Para Pembelot di Antara Biru dan Oranye

19 Juli 2017 13:25 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atep  (Foto: Tribunnews.com)
zoom-in-whitePerbesar
Atep (Foto: Tribunnews.com)
ADVERTISEMENT
Perpindahan pemain dari satu klub ke klub lain sudah menjadi hal lazim dalam sepak bola. Berbagai alasan jadi latar belakang kepindahan tersebut, mulai dari tuntutan menit bermain hingga besaran gaji yang menggiurkan.
ADVERTISEMENT
Namun, apa jadinya jika pemain itu pindah ke klub seteru abadi?
Luis Figo pernah merasakan pahitnya perlakuan suporter Barcelona manakala memutuskan untuk hengkang menuju Real Madrid pada 2000 silam. Sampai-sampai saat kedua tim bertemu, mantan gelandang Tim Nasional (Timnas) Portugal itu dilempar kepala babi sebagai bentuk teror dari pendukung Blaugrana.
Nah, bagaimana dengan Indonesia? Mengingat pekan ini merupakan momentum pertemuan antara Persib Bandung vs Persija Jakarta, maka tak ada salahnya menyimak beberapa nama yang pernah dicap sebagai pembelot karena memperkuat kedua tim.
Atep
Nama Atep sempat menjadi fenomena di kancah sepak bola nasional. Dengan bakatnya, pemain kelahiran Cianjur ini dipercaya bakal menjadi bintang masa depan.
ADVERTISEMENT
Menimba ilmu di Persib junior pada 2002-2004, bakat Atep justru disia-siakan “Maung Bandung” ketika beranjak dewasa. Justru klub rival, Persija, yang mencium talenta sang winger ketika tampil impresif bersama Persiba Bantul--yang saat itu dijadikan PSSI sebagai klub bagi pemain Timnas Indonesia junior untuk berkompetisi di liga.
Kepindahannya ke Persija sempat menimbulkan masalah karena PSSI ketika itu tak memperbolehkan pemain timnas dikontrak oleh klub lain. Akan tetapi, Atep tetap diboyong Persija dan diturunkan di Liga Indonesia saat itu.
Bergabung bersama Persija membuat bakat Atep semakin terasah hingga akhirnya dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2006. Melakoni debut di turnamen dua tahunan itu, Atep langsung mencetak satu gol ke Laos.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berselang, penampilan Atep semakin matang sehingga membuka mata Persib. Akhirnya, pada 2008, Atep pulang kampung untuk memperkuat Persib hingga detik ini dengan raihan satu trofi juara di Indonesia Super League (ISL) 2014.
Kini, Atep semakin mapan bersama Persib. Selama beberapa musim terakhir, namanya selalu menghiasi skuat inti. Pada perhelatan Liga 1 musim ini, Atep juga didaulat sebagai kapten tim yang sudah diembannya sejak musim lalu.
Maman Abdurrahman
Mungkin banyak yang tak mengetahui bahwa Maman Abdurrahman pernah meraih penghargaan sebagai pemain terbaik Liga Indonesia pada 2006. Ketika itu, Maman bermain untuk PSIS Semarang. Posisi awalnya merupakan bek sayap.
Pada tahun yang sama, Maman dipanggil memperkuat Timnas Indonesia yang tampil di Merdeka Games Malaysia. Penampilannya yang kala itu diplot sebagai bek tengah cukup apik hingga terus menjadi langganan skuat “Garuda” hingga terakhir pada Piala AFF 2010.
ADVERTISEMENT
Pada 2008, Maman akhirnya diboyong Persib. Selama lima musim, Maman menjadi jenderal lini pertahanan Persib dengan tampil sebanyak 108 kali dengan lima gol.
Maman hijrah ke Sriwijaya FC pada 2013 dan hanya bertahan selama semusim sebelum kembali hengkang menuju Persita Tangerang hingga 2016. Baru saat itu, Maman dikontrak oleh Persija yang tampil di Indonesia Soccer Championship hingga saat ini.
Salah satu momen yang paling diingat adalah ketika Maman yang tampil untuk Persib membuyarkan kemenangan Persija lewat golnya pada menit-menit akhir laga di Stadion Gelora Bung Karno pada ISL 2012 silam.
Aliyudin
Tubuhnya yang kecil tak membuat Aliyudin rendah diri. Berposisi sebagai striker, pemain bertinggi 168 cm ini mengandalkan kecepatannya sebagai senjata utamanya.
ADVERTISEMENT
Hal itu pula yang membuatnya mampu bertahan selama empat musim bersama Persija. Ketika itu, Aliyudin menjadi bagian dari trio ABG bersama Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo yang menyumbangkan gol demi gol untuk Persija.
