Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sastra di Era Generasi Milenial
2 Desember 2021 21:20 WIB
Tulisan dari Haikal Gibran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sastra adalah wujud nyata ekspresi manusia yang berupa ruh Sastra adalah wujud nyata ekspresi manusia yang berupa ruh keimanan, membangkitkan pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan rangsangan verbal. alat. Melalui karya sastra, penulis menyampaikan pandangannya tentang kehidupan di sekitarnya. Oleh karena itu, mengekspresikan sebuah karya sastra berarti berusaha menemukan nilai kehidupan yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
ADVERTISEMENT
Generasi Milenial merupakan generasi pengguna media sosial untuk kepentingan pribadi, kelompok, finansial, eksistensial, dan informasional. Milenial tentu sudah tidak asing lagi dengan teknologi internet. Teknologi internet menyediakan fitur dan aplikasi yang memungkinkan ponsel yang berjalan di sistem Android dengan mudah mengakses informasi yang dibutuhkan oleh remaja milenial.
Dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, perkembangan teknologi dan informasi serta komunikasi semakin maju semakin cepat. Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat. Perkembangan media massa terus mengalami revolusi yang kesemuanya terkoneksi atau terhubung dengan internet. Buku-buku sastra hampir dilupakan, sehingga mudah mencari sesuatu di internet.
Di dunia sekarang ini, hampir semua orang, termasuk Whatsapp, Twitter, dan Instagram, menggunakan media sosial baik untuk bisnis maupun kehidupan pribadi, dan beberapa sering menggunakan media sosial dalam bahasa yang tidak baku. Tentu saja, saya tidak bisa menyalahkan dia. Di dunia maya, tidak jelas siapa dan di mana orang lain berbicara. Di dunia nyata, beberapa orang terus berinteraksi, bertemu, dan berkomunikasi di dunia maya. Bahasa media sosial bukanlah bahasa resmi, tetapi karena media sosial merupakan sarana komunikasi resmi antar teman jarak jauh, maka bahasa yang digunakan mendekati bahasa resmi dan tidak jauh berbeda dengan ejaan bahasa Indonesia. Generasi milenial tidak bisa dipisahkan dari media sosial. Media sosial merupakan salah satu dari 4.444 anak di dunia maya dan telah berkembang menjadi tren yang selama ini sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran manusia.
ADVERTISEMENT
Dalam sastra, kita tidak lagi harus terikat oleh struktur penulisan ilmiah. Dengan kata lain, itu berarti menulis dengan bebas, dan dapat diputar semudah telapak tangan Anda, tetapi sastra juga membutuhkan emosi yang logis. Sebuah sketsa kehidupan yang mengelilinginya. Hal ini dibuktikan dengan segelintir orang yang menggeluti sastra generasi penerus tanah air, disusul oleh anak-anak milenial masa kini yang lebih menyukai karya dan budaya negara lain, tapi sebagai orang Indonesia kita berurusan dengan sastra Indonesia. karya yang kaya, secara budaya tak kalah indahnya dengan karya dari negara lain.
Memang, seperti halnya sastra tidak dapat dirumuskan dari perspektif mengabaikannya, sastra tidak dapat dirumuskan dari perspektif transendental melalui sastra. Mungkin sastra adalah semacam energi batin yang menggantikan orang yang esensial, perlu, atau sejati. Ini tidak mungkin bagi mereka yang tidak memiliki sastra. Tanpa sastra, mustahil menjadi manusia. Ketika sastra direduksi menjadi integritas manusia, ketidakseimbangan yang serius muncul. Jiwa manusia memiliki semacam lubang gelap yang menghancurkan integritas manusia. Ketika orang-orang yang kosong dan tidak seimbang ini bergabung dengan sistem sosial, budaya yang dihasilkan mengejutkan dan peradaban yang membangunnya mandul.
ADVERTISEMENT
Mengapa demikian? Tidak dapat disangka bahwa sastra memiliki kekayaan dan keindahan, karena pandangan orang awam hanya dapat dilihat sebagai "sastra sama dengan puisi, cerita pendek, dan novel yang hanya menderita kata-kata imajinatif." Berangkat dari segi sosial, karya sastra tidak hanya berupa tulisan, tetapi juga sebagai sarana hiburan, sebagai jalan keluar bagi pengarang melalui tulisan, dengan melihat kondisi sosial yang dianggap menarik dan perlu dibahas.