Konten dari Pengguna

Eco-Friendly Detergent: Buah Lerak Penyelamat Lingkungan

Hanan Ilun
Saya Hanan Ilun mahasiswa psikologi Universitas Pembangunan Jaya
1 November 2024 13:55 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanan Ilun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber: shutterstock.com

“How Simple Change Can Drive Environmental Sustainability”

ADVERTISEMENT

Miris! Kondisi Air di Indonesia Semakin Buruk!

Air yang menjadi sumber daya alam utama di Bumi, kini mengalami permasalahan yang cukup serius. Sifatnya yang mampu melarutkan berbagai jenis zat memiliki konsekuensi bahwa air sangat rentan terkena polusi (Putri, 2020). Pencemaran air menjadi isu yang belakangan ini kerap diperbincangkan terutama dari segi kualitasnya yang mengalami penurunan. Pencemaran air terjadi di badan air seperti laut, sungai, dan danau yang biasanya disebabkan karena perilaku manusia (Putri, 2020). Survei oleh World Wide Fund for Nature di Indoensia tahun 2019 melaporkan bahwa 82% dari 550 sungai kondisinya memprihatinkan (Afrilia, 2022). Menurut Dyah, indeks kualitas air di Indonesia tahun 2022 masih di bawah rata-rata karena tercemar oleh limbah air rumah tangga, industri pertanian dan peternakan (Anam, 2022). Nety Widyanti menerangkan bahwa dari 2.070 sungai di Indonesia, kondisi sungai yang baik hanya sekitar 19% dan 81% sungai lainnya telah tercemar (Riani, 2024).
ADVERTISEMENT
Permasalahan ini juga terjadi di wilayah Ciputat tepatnya di kawasan Situ Rompong yang berada di desa Rempoa. Situ tersebut awalnya memiliki luas sekitar 2 hektare, namun setelah adanya pembangunan rumah warga, kini luasnya berkurang menjadi 1,7 hektare. Situ Rompong yang dulunya digunakan sebagai daerah resapan air, kini telah beralih fungsi menjadi pemukiman dan tempat pembuangan sampah serta limbah rumah tangga. Peralihan fungsi menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga membuat air di kawasan tersebut menjadi tercemar. Limbah rumah tangga seperti air bekas mencuci sering kali di buang begitu saja. Akibatnya, kualitas air di wilayah tersebut menjadi sangat buruk, bahkan sampai menimbulkan bau dan warnanya berubah menjadi hijau keruh.
Semua ini Ulah Siapa?
ADVERTISEMENT
Pencemaran air yang marak terjadi saat ini tak lepas dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Apakah semua interaksi manusia dengan lingkungannya akan berakhir pada sesuatu yang merusak? Interaksi manusia dengan lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu interaksi yang saling menguntungkan dan yang saling merugikan (Lestari, 2022). Interaksi manusia terhadap lingkungan dapat dilihat dari perilakunya. Steg & Groot (2019) membagi perilaku terhadap lingkungan menjadi dua yaitu perilaku ramah lingkungan dan perilaku tidak ramah lingkungan. Pencemaran yang terjadi sering kali disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan seperti membuang limbah rumah tangga tanpa melalui proses pengolahan. Sepakat dengan hal tersebut, Firmansyah et al (2021) menjelaskan bahwa pencemaran air sungai disebabkan oleh limbah industri dan limbah rumah tangga. Sagala et al. (2020) mengatakan hal yang sama bahwa pencemaran terjadi akibat pembuangan limbah domestik dan industri yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Efek Samping Penggunaan Deterjen
