Konten dari Pengguna

Pasar Senen dan Kenangannya

Hana Mufidah
Journalism fresh-graduated.
11 Juli 2023 17:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hana Mufidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (24/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (24/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap tempat yang pernah dikunjungi bagi setiap orang, punya kenangannya masing-masing. Entah itu kenangan dengan suasana bahagia, sedih, marah, atau sekadar perasaan nostalgia. Seperti diriku yang memiliki secuil kenangan pada sebuah pasar yang setiap kuingat, selalu buat aku rindu masa-masa tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski kenangan itu sudah berlalu sejak 2020, masih teringat jelas perasaan menegangkan di mana kami – aku, Nadia, dan Tari – bolos sekolah. Untuk pertama kalinya saat SMA, aku bolos untuk pergi ke Pasar Senen bersama kedua kawanku. Dengan masih berpakaian seragam putih abu-abu, kami menuju Pasar Senen dengan niat untuk mencari buku persiapan Ujian Nasional dan SBMPTN.
Sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dikatakan bolos, karena hari itu merupakan hari Pancasila, dan sekolah kami mengadakan perlombaan untuk memperingatinya. Sayangnya kami tidak boleh pergi dari area sekolah hingga seluruh rangkaian acara selesai, meskipun perlombaan yang kami ikuti sudah selesai.
Daripada menunggu hari hingga sore dengan kebosanan dan membuang waktu berharga begitu saja, mengapa tidak gunakan waktu kosong itu untuk hal lain?
ADVERTISEMENT
Kami telah merencanakan hal tersebut pada hari sebelumnya, sehingga kami sudah mempersiapkan bawaan seperti baju ganti dan uang lebih untuk di perjalanan.
Sebelum pergi, kami sempat mengganti baju atasan agar nanti lebih nyaman. Setelah itu, kami diam-diam pergi ke luar area sekolah di saat tidak ada yang berjaga di depan pagar. Dengan jantung yang berdebar-debar, kami menunggu angkot yang lewat di depan sekolah untuk menuju Stasiun Kranji.
Tidak lama kemudian, angkot K10 berwarna merah datang membawa kami di siang yang terik itu pergi menjauhi sekolah.
Ini kali pertama aku pergi ke Pasar Senen. Orang bilang di sana banyak buku bekas yang masih bagus layak dibaca, atau pakaian-pakaian modis yang murah, dan tentu saja kuliner pinggir jalannya.
ADVERTISEMENT
Pada zaman aku masih SMA, kereta menuju Jakarta Kota dari arah Bekasi tidak perlu transit di Stasiun Manggarai. Diingat-ingat, sudah banyak perubahan yang terjadi di dunia perkeretaapian. Sebagai orang yang suka bepergian menggunakan KRL, terasa sekali perbedaannya.
Walaupun jauhnya jarak dari Bekasi ke Pasar Senen apalagi menggunakan kendaraan umum, tidak terasa kami sampai di Stasiun Pasar Senen. Dengan mengandalkan Google Maps, kami keluar dari stasiun menuju Pasar Senen. Untungnya tidak jauh, hanya berjarak 400 meter dari stasiun dengan waktu tempuh 5 menit.
Tidak jauh dari stasiun, kami mampir ke sebuah warung bakso untuk mengisi perut kami dengan pedasnya kuah bakso yang gurih. Kedua temanku memesan bakso lengkap dengan mie kuningnya, sedangkan aku hanya memesan segelas jeruk dingin karena masih kenyang dari soto yang kumakan di kantin sekolah.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai menghabiskan semangkuk bakso hingga setitik kuah tidak tersisa, kami melanjutkan petualangan kami dengan berjalan santai sambil menikmati setiap jalan yang kami lewati. Sebelum akhirnya kami melewati Terminal Pasar Senen.
Terik matahari makin terasa menyengat menembus kulit saat sampai terminal meskipun jarum jam sudah menunjuk hampir di angka tiga. Dengan kaki yang sedikit terburu-buru, kami ingin cepat menemukan tempat berteduh.
Akhirnya sampailah kami di area buku bekas di Pasar Senen yang sinar mataharinya tidak begitu semenyengat sebelumnya di terminal tadi. Cukup lama kami mengitari area tersebut untuk melihat satu persatu toko buku yang ada.
Pada saat itu tidak begitu banyak toko yang sedang buka, tapi tetap banyak buku yang disediakan. Buku yang dijual juga murah, baik yang masih tersegel ataupun yang bekas. Tapi entahlah buku-buku yang dijual tiruan atau bukan.
ADVERTISEMENT
Setelah cukup lama mengelilingi setiap sudut toko, kami melihat toko yang menjual novel bekas yang masih bagus dan ditawarkan dengan harga yang murah. Terlebih, bukunya terlihat asli. Tergoda untuk menambah koleksi buku di rumah, mumpung murah, aku dan satu temanku membeli novel bekas tersebut.
Setelah puas mengelilingi Pasar Senen, tak lupa foto random yang dijepret sebagai kenang-kenangan, dan berakhir membeli novel alih-alih buku soal UN dan SBMPTN yang sebenarnya merupakan tujuan awal, kami pun berniat untuk pulang ke Bekasi karena hari sudah memberikan tanda-tandanya untuk menggelap.
Saat berjalan balik menuju Stasiun Pasar Senen, kami menemukan sebuah kedai es cendol bandung yang sangat ramai antrean dan seluruh kursinya hampir penuh. Penasaran dan kebetulan sedang ingin menghilangkan dahaga, kami sepakat untuk membelinya.
ADVERTISEMENT
Kami menuju salah satu penjualnya dan meminta untuk dibuatkan tiga gelas sambil mengangkat ketiga jari. Tanpa jeda, tangan mas-mas tersebut dengan gesit meracik minuman bersantan itu.
Tiga gelas es cendol bandung yang menyegarkan siap dieksekusi. Kami menikmatinya sembari membicarakan hal-hal random seperti tidak menyangka bahwa kami benar-benar lolos dari penjagaan gerbang sekolah, hingga kami yang saat ini berhasil sampai di Pasar Senen setelah sekian lama merencanakan.
Es cendol bandung yang menyegarkan (Hana Mufidah)
Candaan dan tawa besar seperti saat itu akan selalu dirindukan. Karena ketika seperti sekarang, di mana kami sudah berjalan pada alur hidupnya masing-masing, sulit untuk saling melihat wajah satu sama lain. Sebuah tempat benar-benar meninggalkan kenangan yang jika kita kembali, memori akan ikut terputar dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
Kami, pada sore menjelang malam itu, pulang dengan perasaan puas sambil membaca novel yang sempat dibeli. Meski lelah dan kepanasan, cerita hari itu akan kembali dibawa ketika kami akan bertemu kembali, secara utuh.