Self Esteem Remaja Cemburuan

Hanan Ilun
Saya Hanan Ilun mahasiswa psikologi Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
16 Desember 2022 17:45 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanan Ilun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi remaja cemburu.canva.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi remaja cemburu.canva.com
ADVERTISEMENT
Kamu Terlalu Berharga Untuk Merasa Cemburu!
Remaja Butuh Pacaran?
Fenomena pacaran kini sudah sangat membumi khususnya di kalangan remaja. Remaja yang tidak memiliki pacar atau kekasih dianggap belum memiliki identitas yang utuh sebagai seorang remaja. Tidak hanya itu, seorang remaja yang belum memiliki pacar biasanya menjadi bahan ledekan oleh teman sebayanya. Ketika awal memasuki masa remaja dan belum memiliki seorang pacar, saya sering kali mendapat pertanyaan dan komentar yang cukup menyebalkan dari orang sekitar.
ADVERTISEMENT
“Udah punya pacar belum?”
“Kok udah gede belum punya pacar?”
“Kamu kan ganteng, masa gak ada yang mau sama kamu?”
Setelah mendapat pertanyaan dan komentar yang cukup menjengkelkan itu saya berpikir bahwa ternyata pacaran sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi remaja. Beberapa teman juga pernah bercerita kepada saya bahwa dirinya merasa kesepian, hidupnya terasa hampa tanpa kehadiran sosok pacar. Bahkan, sebagian dari mereka meminta saya untuk mencarikan sosok pacar atau sering dikenal dengan istilah saya dijadikan “mak comblang".
Sebagai makhluk sosial pada umumnya manusia tidak mampu untuk menjalani kehidupan tanpa bantuan dari orang lain. Wisnuwardhani (2017) mengatakan bahwa manusia terus-menerus berupaya membangun suatu hubungan dan interaksi dengan sesama, mencoba merekam dan memahami kebutuhan satu sama lain. Interaksi sosial antara laki-laki dan perempuan tidak menutup kemungkinan terjalinnya sebuah hubungan spesial guna memenuhi kebutuhan dari masing-masing individu. Salah satu hubungan spesial yang banyak dijalani oleh kaum remaja adalah romantic love atau berpacaran. Hasil Peninjauan Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN pada tahun 2014 melaporkan lebih dari 50% remaja Indonesia, yaitu mencapai hingga 77% remaja pria dan 76% remaja wanita telah menjalin hubungan romantic love, berpacaran atau berkencan (Ohee & Purnomo, 2018).
ADVERTISEMENT
Motif Pacaran Remaja
Remaja memiliki beragam alasan dalam menjalin hubungan pacaran di antaranya adalah untuk memperoleh jati diri, memperbaiki perilaku, dan memahami orang lain. Fase remaja dikenal dengan fase pencarian jati diri. Pada fase ini remaja butuh pengakuan bahwa dirinya bukan lagi seorang anak-anak. Melalui pacaran, seorang remaja secara tidak langsung menunjukkan bahwa dirinya telah memperoleh kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya.
Fenomena pacaran remaja banyak menimbulkan kontroversi karena dampak negatif yang dirasakan dari perilaku pacaran sangatlah besar. Akan tetapi, perilaku pacaran ternyata juga memiliki sisi positifnya lho! Di antaranya adalah remaja mampu memperbaiki perilakunya. Pernah mendengar istilah bucin atau budak cinta? Saya tidak tahu kapan pertama kalinya istilah itu muncul, tetapi yang pasti istilah tersebut ditujukan untuk seseorang yang rela melakukan apa saja demi kekasih yang dicintainya, termasuk untuk mengubah perilaku. Sebagai contoh, remaja yang malas mengerjakan tugas karena sang pacar ia menjadi semangat untuk mengerjakan tugas.