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah membuat kebutuhan deterjen sebagai cairan pembersih semakin meningkat (Larasati et al., 2021). Lalu, apa yang salah dengan penggunaan deterjen untuk mencuci? Pembuangan limbah sisa deterjen ke perairan ternyata dapat menyebabkan pencemaran air. Hal ini terjadi karena cairan deterjen mengandung senyawa kimia berbahaya yang dapat mengubah komposisi air sehingga kualitas air menurun dan tidak berfungsi secara maksimal. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh A salah satu pegiat lingkungan di sebuah komunitas “aku ngeliat di lingkungan rumahku ada pengendapan limbah deterjen yang bikin air tercemar” ucapnya. Tercemarnya air oleh senyawa kimia deterjen dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi atau peristiwa meningkatnya perkembangbiakan alga dan tanaman air. Alga yang mati, nantinya akan menghasilkan mikroorganisme melalui proses pembusukan (Utami, 2024). Mikoorganisme mengonsumsi oksigen dalam jumlah besar sehingga kadar oksigen dalam air berkurang. Kurangnya kadar oksigen dalam air menyebabkan organisme di dalamnya tidak mendapat oksigen yang cukup dan kemudian mati.
ADVERTISEMENT
Buah Penyelamat Lingkungan
Kerusakan ekosistem perairan yang disebabkan oleh limbah sisa deterjen semakin memburuk, sehingga perlu adanya produk alternatif dari deterjen konvensional untuk aktivitas mencuci. Di tengah kerusakan yang terjadi, produk deterjen dengan berbahan alami kini mulai bermunculan, salah satunya adalah produk deterjen dengan berbahan dasar Buah Lerak. Buah ini mengandung senyawa Saponin yang berfungsi sebagai deterjen (Nurrosyidah et al., 2023). Senyawa inilah yang mampu mengeluarkan busa dan dapat digunakan sebagai bahan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya. Riset mengenai produk deterjen yang terbuat dari Buah Lerak telah dilakukan oleh Riska Kurniawati seorang Mahasiswi Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa deterjen cair berbahan dasar Buah Lerak dapat digunakan sebagai produk deterjen yang ramah lingkungan karena tidak mengandung senyawa kimia (Kasih, 2021).
ADVERTISEMENT
Kesadaran, Tanggung Jawab, dan Norma Sosial
Siapa sangka? aktivitas mencuci yang kita lakukan sehari-hari ternyata menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup serius. Mungkin saat ini dampak dari kerusakan tersebut tidak secara langsung dirasakan oleh kita. Tapi lambat laun, kerusakan tersebut akan menimbulkan masalah baru seperti meningkatnya risiko penyakit gatal-gatal dan diare. Kalau sudah begitu, yakin masih mau diam? Dan sampai kapan kita diam? Sebelum kondisinya semakin parah, ada upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kerusakan yang terjadi, salah satunya adalah dengan membiasakan perilaku ramah lingkungan. Steg & Groot (2019) mengungkapkan bahwa perilaku ramah lingkungan diartikan sebagai upaya sadar yang dilakukan seseorang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungannya. Perilaku ini sering kali dipengaruhi oleh norma sosial, tanggung jawab, dan kesadaran akan lingkungan (Bahi et al., 2017). Sebelum menerapkan perilaku ramah lingkungan penting bagi kita untuk menumbuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Mengapa demikian? Karena perilaku ramah lingkungan hanya akan muncul ketika manusia mampu menyadari masalah yang terjadi di lingkungannya dan memiliki rasa tanggung jawab untuk mengambil tindakan (Bechtel & Churchman, 2002)
ADVERTISEMENT
Perubahan Kecil namun Berdampak Besar
