Konten dari Pengguna

Peran Guru BK Dalam Menanggulangi Bullying Di Sekolah

Hana
Mahasiswa Bimbingan Konseling Universitas Sebelas Maret Surakarta
12 November 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Foto oleh Luca Nardone: Photo by Luca Nardone: https://www.pexels.com/photo/person-drowning-in-water-3651632/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto oleh Luca Nardone: Photo by Luca Nardone: https://www.pexels.com/photo/person-drowning-in-water-3651632/
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, sering kali kita dengar dan temui kasus bullying di kehidupan sekitar kita tanpa disadari. Tidak hanya terjadi di lingkup pekerjaan, bullying juga marak terjadi di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi wadah untuk menimba ilmu. Fenomena bullying merupakan sebuah tindak perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi orang lain secara emosional, fisik, maupun mental. Tindakan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor pendukung yang menyebabkan dampak fatal terhadap pihak korban yang dirugikan, entah secara mental maupun fisik.
ADVERTISEMENT
Atas terjadinya kasus fenomenal seperti bullying ini, seorang guru BK (Bimbingan Konseling) yang berkompeten hendaknya melakukan sebuah penanggulangan akan terjadinya bullying di sekolah. Guru Bimbingan Konseling memiliki sebuah peran penting dalam menanggulangi bullying di sekolah melalui pendekatan preventif, intervensi langsung, dan dukungan pemulihan yang dapat mendorong terciptanya lingkungan belajar yang kondusif bagi seluruh peserta didik.
Beragam Upaya dapat dilakukan untuk mengurangi dan mengentaskan perilaku bullying, diantaranya dengan mengoptimalkan layanan bimbingan konseling kepada seluruh peserta didik secara merata. Menurut Prayitno (2012: 253), tugas guru BK/konselor dalam pelayanan konseling antara lain membantu mengatasi masalah melalui berbagai jenis layanan. Pemberian layanan dasar dalam bentuk jenis layanan informasi dapat menjadi sebuah opsi layanan yang diberikan secara klasikal, dengan tujuan agar informasi yang diberikan lebih tepat sasaran. Informasi yang akan diberikan ini berupa informasi terkait pengertian bullying, jenis-jenis bullying, dan dampak dari bullying itu sendiri. Bagi siswa yang menjadi pelaku ataupun korban, dapat diberikan layanan konseling individu ataupun konseling kelompok.
ADVERTISEMENT
Saya berpendapat, bahwa pemberian layanan informasi merupakan langkah yang sangat tepat sebagai tindakan yang tepat untuk menanggulangi bullying di sekolah. Karena seperti yang kita tahu, bullying sendiri bukan menjadi kata yang awam bagi anak usia dini dan hal ini dapat memberi efek yang buruk di kemudian hari apabila tidak diluruskan oleh pihak yang lebih profesional.
Didukung oleh data Komisi Nasional PA, kasus kekerasan seksual dan perundungan yang terjadi kepada anak di Indonesia makin meningkat setiap tahunnya. Lonjakan yang signifikan ini mencapai 21 ribu yang dilaporkan menjadi korban perundungan. Di mana hal ini tentu saja membuat peran guru BK semakin dibutuhkan dalam menangani kasus perundungan di sekolah. Jadi, sudah sepatutnya seorang guru BK mempunyai program pemberian layanan bimbingan konseling bagi peserta didik, khususnya pengenalan terkait bullying.
ADVERTISEMENT
Dengan pemberian edukasi mengenai bullying, seorang guru BK sudah melaksanakan perannya untuk membantu mengentaskan masalah perundungan yang semakin marak. Adanya layanan lanjutan berupa konseling individu ataupun kelompok juga merupakan bentuk Upaya guru BK untuk mengatasi permasalahan bullying di sekolah. Pasalnya, konseling individual atau kelompok dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan rasa empati, serta belajar mengelola sebuah konflik secara sehat, yang pada akhirnya dapat mengurangi perilaku bullying dalam jangka Panjang. Dengan melihat penjelasan di atas, marilah kita mengentaskan perilaku perundungan agar hal ini tidak merujuk ke arah yang lebih jauh yaitu kriminalitas.
disusun oleh: Hana Chrystina Koesdiarti dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.