Konten dari Pengguna

Sekaten: Inovasi Dakwah Melalui Seni dan Budaya

Hafizd Rosyaadi
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
18 November 2024 15:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hafizd Rosyaadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kirab atau arak-arakan Garebeg Maulid Keraton Ngayogyakarta pada tahun 2023. (Foto: Humas Pemda DIY).
zoom-in-whitePerbesar
Kirab atau arak-arakan Garebeg Maulid Keraton Ngayogyakarta pada tahun 2023. (Foto: Humas Pemda DIY).
ADVERTISEMENT
Yogyakarta, kota yang kaya akan tradisi dan budaya, setiap tahunnya menyuguhkan perhelatan akbar bernama Sekaten. Lebih dari sekadar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Sekaten adalah sebuah perpaduan unik antara ajaran Islam dan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Perpaduan harmonis ini telah terjalin selama berabad-abad dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sunan Kalijaga, Sang Maestro Dakwah Budaya
Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, dikenal sebagai sosok yang piawai dalam menyebarkan Islam. Beliau menyadari bahwa pendekatan yang kaku dan dogmatis tidak akan efektif dalam menarik hati masyarakat Jawa yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat. Maka dari itu, Sunan Kalijaga memilih pendekatan yang lebih halus, yakni dengan menggabungkan ajaran Islam dengan unsur-unsur budaya lokal. Sekaten adalah salah satu hasil dari pemikiran brilian beliau. Dengan menyisipkan pesan-pesan Islam ke dalam berbagai elemen budaya Jawa seperti gamelan, tarian, dan prosesi Grebeg Maulud, Sunan Kalijaga berhasil membuat Islam terasa dekat dan relevan dengan kehidupan masyarakat.
Simfoni Budaya yang Memikat Jiwa
Sekaten adalah sebuah perayaan yang kaya akan simbolisme. Alunan gamelan Kyai Sekati dan Kyai Guntur Madu yang mengalun merdu, tarian-tarian klasik Jawa yang anggun, serta prosesi Grebeg Maulud dengan gunungannya yang megah, semuanya menyatu dalam sebuah harmoni yang memukau. Setiap elemen dalam perayaan ini memiliki makna filosofis yang mendalam, menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta.
ADVERTISEMENT
Grebeg Maulud, Puncak Perayaan Sekaten
Puncak dari perayaan Sekaten adalah Grebeg Maulud. Prosesi arak-arakan gunungan yang dipenuhi berbagai jenis hasil bumi menjadi momen yang paling dinantikan. Gunungan ini bukan sekadar tumpukan makanan, melainkan simbol keberkahan, kemakmuran, dan persatuan. Prosesi ini juga mengandung makna spiritual yang mendalam, melambangkan perjalanan manusia menuju kesempurnaan.
Analisis Kasus Dakwah dalam Sekaten
• Sinkretisasi Budaya: Sunan Kalijaga tidak menafikan nilai-nilai luhur yang sudah ada dalam budaya Jawa. Beliau justru memanfaatkannya sebagai media dakwah. Misalnya, gamelan yang awalnya digunakan dalam upacara-upacara Hindu, kemudian diadaptasi untuk mengiringi kegiatan keagamaan Islam.
• Visualisasi Agama: Melalui prosesi Grebeg Maulud dengan gunungannya yang megah, Sunan Kalijaga memberikan visualisasi yang kuat tentang konsep keberkahan dan rezeki dalam Islam.
ADVERTISEMENT
• Pendekatan Emosional: Musik gamelan yang merdu dan tarian-tarian yang anggun mampu menggugah perasaan dan menciptakan ikatan emosional antara masyarakat dengan ajaran Islam.
• Pemberdayaan Masyarakat: Dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan Sekaten, Sunan Kalijaga tidak hanya menyebarkan agama, tetapi juga memberdayakan mereka untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial keagamaan.
Relevansi Sekaten di Era Modern
Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, Sekaten tetap relevan dan menarik minat masyarakat. Tradisi ini mengajarkan kita beberapa hal penting:
• Pentingnya Toleransi: Sekaten adalah bukti nyata bahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan budaya lain secara harmonis.
• Pelestarian Budaya: Dengan menjaga tradisi Sekaten, kita turut melestarikan warisan budaya bangsa.
• Nilai-nilai Universal: Pesan-pesan yang terkandung dalam Sekaten, seperti persaudaraan, gotong royong, dan keadilan, adalah nilai-nilai universal yang relevan di setiap zaman.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Meskipun memiliki sejarah yang panjang, tradisi Sekaten juga menghadapi berbagai tantangan di era modern. Perubahan gaya hidup, pengaruh budaya asing, dan minimnya minat generasi muda menjadi ancaman bagi kelestariannya.
Untuk melestarikan tradisi Sekaten, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan para seniman. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
• Pendidikan: Meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya melestarikan tradisi Sekaten.
• Inovasi: Menyesuaikan tradisi Sekaten dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan esensinya.
• Kolaborasi: Membangun kerja sama antara berbagai pihak untuk menjaga kelangsungan tradisi Sekaten.
• Pemanfaatan Teknologi: Memaksimalkan penggunaan teknologi informasi untuk mempromosikan Sekaten.
Warisan Budaya yang Tak Ternilai
Sekaten bukan hanya sekadar peristiwa masa lalu, tetapi juga menjadi inspirasi untuk masa depan. Tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan perkembangan zaman. Dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, di mana keberagaman dan toleransi menjadi landasan utama.
ADVERTISEMENT
Sekaten adalah sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Di balik kemeriahannya, tersimpan strategi dakwah yang brilian dari Sunan Kalijaga. Dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya, kita dapat mengambil inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik, di mana keberagaman dan toleransi menjadi landasan utama.
Penulis: Hafizd Rosyaadi, Farhan Artya Wirawan, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta