Konten dari Pengguna

Menggapai Sifat ‘Ibadurrahman, Hamba yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Habiburrahman
Pegawai di BAPEKIS BNI. Pencinta Buku dan Menulis
7 Oktober 2024 12:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Habiburrahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menggapai predikat "Hamba yang Maha  Pengasih, Penyayang" ('Ibadurrahman). Sumber gambar: Rawpixel.com (berlangganan)
zoom-in-whitePerbesar
Menggapai predikat "Hamba yang Maha Pengasih, Penyayang" ('Ibadurrahman). Sumber gambar: Rawpixel.com (berlangganan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi ‘Ibadurrahman, hamba yang sempurna dan pilihan di mata-Nya, tentunya menjadi dambaan bagi setiap Muslim. Allah menerangkan dalam QS Al-Furqan ayat 63 hingga 76 sifat-sifat terpuji, yang jika dimiliki oleh seseorang, ia layak mendapat predikat “Hamba yang Maha Pengasih, Maha Penyayang” (‘Ibadurrahman).
ADVERTISEMENT
Dalam buku Menggapai Sifat ‘Ibadurrahman yang diterbitkan oleh Penerbit Insan Kamil, yang merupakan terjemahan dari buku Shifaatu ‘Ibadirrahmaan filqur’aanil Kariim karya Shafwat Jaudat Ahmad, ada 12 sifat terpuji yang niscaya dimiliki oleh seorang ‘Ibadurrahman.
Dalam tulisan ini, penulis hanya akan membahas sedikit tentang sifat yang pertama dari ‘Ibadurrahman yaitu berjalan di muka bumi dengan rendah hati ( Tawadhu’).

Seorang ‘Ibadurrahman Memiliki Sifat Tawadhu’

Sifat pertama yang niscaya dimiliki oleh seorang ‘Ibadurrahman adalah sifat tawadhu. Yakni orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati.
Dalil yang menunjukkan hal ini terdapat dalam QS Al-Furqan ayat 63 yang artinya:
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”
ADVERTISEMENT
Dalam ayat tersebut, terdapat kata haunan. Dalam buku Menggapai Sifat ‘Ibadurrahman, kata Al-Haun diartikan sebagai keramahan dan kelemahlembutan, dan dibaca nashab (fathah tanwin) karena kedudukannya sebagai sifat dari kata yang disifati namun terbuang yaitu masyyan (gaya berjalan), masyyan haunan (gaya berjalan yang rendah diri).
Al-Haun adalah gaya berjalan seseorang yang sesuai dengan karakter aslinya, tidak berpura-pura dan tidak pula sombong.
Sedangkan dalam naskah Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 7 hal. 44 milik Kementerian Agama Republik Indonesia yang diterbitkan oleh Universitas Islam Indonesia (UII), apabila mereka (’ibadurrahman) berjalan terlihat sikap dan sifat kesederhanaan yang jauh dari kesombongan. Langkahnya teratur dan tidak dibuat-buat karena hendak menarik perhatian orang dan menunjukkan siapa dia.
Ada sebagian orang yang mengira bahwa maksud ayat ini ialah supaya orang mukmin apabila berjalan hendaklah menekurkan kepala dan bersikap seperti orang yang lemah lunglai tak berdaya dan tak bertenaga, berjalan pelan-pelan karena menyangka sikap yang demikian itu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang saleh dan takwa.
ADVERTISEMENT
Namun, hal tersebut keliru karena bertentangan dengan yang dicontohkan oleh Rasululah SAW.
Rasulullah SAW apabila berjalan, maka langkahnya panjang-panjang dan beliau adalah orang yang paling cepat jalannya. Beliau melangkah dengan tegap dan tenang.
Sedangkan menurut Abu Hurairah, apabila Rasulullah berjalan, seakan-akan beliau seperti turun dari anak tangga.

Penutup

Demikianlah sifat pertama yang niscaya dimiliki oleh seorang ‘Ibadurrahman. Seseorang yang apabila berjalan di muka bumi, terlihat sikap dan sifat kesederhanaan, jauh dari sifat kesombongan.
Jalannya mereka bukanlah seperti sebagian pemuda yang sengaja melenggang-melenggok, melenggang ke kiri dan ke kanan dan mengangkat dagunya dengan kesombongan, seakan-akan tidak ada orang yang lebih tampan dan gagah dari dia.
Wallahu a’lam.