan masih terkendala pada aspek keamanan, ekonomi, politik, penerimaan masyarakat, dan kesiapan wilayah. Kendala tersebut menurut DEM UGM dan INYS dapat diselesaikan dengan melakukan kajian yang komprehensif serta komitmen pemerintah dalam mempersiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
ADVERTISEMENT
Percepatan pembangunan PLTN di Indonesia dapat menjadi perhatian penting sejak pemenuhan kebutuhan energi bersih menjadi komitmen Indonesia untuk menurunkan kadar emisi karbon berdasarkan perjanjian Paris Agreement sembari melakukan pemenuhan akan kebutuhan elektrifikasi.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan merealisasikan komitmen terhadap penurunan emisi karbon. Pertimbangan penggunaan energi listrik melalui pembangunan PLTN adalah langkah yang tepat untuk merealisasikan komitmen tersebut. Namun, prospek pembangunan PLTN di Indonesia yang diproyeksikan pada tahun 2027 hingga 2030 masih dihadapkan pada berbagai problematika yang masih harus dikaji lebih dalam.
Problematika PLTN yang diproyeksikan dibangun di Bangka Belitung ini di antaranya adalah keselamatan, pembiayaan, penerimaan masyarakat dan dukungan politis, serta aspek kewilayahan. Pengolahan limbah radioaktif, biaya pembangunan PLTN yang diambil dari anggaran negara, regulasi, perspektif dan animo masyarakat mengenai pembangunan PLTN, serta daya dukung wilayah dan komplementaritas kajian studi tapak merupakan aspek yang harus dikaji secara komprehensif.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai permasalahan di atas, DEM UGM dan INYS melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai aspek kebijakan pembangunan PLTN. Kajian tersebut disampaikan kepada BRIN dalam bentuk policy brief yang meliputi peluang investasi dan regulasi, aspek teknis PLTN, aspek lingkungan, serta tuntutan dan harapan dari DEM UGM dan INYS. Tuntutan yang disampaikan oleh DEM UGM dan INYS meliputi:
Dengan penyampaian policy brief ini, DEM UGM dan INYS berharap pemerintah dapat membantu merealisasikan Indonesia Go Nuclear dan Nuclear for Peace serta melibatkan komponen kepemudaan/mahasiswa dalam transisi energi dan percepatan pembangunan PLTN di Indonesia.***
ADVERTISEMENT
Avelya Hesti Pratama, Indonesia Nuclear Youth Society.