Tampil sebanyak 90 kali bersama Persija, pemain yang melejit ketika membela Persikota Tangerang ini mencatatkan 40 gol. Hingga pada akhirnya, pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2008 ini memutuskan untuk hijrah ke Persib pada 2011.
Namun, keputusan itu mungkin akan disesali oleh Aliyudin. Pasalnya, pemain kelahiran Bogor itu gagal bersaing untuk mendapatkan tempat inti. Aliyudin pun hanya bertahan selama semusim sebelum akhirnya hijrah ke Sriwijaya FC.
Firman Utina
Setelah melanglang buana ke klub-klub besar Tanah Air, Firman Utina akhirnya tiba juga di Persija pada ISL musim 2010/11. Akan tetapi, The Jakmania tak bisa berlama-lama melihat mantan jenderal lapangan tengah Timnas Indonesia ini. Pasalnya, Firman hanya memperkuat “Macan Kemayoran” selama setengah musim.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, pemain kelahiran Manado ini memutuskan untuk mencari petualangan baru ke Persib. Dan, tampaknya Firman lebih kerasan berada di Bandung. Selama tiga musim, pemilik 67 caps bersama skuat “Garuda” ini berhasil mempersembahkan trofi juara pada ISL 2014.
Tony Sucipto
Bakat Tony Sucipto mulai tercium ketika bergabung dengan Timnas U-23 yang bakal berlaga di SEA Games 2009. Ketika itu, Tony dianggap sebagai pemain yang paling bersinar kala melakoni pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Belanda.
Setelah lima musim memperkuat Sriwijaya FC, Tony hirah ke Ibu Kota untuk memperkuat Persija pada 2010. Akan tetapi, pemain 31 tahun ini hanya bertahan selama semusim dengan hanya mencatatkan 24 penampilan dan dua gol.
ADVERTISEMENT
Setahun berselang, Tony diboyong Persib dan bertahan hingga saat ini. Dan, di sini lah Tony mengalami perubahan posisi bermain.
Ketika Persib dibesut Djadjang Nurdjaman, Tony--yang semula bermain sebagai winger--digeser ke posisi bek kiri. Karena mampu bermain dengan apik, posisi itu akhirnya melekat hingga saat ini.
M. Nasuha
Awalnya, nama M. Nasuha tak begitu terdengar di dunia si kulit bulat Tanah Air. Akan tetapi, semua berubah manakala pemain berposisi bek kiri ini memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010.
Nasuha dinilai menjadi salah satu kekuatan di lini belakang skuat asuhan Alfred Riedl kala itu setelah mampu menunjukkan performa gemilang selama turnamen. Penampilan itu pula yang membuat Persija kepincut untuk memboyongnya pascaturnamen.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Nasuha hanya bertaha semusim di Ibu Kota. Selanjutnya, ia memperkuat Persib selama dua musim. Sayangnya, masalah cedera membuatnya tak mampu tampil reguler setelah hanya mencatatkan 18 penampilan dengan torehan dua gol.
Baihakki Khaizan
ISL musim 2009/10 sempat memiliki warna tersendiri seiring kehadiran sejumlah penggawa Timnas Singapura. Beberapa nama seperti Noh Alam Shah dan M. Ridhuan tercatat sempat memperkuat Arema Indonesia. Sementara, Persija juga tak mau ketinggalan dengan mengontrak pemain asal Negeri Singa yaitu Precious Emuejeraye dan Baihakki Khaizan.
Dan, nama terakhir lah yang akan dibahas. Setelah berkuatat di S.League, Persija kepincut dengan penampilan Baihakki yang memang sudah menonjol kala memperkuat Singapura. Jadilah, pemain bertinggi 190 cm ini diboyong ke Ibu Kota.
ADVERTISEMENT
Penampilannya ketika itu terbilang memuaskan dengan bermain dalam 30 pertandingan. Akan tetapi, Baihakki nyatanya hanya bertahan selama semusim. Ia memutuskan untuk menerima pinangan Persib pada musim berikutnya.
Meski demikian, kariernya bersama “Pangeran Biru” tak secermelang ketika memperkuat Persija. Baihakki hanya sebanyak sembilan kali.
Abanda Herman
Selama empat musim, Persija pernah memiliki palang pintu tangguh. Ia sulit diterobos, apalagi adalam duel-duel bola atas.
Ya, Abanda Herman menjadi salah satu kekuatan Persija di lini belakang sejak 2006. Kontribusinya cukup besar dengan mencatatkan 112 penampilan dengan 20 gol.
Namun, perlahan posisinya mulai tergeser. Alhasil, Abanda memutuskan untuk pindah ke Persema Malang yang hanya bertahan selama semusim.
ADVERTISEMENT
Baru pada 2011, bek asa Kamerun ini memperkuat Persib. Tampil selama dua musim, Abanda tampil sebanyak 74 laga dengan mencetak sembilan gol.