Konten dari Pengguna

Strawberry Generation: Apakah karena Pola Asuh Orang Tua?

Siti Hana Maysuroh
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 November 2024 12:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Hana Maysuroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diambil pada 27 Desember 2022
zoom-in-whitePerbesar
Diambil pada 27 Desember 2022
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, istilah strawberry generation sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Istilah ini identik dengan kondisi mental generasi muda saat ini, yaitu Gen Z. Banyak yang mengatakan bahwa Gen Z itu lemah, rapuh, mudah stress, mudah mengeluh, mudah menyerah, dan semacamnya. Kondisi tersebut diibaratkan seperti buah strawberry yang terlihat indah diluar namun mudah hancur apabila diinjak atau ditekan. Kebanyakan orang malah sibuk menyalahkan Gen Z yang dianggap terlalu manja. Tapi, pernah tidak terpikirkan oleh kita, apa sih yang menyebabkan terbentuknya kepribadian strawberry generation itu? Apakah ada kaitannya dengan pola asuh orang tua?
ADVERTISEMENT
Dalam podcast Helmi Yahya Bicara, dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ mengatakan bahwa hal yang menyebabkan anak memiliki mental strawberry adalah karena pola asuh orang tua yang terlalu permisif atau terlalu memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa ada aturan yang tegas, sehingga anak menjadi leluasa melakukan apapun sesuka hatinya.
“Orang tuanya juga sih sometimes yang terlalu permisif sih, Pak. Karena mereka sekarang punya facilities, sekarang mereka secara ekonomi lebih baik, trus kan kadang orang suka bilangnya dulu jaman gua susah, moga-moga anak saya jangan susah. Tapi akhirnya terlalu ekstrim tuh, over facilitating… trus, over caring ya jadi satu anak pembantunya tiga, belum lagi sama supir pribadinya. Mau gimana ngomong tentang kemandirian kan kalau begitu,” ujar dr. Elvine ketika ditanya tentang strawberry generation oleh Helmi Yahya, selaku host di podcast tersebut (Helmy Yahya Bicara, 2024, menit 2:42).
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, orang tua perlu menyiasati agar mental strawberry tidak terbentuk di dalam diri anak. Ibu Krisna Dewi Maharti, M.Th memberikan tips untuk mencegah terbentuknya strawberry generation saat menjadi narasumber di podcast Today’s Massage. Berikut tips tersebut:
1. Tanamkan Daya Juang pada Anak
Hal ini penting dilakukan agar anak tidak terbiasa menerima sesuatu dengan mudah. Misalnya, saat anak meminta untuk dibelikan mainan, jangan langsung diberikan begitu saja, tapi biarkan anak untuk berjuang mendapatkan apa yang ia inginkan. Ajarkan ia menabung, katakan padanya bahwa tabungan tersebut nanti bisa ia gunakan untuk membeli mainan yang ia inginkan. Dengan begitu, akan terbentuk mindset bahwa jika ia menginginkan sesuatu, maka ia harus berusaha mendapatkannya, tidak meminta dan merengek kepada orang tua.
ADVERTISEMENT
2. Latih Kemandirian Anak
Untuk melatih kemandirian anak bisa dimulai dari rumah. Orang tua bisa mengajak anak untuk ikut serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan tempat tidur sendiri, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Dengan begitu anak akan mandiri, tidak mudah bergantung pada orang lain, dan tidak manja. Selain melatih kemandirian anak, hal tersebut juga bisa mempererat hubungan anak dan orang tua, karena semuanya saling bekerja sama untuk melakukan pekerjaan rumah.
Selain hal itu, kemandirian yang harus dilatih pada anak adalah mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan permasalahan yang ia dapatkan. Hal ini bisa dilatih dengan cara tidak langsung membantu anak disaat anak terkena suatu masalah, tapi biarkan ia mencoba menyelesaikannya terlebih dahulu. Misalnya, anak mendapatkan tugas dari gurunya di sekolah dan ia mengeluh tidak bisa mengerjakannya, maka yang harus dilakukan orang tua adalah memotivasi anaknya agar jangan menyerah dulu, tapi coba kerjakan sesuai arahan yang diberikan oleh gurunya, kalau memang nanti tugasnya belum selesai, baru dibantu. Dengan begitu, anak memiliki mindset tidak gampang menyerah sehingga saat ia dihadapkan dengan suatu masalah ia bisa menyelesaikan permasalahan tersebut tanpa harus bergantung pada orang tuanya atau pada orang lain.
ADVERTISEMENT
3. Tidak Memberikan Kelimpahan Materi pada Anak
Banyak sekali orang tua yang hanya memberikan uang atau materi dan memberikan segala fasilitas, tapi setelah itu anaknya ditinggalkan bersama pembantu dan pengasuhnya dan dilepas begitu saja tanpa adanya kontrol dari orang tua. Orang tua yang seperti ini biasanya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, maka sebagai bentuk perhatiannya adalah dengan memfasilitasi segala kebutuhan anaknya dan cenderung memenuhi segala keinginan anaknya. Jika semua keinginan anak dipenuhi, maka akan terbentuk kepribadian anak yang mudah menyerah, mudah putus asa, tidak mau berusaha, egois, berjiwa lemah dan rapuh karena tidak terbiasa mendapatkan penolakan maupun tekanan sehingga anak akan rentan terkena gangguan mental.
Ibu Krisna juga mengatakan bahwa jika anak sudah terlanjur memiliki mental strawberry, hal yang bisa dilakukan orang tua adalah berkomunikasi dengan anak. akui kesalahan yang pernah dilakukan seperti meminta maaf karena selalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk anak. Jika mental anak sudah terlanjur lemah, rapuh, dan daya juangnya menurun, namun orang tua tidak mampu untuk mengubahnya, maka orang tua dan anak bisa berkonsultasi dengan psikologi atau konseling keluarga.
ADVERTISEMENT
Sumber :
Helmi Yahya Bicara. (2024, 4 November) Blak-blakan dengan dr Elvine Gunawan: Kenapa Gen Z Sulit Diajak Kerja? [Video]. YouTube. https://youtu.be/IOYvLJ960-0?si=xJj87bXdzWnELRBk
Today's Message. (2022, 2 Juni). STRAWBERRY GENERATION [Video]. YouTube. https://youtu.be/_leNBuXBFfA?si=Y5JQ6N5Qr7GAj453