Konten dari Pengguna

Jadilah Pemilih yang Cerdas

8 April 2019 10:43 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hamdi Mansur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilihan umum serentak tepatnya Rabu tanggal 17 April 2019 tinggal menghitung hari. Pemilu kali ini adalah pertama kalinya menggabungkan lima pemilihan umum sekaligus, yaitu pemilihan anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, DPD RI, dan pemilihan presiden dan wakil presiden.
ADVERTISEMENT
Kursi di parlemen yang akan diperebutkan para caleg, yaitu 575 kursi untuk DPR RI, 2.207 kursi DPRD Provinsi, 19.817 kursi DPRD Kabupaten/Kota, dan 136 kursi DPD RI.
Papan sosialisasi pemilu 2019 di kawasan Bundaran HI. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
zoom-in-whitePerbesar
Papan sosialisasi pemilu 2019 di kawasan Bundaran HI. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Pada pesta demokrasi berbiaya Rp 25,59 triliun ini akan berkontestasi para caleg DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 245.106 orang, dan calon anggota DPD RI sebanyak 807 orang yang berasal dari 34 provinsi. Sementara itu, untuk pilpres hanya ada dua pasangan calon (paslon), yaitu pasangan Joko Widodo–Ma’ruf Amin (nomor urut 01) dan Prabowo Subianto–Sandiaga Salahuddin Uno (nomor urut 02).
Lalu, sebagai bagian dari 192 juta lebih pemilih di pemilu serentak nanti, apa yang harus kita lakukan jelang hari-H yang tinggal beberapa pekan lagi? Menurut penulis, ada beberapa catatan yang mesti dicermati oleh pemilih sebagai bentuk kepedulian terhadap hajat besar politik ini.
Ilustrasi warga mengecek Daftar Pemilih Tetap (DPT) Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Pertama, pastikan nama anda dan anggota keluarga (yang berhak memilih) terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Kita bisa mengeceknya ke ketua RT setempat atau ketua KPPS tempat kita berdomisili. Jangan sia-siakan sisa waktu jelang hari-H ini untuk memastikan hal tersebut agar tidak terjadi penyesalan nanti gara-gara hak pilih kita hilang karena kesalahan kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Selain itu kita juga bisa mengeceknya dengan datang langsung ke kantor PPS (Panitia Pemungutan Suara) di kelurahan/desa setempat atau melalui portal sidalih3.kpu.go.id. Cara kedua ini lebih mudah dan praktis karena bisa dilakukan melalui telepon seluler (tentunya sudah ada jaringan internetnya).
Ilustrasi caleg mantan napi di Pileg 2019. Foto: Basith Subastian/kumparan
Kedua, cermati rekam jejak (track record) para caleg dan paslon presiden dan wakil presiden yang berkompetisi di ajang pemilu ini. Sosok para calon pemimpin kita lima tahun ke depan harus kita kenal luar dalamnya. Hal pertama yang perlu disimak adalah latar belakang masing-masing caleg dan paslon.
Satu catatan pentingnya adalah apakah para calon tersebut pernah terjerat kasus kriminal atau korupsi. Bila jawabannya ya, pastikan bahwa mereka bukan pilihan (terbaik) kita. Cermati kontribusi apa yang telah mereka berikan buat tanah air ini.
ADVERTISEMENT
Catat juga, apakah para calon tersebut selama ini telah bekerja dengan kesungguhan dan ketulusan, bukan sekedar untuk pencitraan serta komoditas politik semata. Jika kita sudah “menguliti” calon-calon tersebut, insya Allah kita tidak akan terjebak seperti membeli kucing dalam karung.
Diskusi Publik IPR "Mengintip Visi Misi Capres dan Cawapres". Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
Ketiga, pelajari baik-baik visi, misi dan program apa saja yang ditawarkan oleh para caleg dan kedua paslon. Mengetahui visi dan misi mereka sangat penting bagi pemilih agar kita paham arah dan cita-cita yang akan diperjuangkan dalam membangun negeri berpenduduk sekitar 269 juta ini.
Karena calon pemimpin dan wakil rakyat yang baik harus bisa memberikan guidance yang jelas dan tepat mau dibawa kemana rakyat yang akan dipimpin atau diwakilinya. Inilah pentingnya visi dan misi itu dipaparkan ke khalayak pemilih. Begitu pula dengan program-program yang ditawarkan, apakah sudah cukup membumi dan realistis untuk diimplementasikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan?
ADVERTISEMENT
Program-program yang bersentuhan langsung dengan basic needs (kebutuhan dasar), seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, dan penyediaan lapangan kerja, yang harus menjadi catatan pemilih ketika menentukan siapa pemimpin dan wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.
Keempat, cermati juga sejauh mana kedekatan para caleg dan kedua paslon itu dengan berbagai kalangan masyarakat. Bagaimana interaksi mereka dengan kalangan akar rumput (grass root), pemuda, pedagang, tokoh masyarakat, tokoh agama, seniman, komunitas, ormas, elite politik dan ekonomi serta elemen bangsa lainnya?
Bagaimana komunikasi politik yang mereka bangun selama ini? Mampu membangun hubungan yang harmonis dan sinergis dengan berbagai kalangan adalah modal yang sangat penting agar program-program pembangunan yang dicanangkan mendapatkan support dan bisa berjalan lancar tanpa ekses.
Mural tolak politik uang Foto: ANTARA FOTO
Kelima, waspadai munculnya praktik money politics (politik uang) khususnya di saat-saat terakhir menjelang pencoblosan. Meskipun money politics termasuk kategori perbuatan yang diharamkan dalam sistem demokrasi kita, namun keberadaannya sulit dihindari, khususnya bagi caleg dan paslon yang tidak percaya diri dan memiliki sindrom takut kalah.
ADVERTISEMENT
Beragam cara dan modus dipakai untuk memenangkan calon yang dijagokan, mulai dari pemberian sembako gratis; uang bensin untuk kampanye, bagi-bagi amplop; hingga iming-iming hadiah menarik bagi tim sukses yang mampu memenangkan caleg dan paslon di TPS tertentu.
Apa yang harus kita sikapi menghadapi fenomena money politics tersebut ? Jika kita ingin menjadi pemilih yang cerdas dan beretika sekaligus untuk membangun iklim demokrasi yang sehat, maka sudah saatnya kita berani mengatakan tidak pada money politics.
Jargon “ambil uangnya dan jangan pilih orangnya” harus kita buang jauh-jauh dan kita ganti dengan “jangan ambil uangnya dan jangan pilih orangnya.” Sebab jika kita masih berpegang pada jargon pertama itu sama saja ikut melestarikan praktik money politics.
Dalam mural tersebut kita diajak untuk perangi Hoax, Anti Golput, Anti Politik Uang dan SARA. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Sebagai penutup, marilah kita mulai berpolitik secara sehat dan beradab lewat ajang pemilu serentak ini. Jangan mudah terpengaruh dan terprovokasi oleh berbagai macam godaan, ajakan dan rayuan dari pihak manapun yang ingin menang dengan prinsip menghalalkan segala cara.
ADVERTISEMENT
Jika kita sudah terperangkap oleh berbagai jebakan tersebut maka penyesalan lah yang kita dapat. Marilah kita songsong hajat besar politik ini dengan sikap dan perilaku politik yang cerdas dan bermartabat. Selamat mencoblos!
Keterangan:
* Tulisan ini dibuat untuk mengisi rubrik Opini (Create History) di kumparan News.
**Penulis adalah anggota Forum Akselerasi Masyarakat Madani Indonesia (FAMMI). Tinggal di Depok.