Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Wajah Pendidikan Indonesia Pasca Pandemi Covid-19
12 November 2021 19:44 WIB
Tulisan dari Haiyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sedikit banyaknya Covid-19 memberikan warna baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Beragam ketidaksiapan telah (dan mungkin sedang) kita hadapi. Hampir semua negara mengalami hal serupa yaitu gagap dan kalangkabut ketika diserang makhluk kecil tak kasat mata tersebut. Hasilnya, beragam kebijakan dari yang benar-benar matang hingga amatir menjadi pilihan pahit bagi institusi pendidikan hingga kementerian.
ADVERTISEMENT
Beragam pelajaran sudah sepatutnya kita ambil dari darurat pendidikan selama Covid-19, mulai dari hal positif seperti penekanan digitalisasi pendidikan, sampai kepada pelajaran yang bersifat negatif seperti kurangnya literasi digital di kalangan pelajar utamanya remaja serta kurangnya inftrastruktur pendukung pembelajaran jarak jauh. Pelajaran ini seharusnya menjadikan kita semua lebih kuat dari setiap lini pertahanan, mulai dari keluarga, guru, sekolah hingga kementerian di tingkat pusat. Mengapa? Sebab pelajaran yang paling berharga merupakan pelajaran yang didapat dari pengalaman. Dan pengalaman yang diberikan oleh pandemi ini seharusnya menjadi pegangan agar ketika suatu saat dunia kembali diguncang, kita tidak gagap lagi.
Namun hari ini, berdasarkan data nasional, tingkat penularan Covid-19 semakin menurun, berbanding terbalik dengan angka vaksinasi yang terus ditingkatkan. Hal ini sudah seharusnya menjadi kabar bahagia bagi kita semua. Searah dengan hal tersebut, pendidikan juga dikabarkan akan segera kembali kepada jalan awal yaitu melakukan pembelajaran tatap muka. Namun, seperti apa wajah pendidikan pasca pandemi Covid-19? Tentu ada beberapa hal yang harus kita persiapkan serta waspadai.
ADVERTISEMENT
1. Modifikasi Kurikulum pasca pandemic Covid-19
Modifikasi kurikulum, pengembangan kurikulum atau desain ulang kurikulum sudah sepatutnya kita jalani. Hal ini perlu karena ada beberapa opsi yang harus diambil cepat selama memulai pembelajaran online. Salah satunya adalah opsi untuk menyederhanakan kurikulum. Sala satu yang harus dilakukan adalah pengembalian kompetensi dasar ke instruksi semula sudah seharusnya menjadi kewajiban. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena selama pembelajaran jarak jauh, kompetensi dasar yang dicapai mengalami pengurangan secara otomatis. Guru harus memilih dan merangkap beberapa KD untuk pencapaian dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dilakukan karena pembelajran jarak jauh sudah dipastikan tidak bisa merangkap semua kompetensi. Selain itu ada beberapa kompetensi yang memang tidak bisa dilakukan karena permasalahan jarak, terutama kompetensi dalam meningkatkan domain sikap dan perilaku pelajar. Ini harus menjadi pekerjaan rumah utama, sebab domain sikap (diantara keterampilan dan pengetahuan) merupakan hal penting dalam menyongsong masa depan. Oleh karena itu, sedikit banyaknya kebisaan dalam perancangan kurikulum atau rencana pembelajaran harus difokuskan pada garis semula, atau diperbaiki sebagaimana hakikatnya sebuah kurikulum setelah dilakukan proses audit atau evaluasi. Maka, masa transisi pasca pandemi ini merupakan waktu yang tepat untuk mengevaluasi kurikulum, baik di tangkat pusat, daerah hingga ke tingkat terkecil yaitu dalam kelas.
ADVERTISEMENT
2. Kurikulum Berbasis darurat bencana untuk mempersiapkan pilihan pahit
Sehubungan dengan adanya modifikasi kurikulum untuk mengembalikan keadaan seperti semula, maka sudah seharusnya kurikulum darurat dipersiapkan lebih matang lagi dan tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam kepala. Konsep ini harusnya menjadi pegangan utamanya bagaimana ketika pandemi atau bencana datang. Adapun yang dimaksudkan kurikulum darurat bukanlah hanya bagaimana mengisi pembelajaran dengan pengetahuan terkait bencana, melainkan adanya penyederhanaan terhadap kompetensi dasar yang harus dicapai. Hal ini menjadi penting mengingat keterbatasan yang dimiliki selama pembelajaran diselenggarakan tidak tatap muka. Pilihan pahit ini harus dimatangkan agar supaya sewaktu-waktu dbutuhkan, semua komunitas sudah siap dan tidak gagap lagi.
Selain dipersiapkan untuk menjadi pilihan pahit, tentu kurikulum darurat ini memiliki banyak sisi positif selama pembelajaran jarak jauh. Salah satu yang harus dipertahankan adalah mengurangi workload atau beban kerja yang terkait dengan hal-hal administratif. Sebab seharusnya guru dapat menggunakan waktunya untuk mempersiapkan pembelajaran yang lebih berarti yaitu dengan cara menciptakan inovasi, teknik, metode dan media pembelajaran. Sebab guru sudah seharusnya terlepas dari jerat adminstratif yang begitu menguras waktu.
