news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Peran penting Presiden George Walker Bush dalam invasi Irak oleh Amerika Serikat

HAIKAL MUKARRAM -
Seorang Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia.
Konten dari Pengguna
22 Desember 2022 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HAIKAL MUKARRAM - tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source : https://www.freepik.com/free-photo/cruel-war-scenes-digital-painting_15174538.htm#query=war&position=0&from_view=search&track=sph
zoom-in-whitePerbesar
source : https://www.freepik.com/free-photo/cruel-war-scenes-digital-painting_15174538.htm#query=war&position=0&from_view=search&track=sph
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui bahwa pada 11 September 2001 terjadi sebuah tragedi pada gedung kembar pencakar langit World Trade Center (WTC) atau yang akrab dikenal dengan sebutan peristiwa 9/11. Hal ini merupakan isu yang sangat fenomenal, pasalnya, tragedi tersebut yang melandasi terjadinya invasi terbesar pasca perang dingin yaitu invasi yang dilakukan Amerika Serikat ke Irak. Tragedi WTC terjadi pada tanggal 11 September 2001, oleh sebab itu banyak orang yang menyebutnya 9/11 (nine eleven). Terdapat kelompok teroris yang melatarbelakangi tragedi yang terjadi pada pusat perdagangan dunia tersebut, hal ini diperkuat oleh media massa yang terus memberitakan tentang negara-negara yang diklaim oleh Amerika Serikat sebagai pusat berkembangnya teroris pasca tragedi 9/11 tersebut. Salah satu negara yang dianggap mewadahi para teroris dalam peristiwa 9/11 (nine eleven) adalah Irak. Menanggapi hal tersebut Presiden Amerika Serikat pada saat itu George Walker Bush merilis kebijakan luar negeri untuk membasmi terorisme atau war on terror.
ADVERTISEMENT
Irak yang saat itu berada di bawah kepemimpinan Saddam Husein dianggap sebagai salah satu sarang teroris. Menurut George, Saddam Husein merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran penting pada tragedi 9/11 (nine eleven). Sebelumnya, Amerika Serikat melakukan operasi untuk membebaskan Afghanistan dari kekuasaan Taliban yang diduga mewadahi kelompok teroris Al-Qaeda untuk melakukan aksi terorisme yang dipimpin oleh Osama bin Laden yang juga diyakini bertanggung jawab atas tragedi 9/11 (nine eleven) . Sayangnya, invasi yang dilakukan pada saat itu lebih berdampak bagi kerusakan Afghanistan dan Presiden George W Bush gagal menemukan Osama bin Laden. Tujuan kebijakan War on Terror masih berjalan baik sampai dengan saat itu, namun fokus dari kebijakan tersebut mengalami perubahan ketika George W Bush memutuskan untuk mulai melakukan invasi atas Irak.
ADVERTISEMENT
Senada dengan pemikiran realis, di bawah kekuasaan George W Bush Amerika Serikat menganut sebuah doktrin yang dikenal dengan sebutan pre-emptive strike. Secara singkat sangat mirip dengan strategi di dunia sepakbola “pertahanan terbaik baik adalah menyerang”. Doktrin ini sangat mencerminkan pemikiran realis, dimana inti dari doktrin tersebut adalah siapa atau negara manapun yang mengusik dan mengancam kepentingan nasional Amerika Serikat maka harus diserang terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa dokumen disebutkan bahwa proses penggulingan Saddam Husein yang diyakini sebagai tokoh teroris dan juga ancaman sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari. Tragedi 9/11 (nine eleven) merupakan titik awal kebijakan baru luar negeri dan pertahanan Amerika Serikat dirilis. Presiden George Walker Bush yang merupakan pemegang kekuasaan menggunakan doktrin pre-emptive strike untuk melangsungkan kampanye besar-besaran melawan terorisme. George W Bush meyakini bahwa Irak di bawah kepemimpinan Saddam Husein memiliki andil yang kuat dalam tragedi yang menghancurkan gedung pencakar langit WTC (World Trade Center) yang terjadi pada 11 September 2001 . Beberapa saat setelah tragedi tersebut, George Walker Bush melakukan pidato kenegaraan yang dikenal dengan state of the union. Pada pidatonya Bush menyampaikan bahwa Irak merupakan negara produsen senjata pemusnah massal. Bush juga menuding Irak sebagai pendukung terorisme.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat mengklasifikasikan Irak sebagai salah satu dari tiga negara “axis of evil” bersama Korea Utara dan Iran. Sesuai dengan julukannya, Irak yang dipimpin oleh Saddam Husein diyakini sebagai entitas yang sangat berbahaya di dunia dan mengancam kepentingan nasional Amerika Serikat dengan menggunakan senjata pemusnah massal atau Weapon of Mass Destruction (WMD). Saddam diklaim menyimpan sekitar 500 ton sarin dan memiliki 5 teknik memperkaya uranium untuk merakit bom.
