Melirik Selulosa Bakteri untuk Pengemasan Makanan

Fadli Hafizulhaq
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.
Konten dari Pengguna
16 Juni 2024 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadli Hafizulhaq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tomat dalam bungkusan plastik. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Tomat dalam bungkusan plastik. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika membaca kata bakteri, sebagian besar dari kita barangkali akan menilainya sebagai makhluk yang buruk. Hal ini cukup beralasan karena bakteri yang acap kita dengar adalah penyebab bahan makanan membusuk, penyebab diare dan sebagainya. Namun kenyataannya, ada sekelompok bakteri yang juga bermanfaat bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Acetobacter xylinum adalah salah satu contoh bakteri yang bermanfaat. Jenis bakteri gram negatif ini telah lumrah digunakan sebagai “agen” dalam pembuatan produk makanan berbasis selulosa bakteri dengan nama dagang nata de coco. Agaknya kita sudah familiar dengan nata de coco, bukan? Namun tahukah Anda bahwa nata de coco atau selulosa bakteri secara umum juga bisa dijadikan kemasan makanan?

Mengenal Selulosa Bakteri

Selulosa pada dasarnya merupakan polimer alam yang ketersediaannya sangat berlimpah di muka bumi. Selain bisa didapatkan dari tanaman, selulosa juga bisa disintesis oleh makhluk hidup selain tumbuhan seperti ulat dan bakteri. Produk selulosa yang dihasilkan oleh bakteri inilah yang kemudian disebut sebagai selulosa bakteri atau bacterial cellulose.
Tidak seperti serat selulosa dari tumbuhan, selulosa bakteri dinilai lebih superior. Hal ini dikarenakan selulosa bakteri memiliki kemurnian yang tinggi. Kemurniannya disebut mencapai 100% karena tidak mengandung zat lain seperti lignin, pektin, dan hemiselulosa yang ada pada tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari sifat atau karakteristiknya, selulosa bakteri juga memiliki sifat yang sangat baik. Material ini memiliki kapasitas penyimpanan air yang besar karena sifat naturalnya yang hidrofilik. Selain itu, selulosa bakteri juga memiliki rasio luas permukaan terhadap massa yang tinggi serta kekuatan mekanik yang sangat baik dikarenakan tingginya derajat kristalinitasnya.
Satu sifat lainnya yang membuka peluang pengembangannya menjadi berbagai produk turunan adalah sifatnya yang tidak beracun. Bermodalkan berbagai sifat tadi, selulosa bakteri menjadi salah satu kandidat potensial untuk pengembangan kemasan makanan yang dapat dimakan bersama makanan itu sendiri.

Pengembangan sebagai Kemasan Makanan

Dalam beberapa dekade terakhir, selulosa bakteri semakin mendapatkan tempat di hati para peneliti. Hal ini juga tidak terlepas dari mulai pedulinya manusia terhadap keamanan makanan. Pasalnya, penggunaan plastik kimiawi sebagai pembungkus makanan tidak hanya menyisakan sampah yang merusak lingkungan, akan tetapi plastik itu sendiri dapat mencemari bahan makanan dengan mikroplastik yang toksik.
ADVERTISEMENT
Penerapan selulosa bakteri sebagai kemasan makanan tidak akan mencemari makanan tersebut seperti yang dilakukan oleh plastik kimiawi. Hal ini tentu akan menjadi solusi yang sangat menggembirakan karena dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah diratifikasi oleh banyak negara di dunia.
Pada pengaplikasiannya sebagai kemasan makanan, selulosa bakteri umumnya dicampurkan dengan berbagai jenis polimer lain. Kitosan merupakan salah satu polimer yang bisa dicampurkan dengan selulosa bakteri untuk membuat kemasan makanan. Sifat antibakteri dari kitosan membuat produk akhir kemasan lebih tahan terhadap bakteri pembusuk dan bakteri patogen.
Polimer lainnya yang juga dapat dicampurkan dengan bakteri selulosa untuk kemasan makanan adalah pati. Pati sendiri merupakan karbohidrat yang dapat diekstraksi dari batang, buah, biji, serta umbi tanaman. Kemasan berbasis pati juga sudah lumrah diproduksi sebagai pengganti plastik sintetis. Penambahan selulosa bakteri ke dalam bahan pengikat (matriks) pati dapat meningkatkan sifat mekaniknya sehingga tidak mudah robek.
ADVERTISEMENT
Yanti, dkk. (2021) dalam artikel ilmiahnya yang berjudul "Properties and Application of Edible Modified Bacterial Cellulose Film Based Sago Liquid Waste as Food Packaging" melaporkan bahwa film berbasis selulosa bakteri yang dibuat dari limbah cair sagu menunjukkan potensi yang baik sebagai kemasan makanan. Kemasan yang dikembangkan tersebut mampu meningkatkan umur simpan sosis daging secara mikrobiologis.
Pemanfaatan kemasan makanan berbasis selulosa bakteri tentu tidak hanya terbatas pada bahan makanan seperti sosis. Kemasan tersebut juga dapat digunakan untuk berbagai makanan lainnya seperti ikan, sayuran, hingga buah-buahan. Hanya saja tentu butuh formulasi yang berbeda agar kemasan makanan berbasis selulosa bakteri bisa cocok dengan jenis makanan yang akan dikemasnya.