ADVERTISEMENT
3. Mengedepankan digitalisasi Pendidikan
Hal lain yang ada dalam dunia pendidikan pasca pandemi ini merupakan adanya penguatan dalam hal digitalisasi pendidikan. Ini menjadi pekerjaan rumah untuk semuanya, termasuk orang tua. Pandemi ini sudah pasti melahirkan tidak hanya remaja sebagai digital native, melainkan merambah ke usia anak-anak. Tentu itu bukan suatu hal yang buruk, namun guru dan orang tua harus mengimbangi perkembangan tersebut. Yang harus dilakukan adalah bagaimana mengadaptasi metode pengajaran sudah seharusnya disesuaikan dengan teknologi digital. Dimana seharusnya pembelajaran lebih mengedepankan sebuah proses, bukan hasil. Sebab semua nilai-nilai jika diambil dari salah dan benar (hasil), maka teknologi digital sudah menyediakannya. Di sisi lain, jika dilihat dari sisi guru, beragam kemudahan dalam mengakses proses pembelajaran seharusnya menguntungkan. Berbagai bentuk pelatihan, seminar dan konferensi online sudah menjadi semacam budaya baru dalam dunia pendidikan. Hal ini menjadi nilai positif lain terkait keterbukaan informasi setelah adanya pandemic Covid-19 ini. Tentu saja ini menjadi kabar baik bagi guru untuk meningkatkan kompetensi profesional yang ada pada dirinya.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, pembelajaran setelah pandemi ini seharusnya bukan lagi sebagai proses mentransfer ilmu atau pengetahuan, melainkan bagaimana mengolah ilmu yang disediakan oleh teknologi digital tersebut. Sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Selain itu, kedewasaan dalam proses pembelajaran sudah seharusnya tercipta melalui program digitalisasi pendidikan. Namun tentu, tantangan terkait dengan digitalisasi digital ini adalah bagaimana upaya untuk menyamaratakan persepsi dan juga infrastruktur. Sebab tanpa dukungan dari infrastruktur, digitalisasi pendidikan hanya akan menjadi wacana besar tanpa hasil yang maksimal. Sebab faktanya, selama proses pembelajaran jarak jauh berlangsung, masih banyak daerah yang mengalami kendala teknis terkait teknologi digital.
4. Memperkuat pendidikan karakter
Selanjutnya, hal penting yang harus menjadi perhatian semua penyelenggara pendidikan adalah memperkuat pendidikan karakter. Sekian lama absen dari pantauan dan perhatian guru serta bergelut dengan layar, tentu sedikit banyaknya merubah pola berpikir pelajar. Hubungan sosial yang hanya berlangsung melalui media atau platform serta akses menggunakan teknologi digital yang tiada batas sudah dipastikan membuat perubahan dalam diri pelajar. Ini harus menjadi agenda dalam masa recovery/ perbaikan setelah Covid-19 sebab ini salah satu jalan ampuh dalam membangun batasan batasan terhadap siswa dan teknologi. Pendidikan karakter ini juga harus diimbangi dengan keterampilan mengolah informasi yang datang dari berbagai sumber digital atau yang akrab disebut dengan literasi digital. Dua hal ini saling berkesinambungan dan tidak boleh dipisahkan. Akar dari pentingnya pendidikan karakter dan literasi digital ini adalah perkembangan teknologi yang kian pesat. Ditambah lagi adanya wacana digitalisasi pendidikan yang menjadi program unggulan kementerian pendidikan.
ADVERTISEMENT
5. Guru dan orang tua yang tangguh
Selanjutnya, beberapa hal lain yang menjadi nilai positif setelah pandemi Covid-19 ini adalah bahwa guru dan orang tua menjadi lebih tangguh itu tidak bisa dihindarkan. Guru dan semua komunitas pendidikan termasuk orang tua merupakan unsur penting dalam pengembangan pendidikan. Mereka semua telah digembleng sedemikian rupa untuk beradaptasi dengan keadaan darurat. Selain guru dan orang tua juga telah dituntut untuk menjadi lebih aktif dan partisipatif meskipun tidak sepenuhnya. Ini merupakan pelajaran baik yang dapat dipetik selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. Tentu kinerja ini harus tetap dipertahankan guna mendukung keberhasilan pendidikan utamanya di masa recovery pasca pandemi.
Singkatnya, wajah pendidikan Indonesia pasca pandemi Covid-19 dipastikan akan lebih rumit. Banyak hal yang harus dipertahankan seperti salah satunya adalah kecakapan dalam teknologi digital yang sudah mulai terbentuk. Namun demikian, banyak pula yang harus diperhatikan guna menyesuaikan dengan keadaan seperti kurikulum, infrastruktur pendukung, dll. Masa transisi pasca pandemi ini diperkirakan akan sedikit rumit mengingat banyaknya adaptasi baru yang harus dilakukan. Namun di sisi lain guru akan lebih tangguh dalam mempersiapakan pembelajaran. Hal ini karena beragam kesulitan dalam pembelajaran jarak jauh sudah dilakukan. Secara tidak langsung, guru sudah digembleng dan menjadi guru pembelajar selama kurang lebih dua tahun di masa pandemi Covid-19 ini. (hyd)*
ADVERTISEMENT
*Haiyudi, S.Pd., M.Ed.
Department of Curriculum and Instruction, Khon Kaen University