Konten dari Pengguna

Filsafat Kontemporer: Jejak Pemikiran dari Barat, Islam, hingga Nusantara

HAFIDZ DEIN HAZ
saya sebagai mahasiswa Universitas K.H.Saiffudin Zuhri Purwokerto, Progam Studi Pendidikan Agama Islam, Semester 2
22 April 2025 14:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HAFIDZ DEIN HAZ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Abdul Azis, 2024
Hafidz Dein Haz_244110402358
Buku Filsafat Kontemporer karya Abdul Azis menjadi angin segar bagi kajian filsafat di Indonesia. Terbit pada 2024, karya ini menyuguhkan narasi pemikiran yang tajam, terstruktur, dan menyentuh berbagai ranah pemikiran kontemporer — dari Barat hingga dunia Islam, termasuk kontribusi lokal dari pemikir Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan gaya penulisan yang lugas namun sarat substansi, Azis membawa pembaca menelusuri lanskap pemikiran modern yang beragam. Ia tidak hanya menjelaskan gagasan, tetapi juga membedah latar sosial, politik, dan kultural di balik kemunculan berbagai filsafat mutakhir.
Dari Nietzsche hingga Derrida: Barat Tak Lagi Tunggal
Filsafat Barat kontemporer, menurut Azis, telah beralih dari keangkuhan rasionalisme ke arah kritik mendalam terhadap struktur kekuasaan dan makna. Di sinilah muncul tokoh-tokoh seperti Friedrich Nietzsche yang menggugat nilai-nilai moral Barat, Michel Foucault yang menelusuri relasi kuasa dan pengetahuan, hingga Jacques Derrida dengan dekonstruksinya yang mengacaukan makna tunggal dalam teks.
Azis menekankan, pemikiran-pemikiran ini bukan hanya spekulatif, tapi berakar pada kondisi sosial yang konkret: kolonialisme, revolusi industri, krisis identitas, hingga lahirnya masyarakat informasi.
ADVERTISEMENT
Islam dan Tantangan Modernitas
Di bagian lain, Azis memotret dinamika filsafat Islam kontemporer yang terus bergulat dengan modernitas. Ia menyoroti pemikir seperti Fazlur Rahman yang menyerukan hermeneutika baru terhadap Al-Qur'an, serta Muhammad Abduh dan Jamal al-Din al-Afghani yang menjadi pelopor gerakan pembaruan Islam.
Buku ini juga menampilkan Abid al-Jabiri yang mencoba menyusun kembali nalar Arab secara kritis, mengajak umat Islam untuk merebut kembali otoritas berpikir yang pernah hilang di bawah bayang-bayang tradisi skolastik.
Filsafat Indonesia: Kearifan yang Terlupakan
Tak kalah menarik, bagian tentang filsafat Indonesia memperlihatkan betapa kaya warisan intelektual nusantara. Nama-nama seperti Mohammad Nasroen dan Ki Hadjar Dewantara dimunculkan sebagai pionir yang mencoba merumuskan filsafat dengan akar budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Ki Hadjar, misalnya, tidak hanya dikenal sebagai tokoh pendidikan, tetapi juga sebagai filsuf praksis yang memadukan nilai kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Sementara itu, Nasroen mencoba membangun sistem filsafat Indonesia yang mandiri dari arus besar filsafat Barat dan Islam.
Buku Filsafat Kontemporer, karya Abdul Azis, 2024
Azis menutup bukunya dengan refleksi bahwa filsafat kontemporer bukan sekadar wacana akademik. Ia adalah cermin dari keresahan zaman, sekaligus upaya manusia mencari makna dalam dunia yang terus berubah.
Buku ini penting bukan hanya bagi kalangan filsuf, tetapi juga bagi siapa pun yang ingin memahami arah pemikiran manusia di abad ini. Dengan gaya tulis yang komunikatif dan konten yang kaya, Filsafat Kontemporer menjadi karya referensial yang relevan di tengah gejolak zaman.
ADVERTISEMENT