Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Mengapa Hoax Berbahaya Bagi Karier Jurnalis?
1 Desember 2024 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Halomoan Sirait tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Isu hoax sempat menjadi bahan penelitian saya dijurusan ilmu komunikasi Universitas Diponegoro. Kata hoax, sebenarnya sudah ada sejak telekomunikasi itu sendiri telah berada ditengah tengah kehidupan kita.Awalnya, ia berbentuk pesan singkat SMS, yang tersebar secara sporadis dan mendapat respon kepengguna ponsel.Seiring perkembangannya hoax berubah menjadi hate speech (ujaran kebencian), biasanya dipakai oleh oknum tertentu di masa pemilu yang bertujuan untuk menjatuhkan citra seorang calon bupati ataupun gubernur.Media online ternamapun tak luput dari hoax, yang menyajikan berita “click bait” yang tidak berisi, dan memaksa penggunanya mengakses halaman demi halaman. Mari kita membedahnya melalui prinsip jurnalistik.
ADVERTISEMENT
Hoax merupakan informasi dalam bentuk tulisan/video yang tidak memenuhi kriteria yang paling dasar, yakni cover both sides (berita berimbang dari informan), sedemikian rupa juga ia menghilangkan 5Wplus 1H yang tidak jelas. Teknik penulisan atau meja editingpun tidak memenuhi etika jurnalistik, bahkan bertujuan untuk menggiring opini untuk menjerumuskan seseorang bahkan pembacanya. Hoax juga dapat berbentuk selebaran (black campaign) yang dipajang di papan pengumuman yang bertujuan untuk menyampaikan pesan anarkis dan perlawanan. Hal ini pernah terjadi di Fisip Universitas Diponegoro dan pelakunya adalah mahasiswa.Hoax sebenarnya bentuk komunikasi, namun cara penyampainnya tidak tepat, salah, tidak adanya kanal media bagi komunikator untuk menyuarakan suaranya sehingga ia memendam dan menyebarkan kebencian (Hate Speech).Di Indonesia sendiri, hate Speech masih dalam bentuk Surat Edaran, bukan PP atau kepres, sehingga hoax masih kurang disikapi secara serius di pemerintahan.Hoax secara jelas menggunakan foto header yang kadaluwarsa, serta objek pembicaraan yang mengada ngada dan tidak teruji kebenarannya. Hal ini biasanya mendapat laporan dari Komdigi agar kita berwaspada pada maraknya hoax diera digital.
ADVERTISEMENT
Sebagai jurnalis, hoax harus diperangi karena etika jurnalistik yang dilanggar dapat membahayakan profesi jurnalis. Hoax patut dibredel, bahkan pengawasan pada media siber saat ini sangat ketat. Hoax harus dilawan, media harus memverifikasi sumber berita, tak heran “saring sebelum sharing” adalah pesan kampanye anti hoax yang perlu digaungkan kembali.Jurnalis saat inipun haruslah diawasi sangat ketat, media harus terverifikasi, hingga sertifikasi jurnalis profesional perlu digalakkkan. Menjadi jurnalis anti hoax adalah semangat untuk kebaikan Indonesia yang lebih baik, untuk saat ini dan masa mendatang. Salam jurnalis.
Halomoan Sirait
Penulis