Menilai Kesiapan Indonesia untuk IoT-isasi Pertanian

Fadli Hafizulhaq
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.
Konten dari Pengguna
1 Mei 2024 8:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadli Hafizulhaq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi digitalisasi pertanian. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi digitalisasi pertanian. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa waktu yang lalu, saat penulis mengurus sesuatu ke kantor imigrasi, salah seorang pegawai di sana berseloroh bahwa teknologi pertanian Thailand lebih baik dari pada kita. “Tidak usah bicara Jepang dulu” kata pegawai tersebut, “… dengan Thailand saja kita sudah ketinggalan” lengkapnya. Dalam konteks teknologi pertanian, memang hal itu adalah sebuah fakta.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kr-asia.com, sejak 2020 lalu, sebuah agensi promosi ekonomi digital Thailand telah memberikan hibah sebanyak 300-9.000 USD bagi petani. Upaya tersebut berhasil mendorong beberapa petani untuk mulai menggunakan drone dalam aktivitas pertanian yang meliputi penyemaian benih dan penyemprotan pestisida. Penerapan teknologi Internet of Things (IoT) di Thailand juga semakin marak dilakukan oleh para petani.
Majunya teknologi pertanian di Thailand membuat negara yang memiliki julukan Negeri Gajah Putih ini menjadi eksportir berbagai produk hasil pertanian. Salah satu contohnya adalah Thailand menjadi pengekspor beras terbesar ke Indonesia dalam beberapa kurun waktu terakhir.

Urgensi IoT dalam Pertanian

Pertanyaan yang cukup menggelitik yang mungkin saja muncul di era ini adalah seberapa penting Internet of Things untuk pertanian Indonesia? Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia dari dulu disebut sebagai negara agraris lantaran tanahnya yang subur. Saking suburnya, Koes Plus sampai bersenandung “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, pertanian Indonesia saat ini bisa dibilang jalan di tempat. Salah satu indikasi yang nyata adalah mahalnya produk hasil pertanian lokal dibandingkan impor lantaran besarnya biaya produksi. Hal ini tentu berujungnya pada melemahnya geliat pertanian lokal.
IoT merupakan salah satu terobosan teknologi yang bisa dicoba untuk menaikkan kembali muruah pertanian Indonesia. Teknologi ini menghadirkan berbagai benefit tatkala diterapkan pada dunia pertanian. Pertama, IoT-isasi pertanian akan menyediakan data-data penting yang diperlukan untuk pembuatan keputusan. Adapun keputusan tersebut bisa meliputi kapan dilakukan penyiraman, jenis pestisida yang tepat, pemanenan, dan sebagainya.
Kedua, penerapan IoT pada pertanian juga berpotensi untuk mengurangi biaya produksi. IoT membantu petani untuk mengoptimalkan operasi-operasi mereka sehingga dapat menghemat biaya di beberapa area. Area-area ini meliputi tenaga kerja, sumber daya, dan masukan lain seperti pupuk serta pestisida. Dengan IoT, petani dapat melakukan pengawasan ladang dari jarak jauh sehingga mengurangi biaya pengamatan ke lapangan.
ADVERTISEMENT
Selain beberapa yang telah disebutkan, IoT-isasi pertanian juga menawarkan benefit lain seperti memudahkan konservasi sumber daya, meningkatkan kualitas tanaman, memudahkan manajemen lahan hingga memungkinkan mitigasi terhadap risiko cuaca dan iklim. Semua hal tersebut bermuara pada meningkatnya kelas atau muruah sektor pertanian itu sendiri.

Sederet Persiapan

Sejauh pengamatan penulis, penerapan teknologi IoT pada pertanian di Indonesia masih sebatas penelitian dari kalangan akademis. Beberapa penerapan lapangan memang dapat kita temukan namun masih pada skala terbatas.
Di lapangan, teknologi IoT sering dikombinasikan dengan teknologi kontrol. Pengontrolan lahan terbuka tentu tidak semudah lahan tertutup seperti rumah kaca. Oleh karenanya, penerapan IoT pada lahan terbuka masih jarang dilakukan.
Rintangan IoT-isasi pertanian ini juga muncul dari infrastruktur jaringan yang belum merata di Indonesia. Atas nama teknologi internet tentulah membutuhkan jaringan dengan kecepatan yang bisa diandalkan. Hal ini dikarenakan ada data yang harus lalu lalang dari ladang ke server ataupun sebaliknya. Mengingat praktek pertanian yang dominan dilakukan di wilayah rural, IoT-isasi pertanian masih cukup jauh dari harapan.
ADVERTISEMENT
Persiapan lainnya yang tidak kalah penting adalah penyiapan sumber daya manusianya. Kita tentu berharap banyak pada lulusan teknik pertanian atau program studi terkait untuk terlibat dalam IoT-isasi pertanian ini di masa ini dan masa yang akan datang. Namun di samping itu, pemerintah melalui instrumen-instrumen terkait juga perlu memasifkan sosialisasi tentang modernisasi dan digitalisasi pertanian satu ini.