Konten dari Pengguna

Dampak Jika Perilaku Orang Tua Terlalu Memanjakan Anak

Haifa Syaidatul Muslim
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19 Desember 2022 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haifa Syaidatul Muslim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keluarga Memegang Tangan (sumber: https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga Memegang Tangan (sumber: https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Sangat kita ketahui, tentunya setiap orang tua memiliki kasih sayang terhadap anaknya dan memberikan apa yang diinginkan anaknya. Orang tua sangat berperan dalam mendidik anak, bahkan peran orang tua dalam mendidik anak menjadi paling utama dan diutamakan. Bagaimana anak tumbuh dan berkembang bisa dilihat dari bagaimana cara orang tua mendidik anak dan memberikan kasih sayang terhadap anaknya. Ketika kita masih kecil, orang tua kita tentunya pernah membelikan mainan untuk kita sebagai tanda kasih sayangnya, dan itu adalah hal yang wajar. Namun, banyak juga orang tua yang selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya, selalu menuruti apapun kemauan anak sehingga anak merasa semua hal yang dia inginkan selalu terpenuhi tanpa terkecuali. Hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangan ketika anak telah tumbuh dewasa.
ADVERTISEMENT
Menurut Kusumaningtyas bahwa sikap over protective dari orang tua akan berdampak kurang menguntungkan bagi perkembangan anak. Dampaknya, anak yang akan mendapatkan kasih sayang yang berlebihan, terlalu dilindung dan dihindarkan dari macam-macam kesulitan hidup sehari-hari, maka anak akan campak lemah hati jika jauh dari orang tua, menjadi penakut, sangat egois, tidak tahan terhadap bantahan, kritik, dan tidak sanggup menghadapi kesusahan (Kusumaningtyas, 2015).
Pada saat ini dapat kita temukan dalam kehidupan di sekeliling kita, seperti kita pernah melihat orang yang telah dewasa masih sering membutuhkan bantuan orang tua dalam pekerjaan kecilnya. Bisa jadi, anak yang memiliki perkembangan seperti kutipan di atas bisa dilatar belakangi karena sikap pada orang tua terhadap anak yang kurang menuntun anak menjadi anak yang mandiri.
ADVERTISEMENT
Sikap orang tua yang menyayangi anaknya dengan membiarkan sang anak tidak belajar untuk melakukan sesuatu sendiri, maka itu akan kurang menguntungkan bagi perkembangan anak, menjadikan anak tumbuh tidak mandiri. Anak yang tidak mandiri biasanya dia akan kesulitan untuk menyelesaikan masalah sendiri dan dia akan bergantung pada orang tuanya atau membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya secara tuntas, bahkan akan sulit dalam hal-hal yang sifatnya dasar jika sedari kecil sang anak tidak diajarkan dan dibiasakan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan seperti, mencuci pakaian sendiri, membersihkan dan merapikan tempat tidur, dan lain sebagainya.
Perkembangan yang akan terlihat ketika anak telah tumbuh dewasa, yaitu anak tumbuh menjadi anak yang egois. Selalu mempunyai keinginan yang terpenuhi dari kecil akan menimbulkan rasa selalu ingin puas pada keinginannya, mementingkan kepentingan dirinya sendiri, dan tidak mau mengerti bahwa tidak semua hal itu mudah kita dapatkan. Hal itu juga terjadi karena kurangnya peran orang tua dalam memberikan pengertian kepada anak dan orang tua yang terlalu memanjakan anaknya. Anak yang egois akan mengutamakan apa yang dia inginkan daripada hal yang lebih penting bagi orang lain, bahkan bagi kepentingan bersama. Dalam keegoisannya ini dia bisa melakukan apapun agar dapat mencapai keinginannya. Akibatnya, anak yang egois ini akan sulit mendapatkan kehidupan sosial yang baik, orang lain akan mudah untuk menjauhkannya karena keegoisannya.
ADVERTISEMENT
Memiliki perkembangan emosi yang tidak stabil pada anak tentunya menjadi hal yang tidak diinginkan oleh orang tua manapun, bisa membuat anak menjadi anak yang tidak mau mengerti, tidak mau menuruti perintah dari orang tua, menjadi anak pemarah yang selalu membantah perkataan orang tua. Karena emosi anak tersebut bisa tergantung pada setiap apa yang dia inginkan jika keinginannya tidak dituruti oleh orang tuanya, maka dia akan mudah merengek, menangis bahkan marah sampai melawan kepada orang tuanya agar keinginan dirinya dituruti. Emosi yang tidak stabil pada anak juga terlihat pada kesabarannya terhadap sesuatu dalam hal apapun, dia akan mudah gelisah atau marah karena keinginannya tidak secepatnya dituruti, selalu ingin sesuatu yang instan. Dan dia tenang ketika keinginannya telah terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Dalam pernyataan lain Joanne Hendrick, pada bukunya yang berjudul The Whole Child, dia menyatakan juga jika orang tua yang melakukan terlalu banyak bagi anaknya bahwa hal itu akan menyebabkan harga diri anak rendah. Dan katanya juga, sekalipun orang tua memiliki alasan untuk menghemat waktu atau pekerjaan dapat dikerjakan dengan cepat dan tepat, tetapi lebih baik menunggu dan membiarkan anak melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, yang mana akan memberi kesempatan kepada anak untuk merasakan kemenangan akan kemandirian dan akhirnya membawa kepada pencapaian (Hendrick, 1996).
Seperti yang terjadi saat ini, banyaknya orang tua yang mengerjakan tugas anaknya yang bahkan menjadi kewajiban anak sendiri. Hal itu membuat anak cenderung tidak diberi kesempatan untuk bisa melakukan tugas dan kewajibannya sendiri, merasa tidak punya sesuatu yang harus dia lakukan dan dia selesaikan sendiri, menimbulkan rasa tidak bertanggung jawab pada apa yang menjadi tugas dan kewajibannya.
ADVERTISEMENT
Sangat jelaslah setelah melihat perkembangan anak jika terlalu dimanjakan, hal itu berpengaruh pada mentalnya setelah tumbuh besar. Orang tua yang memberikan kasih sayang atau yang terlalu memanjakan anak sejak kecil, tidak mengajarkan anak melakukan pekerjaan dan menyelesaikan masalah sendiri menjadikan anak tidak mempunyai perkembangan diri yang baik dan menjadi anak itu tidak mandiri. Pengertian dan ketegasan sebagai orang tua sangatlah penting daripada terlalu memanjakan anak dengan memanjakannya yang membuat perkembangan anak menjadi buruk.
Pustaka Acuan :
Kusumaningtyas, L.E. (2015). Dampak Overprotektif Pada Perkembangan Kemandirian Anak. Jurnal Ilmiah, 10(1): 1-12.
Hendrick, J. (1996). The Whole Child. New Jersey: Merrill Prentice Hall.