Curahan Hati Indra Sjafri Usai Diterpa Isu Pemecatan

13 November 2017 8:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indra Sjafri di Korea Selatan (Foto: Dok. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Indra Sjafri di Korea Selatan (Foto: Dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba kabar pemecatan Indra Sjafri sebagai pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 menyeruak ke permukaan pada akhir pekan lalu. Entah apa yang menjadi pemicunya meskipun kabar berseliweran di luar bahwa desakan itu muncul setelah skuat “Garuda Nusantara” dikalahkan oleh Malaysia pada laga terakhir Kualifikasi Piala Asia U-19 di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Spekulasi terhadap nasib mantan juru latih Bali United ini pun semakin liar. Opini dari berbagai pihak bermunculan. Akan tetapi, Indra sendiri mengaku belum menerima kabar apapun terkait masa depannya bersama Timnas U-19.
Setelah ramai, barulah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mengonfirmasi bahwa evaluasi baru akan dilakukan terhadap pelatih Timnas U-16 dan U-19 pada pekan-pekan depan. Artinya, isu pemecatan yang mencuat sama sekali tak mendasar.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait isu tersebut, kumparan (kumparan.com) menemui Indra yang tengah berada di Jakarta pada Minggu (12/11/2017). Pelatih yang menyabet gelar Tokoh Insiparsi Sumatera Barat 2016 dan 2017 ini pun mencurahkan isi hatinya terkait isu tak sedap yang menerpa dirinya.
Bagaimana tanggapan coach terkait isu pemecatan itu?
ADVERTISEMENT
Biasa saja. Saya juga tidak tahu kenapa ada isu itu. Karena, sampai Jumat (10/11) pagi waktu isu itu mencuat, saya belum dapat kabar apa-apa dari PSSI. Baru siang harinya, Sekjen (PSSI, Ratu Tisha Destria) menelepon saya. Dia memberitahu bahwa akan dilakukan evaluasi terhadap Timnas U-19.
Sampai detik ini, saya masih berpatokan kepada pertemuan saya dengan Sekjen dan Ketum pada Oktober lalu. Di situ, mereka menyampaikan secara lisan akan memperpanjang kontrak saya. Dan, saya pegang ucapan itu.
Bagaimana reaksi pemain Timnas U-19 terhadap isu itu?
Mereka kaget dengar kabar itu. Ada beberapa pemain yang bertanya langsung ke saya. Tapi, saya bilang ke mereka ‘jangan terpengaruh dengan berita-berita seperti itu dan terus berlatih di klub atau PPLP masing-masing'.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, status saya sebagai pelatih ‘kan dikontrak oleh PSSI. Kalau diberhentikan oleh PSSI, itu jadi hal yang wajar, tapi kalau diberhentikan dengan opini yang dibangun di luar sana, itu nggak wajar.
Indra Sjafri bersama Witan Sulaeman (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Indra Sjafri bersama Witan Sulaeman (Foto: Dok. Pribadi)
Apa coach merasa isu itu muncul akibat kekalahan telak dari Malaysia?
Saya nggak bisa komentar soal itu, karena saya juga nggak dengar langsung dari PSSI. Hanya dari media saja. Makanya tunggu saja saya evaluasi, setelah tanggal 17 November.
Nanti kita ada laporan selama setahun ini kekurangannya apa saja. Apa yang sudah kita kerjain dan apa yang harus diperbaiki dari dukungan PSSI. Namanya evaluasi ‘kan harus timbal balik.
Apa maksudnya evaluasi timbal balik?
Dulu (ketika PSSI diketuai La Nyalla Mattalitti), kita juga meminta PSSI untuk memenuhi kebutuhan seperti lapangan bertanding. Kalau sekarang, kita latihan saja berpindah-pindah. Contoh di Korea, mereka punya delapan lapangan, ada hotel juga untuk tinggal di sebelahnya. Kita belum punya itu sampai sekarang. Jadi harus berpikir jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Sejauh mana coach bisa meyakinkan tentang pembinaan jangka panjang pada timnas usia muda?
Di awal pertemuan dengan Sekjen dan Ketum mereka sudah tahu bahwa saya tinggalkan Bali United untuk bangun tim U-19 lagi. Bangun usia muda. Tujuannya menyiapkan generasi baru sepak bola. Dulu saya sudah menyiapkan satu generasi Evan Dimas cs. Ini saya ingin menyiapkan satu generasi lagi.
Saya pikir dengan waktu delapan bulan, itu sudah tercapai. Sekarang buktinya empat pemain dipanggil ke timnas senior. Harusnya itu jadi acuan. Jangan setelah pemain terkumpul main bagus terus bilang, pemainnya bagus ya, tapi yang pilih pemain itu siapa?
Pembinaan usia muda juga tak lepas dari kompetisi. Bagaimana tanggapannya?
Komeptisi U-19 ‘kan baru saja dimulai. Yang terpenting diingat adalah kompetisi itu ujung-ujungnya adalah untuk timnas, seperti secara regulasi untuk tahun kelahiran, harus cocok dengan kebutuhan timnas.
ADVERTISEMENT
Misalnya, timnas butuh kelahiran 1999, komeptisi berjalan untuk pemain kelahiran 1998. Menurut saya, tidak usah juga tiap tahun komeptisi usia muda tingkat nasional berjalan.
Yang terpeting, Asprov (Asosiasi Provinsi PSSI) punya kompetisi rutin. Baru nanti di tahun ganjil, digelar kompetisi tingkat nasionalnya. Dan, saat tahun ganjil itu lah kita menyeleksi pemain untuk timnas.
Indra Sjafri bersama asisten pelatih. (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Indra Sjafri bersama asisten pelatih. (Foto: Dok. Pribadi)
Sebenarnya butuh berapa lama untuk membentuk timnas usia muda yang mumpuni?
Itu semua bertahap. Dari usia muda 6-12 itu grassroot, usia 13-15 youth phase, dan usia 16-19 masuk ke dalam final phase. Kalau di timnas, berangkat dari Timnas U-16 dibina disitu kemudian naik ke tim U-19, dibina disitu lagi.
Jadi, ada berapa tahun itu? enam tahun lebih. Baru dia habis masa development, setelah itu dia beralih ke senior. Disediakan wadah menuju ke arah sana dengan kompetisi usia senior.
ADVERTISEMENT
Terakhir, apa evaluasi coach untuk Timnas U-19?
Banyak sekali evaluasinya. Saya katakan berulang kali, tim usia muda ini harus belajar setiap harinya. Kalau ditanya di lini mana yang masih kurang, semua lini kami masih terdapat kekurangan.
Hal itu wajar karena bagian dari proses. Negara lain saya pikir sudah paham proses itu memang harus dilalui. Semua membutuhkan waktu. Ada kalah, ada menang.