Banyak orang sepakat dengan anggapan bahwa humor dan pesantren ibarat dua sisi dalam satu mata koin yang sama. Yang kemudian jadi pertanyaan, mengapa kesan tersebut muncul? Mengapa secara khusus saya menuliskan tema humor dan hubungannya dengan pesantren serta Nahdlatul Ulama ?
Setidaknya ada dua alasan. Pertama, di komunitas muslim inilah humor terus tumbuh dari dulu sampai sekarang. Tokoh-tokohnya identik dengan humor dan memiliki kekhasan masing-masing. Mereka juga masih bermunculan dari generasi ke generasi, memproduksi banyak tema humor—dari agama, ekonomi, politik, keluarga, hingga yang menertawakan diri sendiri.
Sebab kedua, Muhammadiyah dan institusi pendidikannya (sekolah dan universitas-universitas) sudah telanjur dipersepsikan sebagai organisasi yang miskin humor.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814