Konten dari Pengguna

Koperasi vs Pinjol: Bagaimana Koperasi Bertahan di Era Digital?

hafsah noor hasanah
Hay,Perkenalkan saya Hafsah mahasiswa Semester 7 Program Studi Pendidikan Ekonomi
27 Oktober 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari hafsah noor hasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi koperasi vs pinjol, sumber : dokumen pribadi diolah di canva
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi koperasi vs pinjol, sumber : dokumen pribadi diolah di canva
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, munculnya pinjaman online (pinjol) telah mengubah lanskap keuangan di Indonesia. Meskipun menawarkan kemudahan dan kecepatan, banyak pinjol yang mengenakan bunga tinggi dan sering kali memicu masalah utang bagi penggunanya. Di tengah situasi ini, koperasi memiliki peluang untuk beradaptasi dan bertahan dengan memanfaatkan kekuatan komunitas dan prinsip-prinsip etika.
ADVERTISEMENT
Koperasi menghadapi tantangan besar di era digital. Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022, penggunaan pinjol meningkat drastis, dengan jumlah pengguna mencapai 33 juta orang dan total pinjaman mencapai Rp 100 triliun. Koperasi, di sisi lain, mengalami penurunan jumlah anggota dan pangsa pasar. Ini menunjukkan perlunya inovasi dan adaptasi untuk tetap relevan.
Pinjaman online (pinjol) telah menjamur di Indonesia karena menawarkan kemudahan akses dan proses pengajuan yang cepat. Dengan hanya menggunakan aplikasi di smartphone, pengguna dapat mendapatkan pinjaman dalam hitungan menit, sementara koperasi sering kali memerlukan proses yang lebih panjang dan dokumen yang lebih banyak. Selain itu, pinjol didukung oleh teknologi canggih dan algoritma untuk penilaian risiko, serta melakukan pemasaran agresif melalui berbagai platform digital. Hal ini membuat pinjol lebih dikenal dan menarik bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang mencari solusi cepat untuk kebutuhan mendesak.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang koperasi dan manfaatnya juga menjadi penghalang. Banyak orang belum memahami konsep koperasi dan cenderung memilih pinjol sebagai solusi instan. Literasi keuangan yang rendah membuat mereka tidak menyadari risiko yang terkait dengan pinjol. Sementara koperasi terikat oleh regulasi yang lebih ketat dan sering kali kurang terdengar dalam hal inovasi dan pemasaran. Untuk bersaing, koperasi perlu beradaptasi dengan cepat, mengadopsi teknologi, dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai serta manfaat jangka panjang yang ditawarkan.
Namun,ada beberapa langkah strategis yang dapat diambil koperasi untuk beradaptasi:
ADVERTISEMENT
Di tengah perkembangan pesat pinjaman online (pinjol) yang menawarkan kemudahan dan akses cepat, koperasi menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan relevansi. Meskipun pinjol menarik banyak pengguna dengan proses instan, mereka sering kali mengenakan bunga tinggi dan dapat menyebabkan masalah utang serius bagi penggunanya. Dalam konteks ini, koperasi memiliki peluang untuk menonjol dengan nilai-nilai etika dan tanggung jawab sosial yang lebih kuat.
Untuk bertahan dan berkembang, koperasi perlu melakukan beberapa langkah strategis. Pertama, transformasi digital menjadi kunci, dengan mengembangkan platform yang memudahkan transaksi bagi anggota. Kedua, meningkatkan literasi keuangan di masyarakat sangat penting, agar orang dapat lebih bijak dalam memilih antara koperasi dan pinjol. Ketiga, koperasi harus mempromosikan keunggulan etisnya di tengah kritik terhadap praktik pinjol yang merugikan.
ADVERTISEMENT
Sebagai saran, masyarakat perlu lebih waspada terhadap pinjol, memahami risiko yang terkait, dan memilih koperasi sebagai alternatif yang lebih aman dan bertanggung jawab. Dengan meningkatkan kesadaran akan manfaat koperasi, kita dapat menciptakan ekosistem keuangan yang lebih berkelanjutan dan saling mendukung.