Tindakan yang dilakukan oleh Bush melalui pidato mampu membentuk opini masyarakat sehingga mendukung keputusan Bush untuk melakukan invasi ke Irak. Pasalnya, pidato yang disampaikan tersebut menyebabkan eskalasi antara hubungan Amerika Serikat dan Irak. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang sangat realis mendukung ambisi George W Bush untuk melancarkan agresi ke Irak. Ia berhasil mengambil hati masyarakat melalui penggiringan opini oleh media-media massa seperti CNN, BBC, dan Fox News Channel, dengan tuduhan bahwa Irak memproduksi senjata pemusnah massal serta mengedepankan penyelamatan warga sipil Irak dari kekuasaan diktator Saddam Husein.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hal-hal yang disampaikan tersebut, Bush seakan-akan sangat ingin menciptakan perdamaian melalui operasi militer yang akan dilakukan di Irak. Sebelum melancarkan serangan, George W Bush harus mendapatkan tanda tangan draft proposal untuk operasi militer di Irak. Setelah melakukan proses lobi yang cukup kompleks alhasil draf tersebut berhasil ditandatangani. Beberapa hari sebelum invasi dilakukan, Bush menegaskan kembali bahwa Saddam Husein harus digulingkan, bahkan dengan kekerasan. Sehingga invasi yang dilakukan Amerika Serikat dengan kode “Operasi Pembebasan Irak” resmi dimulai pada 20 Maret 2003.
Ambisi George W. Bush untuk melucuti senjata pemusnah massal dan melawan terorisme terus diperlihatkan, ia bahkan memanfaatkan media dan humas militer untuk melakukan propaganda dan meraih dukungan masyarakat/publik terhadap invasi yang dilakukan terhadap Irak. Seringkali, meski tidak selalu, netralitas media terancam oleh keputusan yang ditentukan oleh Bush. Media hanya dapat berbunyi sesuai arahan penguasa. Begitu kuat pengaruh konsep realis yang dibentuk oleh George Walker Bush pada invasi kali ini.
ADVERTISEMENT
Sejak awal bermulanya invasi, Amerika Serikat yang dipimpin oleh George Walker Bush melakukan segala hal untuk melawan terorisme bahkan meski tanpa mandat dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Ia mengajak negara-negara lain untuk berkontribusi dalam pembantaian terorisme. Dilihat Melalui kacamata realis yang dengan yakin akan mempertahankan negaranya dari segala bentuk ancaman, Amerika Serikat turut mengumumkan bahwa siapapun yang tidak mau memerangi atau bahkan melindungi dan mempunyai kaitan dengan kelompok teroris, maka mereka pantas diperangi demi membela kepentingan nasional.
Seiring berjalannya waktu, tampak beberapa kekeliruan dari alasan-alasan yang disampaikan George W. Bush yang ia katakan merupakan tujuan utama dari operasi militer ini. Dimulai dari tidak ditemukannya bukti yang valid bahwa Irak memproduksi senjata pemusnah massal (WMD). Semua target-target nyatanya hanyalah senjata-senjata biasa milik militer Irak, tidak terdapat indikasi bahwa Irak menyimpan senjata pemusnah massal. Namun tidak ada yang mustahil bagi media massa Amerika di bawah kekuasaan George W. Bush, segala kebohongan yang diciptakan seolah sangat sistematis bahkan dipercaya oleh publik. Di bawah kekuasaan Bush, media seakan-akan menjadi juru bicara White House atau Gedung Putih.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari skenario kebohongan yang dilakukan oleh George Walker Bush, dapat dilihat bagaimana peran penting seorang Bush dalam menyusun strategi sehingga invasi dengan kode “Operasi Pembebasan Irak” dapat terjadi. Bush mampu mengkoordinir humas militer dan media-media internal Amerika Serikat untuk menggiring opini masyarakat dan membangun dukungan publik sehingga media-media asing juga turut mengikuti dan mengakui hal tersebut.
Ditemukannya beberapa kecacatan informasi pun tidak melunturkan ambisinya untuk menggaungkan perang terhadap terorisme yang mengancam keamanan Amerika Serikat. Ia masih tetap berdiri teguh selaras dengan pidato yang disampaikannya pada acara Konvensi American Legion bahwa kemenangan melawan terorisme adalah penentu keamanan dunia, dan hal itu adalah kemenangan melawan Irak. Pada akhirnya, Bush mampu melengserkan Presiden Saddam Husein dari kekuasaannya, meskipun banyak kebohongan Bush yang terungkap pasca jatuhnya Saddam. Dunia hanya bisa memandang dan mengamati, tidak dapat melakukan apa-apa, menyaksikan aksi George Walker Bush.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Council On Foreign Relations. (n.d.). Timeline: The Iraq War. Council on Foreign Relations. Retrieved December 16, 2022, from https://www.cfr.org/timeline/iraq-war
Kharisma, T. (2007). DISTORSI MEDIA MASSA DALAM INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003. (Invasi Irak Oleh Amerika), 1. https://etd.umy.ac.id/id/eprint/18081/
Kuncahyono, T. (2005). Irak korban ambisi kaum 'Hawkish'. Kompas.
Normadiah, A. (2011, Juni 16). PENGARUH KEPENTINGAN MINYAK PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003. (Invasi Irak Oleh Amerika), 1. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24079/1/Anne%20Normadiah.pdf
Sihbudi, R. (2003, Mei-September). Pasca Agresi Amerika ke Irak. JURNAL DEMOKRASI & HAM, Vol 3(Invasi Amerika ke Irak), 36. file:///C:/Users/Haikal%20Mukarram/Downloads/adoc.pub_dewi-fortuna-anwar-tatanan-dunia-baru-di-bawah-heg.pdf
Sumargono. (2010, Desember 22). IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN TAHUN 2003-2005. (invasi Irak oleh Amerika), 50. file:///C:/Users/Haikal%20Mukarram/Downloads/adoc.pub_irak-setelah-jatuhnya-rezim-saddam-hussein-tahun-s.pdf
ADVERTISEMENT