Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Mencari Tanaman Penghasil Serat Pengganti Kapas
16 Agustus 2023 12:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fadli Hafizulhaq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ingin membeli pakaian, sebagian dari kita barangkali butuh waktu untuk memilih bahan yang tepat. Kita menimbang apakah akan membeli pakaian dengan bahan katun atau bahan lainnya. Sebagaimana yang kita tahu, serat katun menawarkan kenyamanan. Katun atau kapas sudah dikenal di seantero dunia sebagai salah satu bahan paling lembut. Namun sayangnya harganya lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Mahalnya harga serat katun tidak lepas dari material kapas yang sulit didapatkan. Industri tekstil di Indonesia perlu mengimpor bahan baku kapas dari luar negeri.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor 182,47 ribu ton kapas dari luar negeri pada 2021 lalu. Salah satu penyebabnya adalah mutu kapas lokal yang belum mencapai standar yang dibutuhkan oleh industri. Jika pun mutunya telah memenuhi standar, total produksinya jauh di bawah kebutuhan.
Sementara itu, pertanian kapas secara global juga mengalami ancaman yang serius. Tanaman kapas adalah satu dari sekian banyak tanaman yang sensitif terhadap perubahan iklim. Ketidakmenentuan iklim serta kenaikan temperatur permukaan bumi dapat berujung pada rendahnya produksi kapas dunia atau meningkatnya biaya produksi yang berdampak pada harga jual ke industri pengolahan.
Di samping itu, tanaman kapas kerap disebut sebagai tanaman yang rakus air. Setidaknya dibutuhkan hingga 10.000 liter air untuk memproduksi 1 kilogram serat akhir dari kapas. Meski masih diperdebatkan, isu tersebut cukup untuk menjadikan komoditas kapas sebagai sasaran kritik di tengah menghangatnya isu keberlanjutan atau sustainability.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut mendorong berbagai pihak mengembangkan varietas tanaman kapas yang lebih ramah lingkungan. Di samping itu, peneliti juga mulai mencari alternatif pengganti serat dari tanaman kapas.
Pada dasarnya, ada banyak tanaman yang mengandung serat alam. Sebagiannya bahkan tidak terlalu memilih area tumbuh sehingga dapat dibudidayakan di berbagai lokasi di belahan dunia. Sebagai contoh, peneliti di luar negeri mulai mengembangkan serat rami industri (hemp fiber) sebagai pengganti kapas.
Schumacher, dkk., (2020), dalam tulisannya yang bertajuk "Industrial hemp fiber: A sustainable and economical alternative to cotton", menyebutkan bahwa pemrosesan serat rami industri menggunakan air yang lebih sedikit dari kapas, yaitu hanya sepertiganya. Mereka menyimpulkan bahwa rami industri lebih kompetitif secara ekonomi dari pada kapas.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, serat rami industri juga disebut sebagai salah satu serat paling kuat dan tahan lama. Karakteristiknya menjadikan serat tersebut sebagai bahan baku tekstil bermutu tinggi. Penelitian-penelitian terhadap serat rami juga sudah banyak dilakukan di beberapa dekade terakhir. Hanya saja hemp tersebut (bukan ramie) merupakan varietas Cannabis atau ganja sehingga pembudidayaannya ilegal di banyak negara.
Alternatif pengganti kapas lainnya adalah serat bambu. Tanaman bambu merupakan jenis rerumputan yang memiliki serat yang kuat. Meski membutuhkan cukup banyak air untuk tumbuh, bambu tidak memerlukan pestisida dalam pembudidayaannya.
Serat bambu dapat diproses menjadi bahan baku tekstil berupa kain viscose atau rayon. Jenis kain ini termasuk bahan yang populer di tengah masyarakat.
Selain dua opsi alternatif di atas, beberapa serat lain seperti serat daun nanas hingga serat sabut kelapa juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku tekstil. Hanya saja, semua kandidat di atas menghadapi tantangan yang sama yaitu pemrosesannya yang membutuhkan bahan kimia sehingga mengancam keberlangsungan lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
Sederet bahan kimia yang tergolong basa kuat dan asam kuat dibutuhkan untuk mengekstrak serat selulosa murni dari beberapa sumber tadi. Pengolahan secara masif tentu akan berujung pada banyaknya limbah kimia yang dihasilkan.
Tantangan tersebut menjadikan posisi kapas sebagai salah satu bahan baku tekstil utama belum tergoyahkan. Ditambah lagi dengan maraknya penggunaan serat sintetis seperti nilon dan poliester.
Kesudahannya, upaya pencarian tanaman penghasil serat pengganti kapas sepertinya masih membutuhkan waktu yang cukup panjang. Jika pun pada akhirnya tanaman kapas tidak tergoyahkan, semoga para peneliti bisa mengembangkan varietas yang lebih ramah lingkungan.
Di samping itu, kita doakan agar kapas lokal kelak bisa menyamai kualitas kapas impor. Akhir kata, semoga kita tidak salah mengenali kapuk sebagai kapas. Dua produk tersebut berasal dari dua tanaman yang berbeda.
ADVERTISEMENT