Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Untung Rugi Bertani dalam Rumah Kaca
14 Agustus 2023 17:23 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fadli Hafizulhaq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi seorang teman di suatu desa di Pariaman, Sumatera Barat. Teman saya ini bisa dibilang seorang sociopreneur atau wirausahawan sosial yang cukup sukses.
ADVERTISEMENT
Dia berhasil membantu masyarakat untuk mendapatkan pendanaan dari sebuah BUMN besar. Salah satu proyek baru yang ia kerjakan adalah mengembangkan melon premium.
Secara geografis, Pariaman memiliki garis pantai dengan iklim yang panas. Penanaman melon yang dilakukan teman itu menyulut keheranan saya.
“Bisa ya melon ditanam di dekat pantai?” gugat saya.
Meskipun agak tidak lazim, tapi nyatanya melon itu tumbuh dan berbuah. Rumpun-rumpunnya ditanam di polybag yang ditempatkan di dalam sebuah green house atau rumah kaca. “Mungkin ini kuncinya” batin saya.
Sebagai informasi, praktik pertanian di dalam rumah kaca saat ini semakin menjamur. Praktisinya datang dari kalangan muda hingga pebisnis yang terjun ke sektor pertanian.
Adapun komoditas yang ditanam di dalam rumah kaca cukup beragam, mulai dari sayuran hingga komoditas bernilai jual tinggi seperti melon hingga paprika. Namun meskipun demikian, kegiatan bertani di dalam rumah kaca memiliki untung dan rugi yang layak untuk jadi pertimbangan.
ADVERTISEMENT
Keuntungan
Saat kita bicara tentang pertanian dan rumah kaca, kita tidak akan lepas dari persoalan perubahan iklim. Bagaimana tidak, perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini menjadi tantangan besar bagi dunia pertanian.
Malhi, dkk., (2021), dalam artikel ilmiah berjudul "Impact of Climate Change on Agriculture and Its Mitigation Strategies: A Review", mengungkapkan bahwa perubahan iklim adalah ancaman global terhadap ketahanan pangan dan gizi dunia.
Lebih lanjut, fenomena global tersebut dapat merusak tanaman pertanian dan berujung pada kerugian ekonomi yang besar baik di tingkat mikro maupun makro.
Penerapan teknologi rumah kaca menjadi salah satu solusi mitigasi dampak negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari beberapa keunggulan pertanian dengan rumah kaca tersebut.
ADVERTISEMENT
Pertama, tanaman terlindungi dari cuaca ekstrem. Berada di tempat tertutup, tanaman di dalam rumah kaca akan terhindar dari curah hujan yang tinggi, panas berlebih, dan kondisi cuaca ekstrem lainnya. Tidak hanya itu, petani atau pengguna juga bisa merekayasa kondisi iklim di dalam rumah kaca.
Sebagai contoh, petani dapat menyesuaikan suhu dan kelembaban udara dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, di negara dengan empat musim, petani tetap bisa bercocok tanam meskipun sedang musim dingin.
Kedua, tanaman lebih terjaga dari serangan hama dan penyakit. Lingkungan yang tertutup membuat tanaman terhindar dari serangan hama seperti serangga dan sebagainya. Risiko tanaman terkena penyakit juga menurun lantaran petani dapat memantau dengan mudah perkembangan tanaman.
Tanaman yang sakit dapat dikeluarkan dari rumah kaca sehingga tidak menularkan ke tanaman yang masih sehat. Pemilik juga dapat mengontrol orang yang masuk ke dalam rumah kaca sehingga tidak membawa penyakit dari luar, baik penyakit akibat jamur, bakteri, maupun virus.
ADVERTISEMENT
Ketiga, dapat meningkatkan produksi. Rumah kaca memungkinkan petani dapat mengoptimalkan berbagai hal sehingga berpengaruh pada produktivitas tanaman. Tidak hanya soal kuantitas tetapi juga kualitas produk pertanian yang dihasilkan. Alhasil, keuntungan petani juga dapat dimaksimalkan.
Kelemahan
Dari pada menyebutnya sebagai kerugian, saya lebih cenderung menggunakan kata “kelemahan”. Nyatanya, ada cukup banyak kelemahan metode pertanian dengan rumah kaca. Beberapa di antaranya sudah menjadi rahasia umum. Yang pertama tentu saja adalah biaya investasi dan perawatan yang tinggi.
Biaya pembuatan satu unit rumah kaca bisa jauh lebih mahal dari pada biaya pengolahan lahan terbuka dengan luas yang sama. Adapun pos pembiayaannya mulai dari pembuatan struktur hingga pengadaan kaca atau plastik khusus sebagai dinding rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Bagi yang ingin membuat smart greenhouse, dana tambahan dibutuhkan untuk mengadopsi teknologinya. Jika pun rumah kaca biasa, perlu tenaga khusus untuk memantau kondisi rumah kaca dari waktu ke waktu.
Tanaman di dalam rumah kaca juga tidak benar-benar lepas dari ancaman hama dan penyakit. Beberapa tanaman tertentu bisa jadi membawa hama dan penyakit yang dapat dengan cepat menyebar ke seluruh tanaman di dalam rumah kaca. Pemilik atau petugas betul-betul harus memperhatikan perkembangan tanaman sehingga dapat meminimalisasi risiko kegagalan panen.
Terakhir, yang tidak kalah merepotkan, lingkungan yang tertutup membuat polinasi atau penyerbukan alami tidak bisa dilakukan. Jika komoditas yang ditanam adalah buah, maka penyerbukan harus dilakukan secara manual.
Kegiatan tersebut tentu membutuhkan waktu dan tenaga terampil agar tanaman dapat menghasilkan buah berkualitas. Uraian-uraian tadi menggambarkan bahwa bertani di dalam rumah kaca tidak hanya membutuhkan biaya, akan tetapi juga dedikasi yang tinggi.
ADVERTISEMENT