Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Ngeramat, Momen yang Ditunggu-tunggu oleh Warga Rumpin
21 Juni 2021 18:56 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:05 WIB
Tulisan dari Wanda Hamidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi ngeramat merupakan sebuah tradisi unik yang biasa dilakukan oleh warga desa tempat saya tinggal, yaitu Desa Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Ngeramat merupakan tradisi yang dilakukan warga Rumpin dengan cara pergi menuju ziarah ke makam karamat. Tujuan warga ngeramat yaitu untuk mendapatkan keberkahan, mencapai maksud dan tujuan keinginan warga Rumpin.
Saya dan teman-teman saya juga ikut serta melakukan tradisi ngeramat ini. Tradisi ngeramat ini biasanya dilakukan satu hari setelah hari Raya Idul Adha, tidak hanya saya yang mengikutinya, tetapi hampir seluruh Warga Rumpin juga ikut berbondong-bondong ke makam Syeh Abdul Ateng dan Mbah Raden Saliman untuk berziarah. Sosok kedua Syeh ini merupakan sosok yang sangat berjasa dalam penyebaran agama islam di Rumpin.
Lokasi tempat dimakamkannya kedua syeh ini tidak begitu jauh jaraknya dari rumah saya hanya memerlukan waktu 10 menit dengan berjalan kaki. Warga Rumpin biasa menyebut tempat ini dengan sebutan karamat. Karamat ini terletak di kampung Rumpin tepatnya di daerah yang biasa disebut dengan sebutan Batu Payung. karamat terdapat sungai cisadane yang disebrangnya terdapat desa lain. Warga desa tersebut terkadang juga mengikuti dan meramaikan tradisi ngeramat ini.
Di pagi hari sebelum pembacaan yasin bersama-sama, biasanya dilakukan pembacaan manaqib terlebih dahulu yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat. Pembacaan manaqib ini bertujuan untuk mengambil berkah dari Syeh Abdul Qodir Jaelani.
ADVERTISEMENT
Dalam pembacaan manaqib ini biasanya warga menyediakan air di dalam sebuah ember besar yang diberi bunga dan wewangian, warga biasa menyebutnya dengan air panadaran. Air ini biasa digunakan warga untuk diteteskan ke mata dengan menggunakan daun sirih.
Ketika saya mencoba memakainya, rasanya sangat perih di mata, meskipun begitu, saya tetap memilih untuk memakainya. Karena warga di sini meyakini dengan diteteskannya air panadaran ke mata, akan membuat mata lebih sehat dan bersih.
Setelah pembacaan manaqib selesai biasanya dilanjutkan dengan membaca yasin dan doa bersama-sama yang ditujukan untuk Syeh Abdul Ateng dan Mbah Raden Saliman.
Selain momen untuk berziarah, ngeramat juga biasa dijadikan sebagai momen silahturahmi. Setelah selesai berziarah, saya dan teman-teman saya biasanya berkumpul bersama dan makan bersama-sama dalam satu tempat (nampan). Makanan tersebut biasanya sudah disediakan oleh masyarakat yang tinggal di dekat makam karamat.
ADVERTISEMENT
Selesai makan, saya dan teman-teman saya kemudian mengabadikan momen tradisi ini dengan pergi ke cisadane untuk sekadar menikmati pemandangan dan foto-foto.
Tradisi ngeramat ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu khususnya oleh saya, dan umumnya oleh warga Rumpin. Tradisi ini menjadi salah satu yang unik di daerah Rumpin dengan melakukan ziarah ke Makam Syeh Abdul Ateng dan Mbah Raden Saliman. Yang mana dengan dilakukan ziarah ini, warga Rumpin meyakini akan mendapatkan keberkahan, serta maksud dan tujuan yang mereka miliki dapat tercapai.