Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Puisi Sapardi Djoko Damono
24 Maret 2017 4:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Hamid Fadaq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam Doaku
Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak
memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima
cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan
menerima suara-suara
ADVERTISEMENT
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku
kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,
yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil
kepada angin yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang
mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di
ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang
tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga
itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat
perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan
menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi,
dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang
dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah
batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak
putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
ADVERTISEMENT
Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai
mendoakan keselamatanmu