Persoalan lingkungan kini sangat tampak di depan mata kita. Mirisnya, sebagai manusia justru kitalah yang menjadi faktor terbesar munculnya persoalan tersebut. Pencemaran air akibat penggunaan deterjen telah menjadi bukti nyata bahwa kitalah dalang dari semua ini. Persoalan ini seharusnya cukup dijadikan bahan refleksi agar kita menyadari bahwa apa yang kita lakukan, apa yang kita gunakan, apa yang kita putuskan sangat menentukan kondisi lingkungan di masa depan. Kita menjadi ujung tombak utama yang memegang kendali atas keberlanjutan lingkungan. Sudah saatnya kita mengambil tindakan untuk mengatasi persoalan yang terjadi. Mulailah dengan berkomitmen pada diri sendiri untuk melakukan perubahan kecil seperti perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan deterjen berbahan dasar Buah Lerak menjadi contoh konkrit dari perubahan kecil namun memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Afrilia, D. (2022). Indonesia Kaya Sumber Air Tapi Terancam Krisis Air Bersih, Apa Penyebabnya? 22 Maret 2022. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/03/22/indonesia-kaya-sumber-air-tapi-terancam-krisis-air-bersih-apa-penyebabnya#google_vignette
Anam, K. (2022). Indeks Kualitas Air Indonesia Masih Rendah, Kenapa? 06 December 2022. https://www.cnbcindonesia.com/news/20221206153547-4-394262/indeks-kualitas-air-indonesia-masih-rendah-kenapa
Bahi, G. F., Pol, E., & Navarro, O. (2017). Handbook of Environmental Psychology and Quality of Life Research. Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-319-31416-7
Bechtel, R. B., & Churchman, A. (2002). HANDBOOK OF ENVIRONMENTAL PSYCHOLOGY. Jhon Wiley & Sons.
Firmansyah, Y. W., Setiani, O., & Darundiati, Y. H. (2021). Kondisi Sungai di Indonesia Ditinjau dari Daya Tampung Beban Pencemaran: Studi Literatur. 6. https://doi.org/https://doi.org/10.32672/JSE.V6I2.2889
Kasih, A. P. (2021). Inovasi Detergen Ramah Lingkungan, Mahasiswa Unpad Raih Penghargaan Internasional. 24 Agustus 2021. https://edukasi.kompas.com/read/2021/08/24/142318471/inovasi-detergen-ramah-lingkungan-mahasiswa-unpad-raih-penghargaan
Larasati, N. N., Wulandari, S. Y., Maslukah, L., & Zainuri, M. (2021). Kandungan Pencemar Detejen Dan Kualitas Air Di Perairan Muara Sungai Tapak, Semarang. Indonesian Journal of Oceanography, 3. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/ijoce.v3i1.9470
ADVERTISEMENT
Lestari, A. D. (2022). Pengaruh pencemaran limbah detergen terhadap ekosistem perairan. Ndonesian Journal of Science. http://jurnal.pusatsains.com/index.php/jsi/article/view/72
Nurrosyidah, I. H., Putri, E. N., Klau, I. C. S. K., Wulandari, I., & Arif. (2023). Formulasi Deterjen Eco-Friendly Ekstrak Etanol Biji Buah Lerak (Sapindus rarak DC) Kombinasi Surfaktan Decyl Glucoside dan Lauryl Glucoside. 2. https://doi.org/https://doi.org/10.30651/cam.v2i1.17955
Putri, A. S. (2020). Pencemaran Air: Pengertian, Penyebab, Dampak, Pencegahan. 15 Januari 2020. https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/170000969/pencemaran-air-pengertian-penyebab-dampak-pencegahan#:~:text=Badan air dapat tercemar oleh berbagai macam zat%2C,domestik %28rumah tangga%29 Limbah industri Insektisida dan pestisida
Riani, A. (2024). Kondisi Terkini Sungai di Indonesia, Identifikasi Sumber Pencemar Jadi Kunci Perbaiki Kualitas Air. 26 Januari 2024. https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5514705/kondisi-terkini-sungai-di-indonesia-identifikasi-sumber-pencemar-jadi-kunci-perbaiki-kualitas-air
Sagala, N., Tendean, M., & Sulastriningsih, H. S. (2020). Analisis Kontribusi Limbah Domestik Terhadap Kualitas Air Sungai Tondano-Sawangan Sulawesi Utara. https://www.researchgate.net/publication/346356236_Analisis_Kontribusi_Limbah_Domestik_Terhadap_Kualitas_Air_Sungai_Tondano-Sawangan_Sulawesi_Utara
ADVERTISEMENT
Steg, L., & Groot, J. I. M. De. (2019). Environmental Psychology (Second Edi). Jhon Wiley & Sons. http://psychsource.bps.org.uk
Utami, S. N. (2024). Eutrofikasi: Pengertian, Penyebab, dan Akibatnya. 22 Januari 2024. https://www.kompas.com/skola/read/2024/01/22/190000269/eutrofikasi--pengertian-penyebab-dan-akibatnya#google_vignette