ADVERTISEMENT
Sosok pacar juga berperan penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri remaja. Kepercayaan diri pada remaja dapat meningkat karena pasangan kekasihnya menganggap bahwa dirinya berharga. Selain itu, kepercayaan diri akan muncul ketika adanya dorongan sosial dari teman dan lingkungan sekitar (Sakti & Rozali, 2015). Remaja akan merasa puas ketika telah mendapatkan pengakuan dari pacarnya. Ketika seorang remaja diakui sebagai makhluk paling sempurna oleh kekasihnya, maka segala macam bentuk hinaan atau cacian tentang dirinya itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Mereka hanya berpikir “Yang penting pacar gue mengakui kalau gue adalah makhluk paling sempurna di muka bumi”
Kecemburuan Berujung Kematian!
Perlu diperhatikan oleh para remaja bahwa akan ada banyak ketegangan yang terjadi dalam menjalin hubungan romantic love, seperti marah, stres, kecurigaan, putus asa, serta dapat memunculkan tindakan agresif memukul atau, bahkan membunuh. Hal itu karena tidak adanya komitmen dari masing-masing individu sehingga terjadi ketidaksetiaan dan kurangnya kepercayaan terhadap pasangan. Individu yang tengah menjalani hubungan romantis cenderung menjadi pribadi yang possesive atau overprotective. Kedua sifat tersebut akan menimbulkan sifat kecemburuan apabila dimiliki secara berlebihan. Menurut Yulianto (2010), kecemburuan dalam sebuah hubungan percintaan dinamakan dengan romantic jealousy.
ADVERTISEMENT
Kecemburuan yang kerap dialami oleh pasangan remaja juga dibentuk melalui kekhawatiran berlebih, kecurigaan, dan persepsi bahwa teman atau orang lain lebih unggul daripada diri mereka sendiri. Apa yang akan terjadi jika seorang remaja cemburu terhadap kekasihnya? Menurut Febriansyah (2019) sikap cemburu berpotensi menjerumuskan seseorang kepada hal-hal yang tidak baik seperti kekerasan, pembunuhan, serta tindakan agresif lainnya. Pasangan yang memiliki tingkat romantic jealousy yang tinggi, mereka akan lebih merasa takut kehilangan, cemas, posesif, stres emosional, kecewa, marah, bahkan depresi. Namun sebaliknya, pasangan dengan tingkat romantic jealousy yang rendah akan merasa lebih nyaman dan percaya satu sama lain dalam menjalani suatu hubungan, serta tidak mengalami emosi negatif yang berlebihan seperti marah, stres, kecewa, dan depresi (Sembiring, 2018).
ADVERTISEMENT
Peran Self Esteem dalam Romantic Jealousy
Menurut White (dalam Demirtas & Dönmez, 2006) kecemburuan adalah sebuah representasi dari rendahnya harga diri (self esteem). Pernyataan tersebut didukung oleh Buunk (dalam Russell & Harton, 2005) yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemburuan antara seseorang dengan self esteem positif dan seseorang yang memiliki self esteem negatif. Hal tersebut menggambarkan bahwa salah satu dimensi yang memiliki pengaruh terhadap kecemburuan adalah self esteem. Menurut Erol dan Orth (2016) juga self esteem dari masing-masing pasangan romantic love berpengaruh terhadap kepuasan hubungan yang sedang mereka rasakan.
Self esteem merupakan tingkat penerimaan diri seseorang baik secara positif maupun negatif. Bagaimana jika seorang remaja memiliki self esteem yang negatif dalam menjalin hubungan romantic love? Apa yang akan terjadi? Remaja dengan self esteem negatif akan memiliki tingkat romantic jealousy atau kecemburuan yang tinggi sehingga mengalami beberapa kesulitan dalam menjalin suatu hubungan, baik hubungan pertemanan maupun hubungan dengan kekasih. Kurangnya kepercayaan terhadap dirinya dan orang lain menyebabkan seorang remaja cenderung melakukan perbandingan yang negatif terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan dalam Menjalin Hubungan
Hubungan pacaran atau pertemanan dapat dikatakan berhasil apabila individu merasa diakui oleh kekasihnya serta hadirnya sebuah dorongan oleh orang sekitar yang mampu menaikkan rasa keberhargaan diri individu tersebut. Apabila individu merasa bahwa dirinya tidak pantas dan terjadi penolakan terhadap dirinya, hal itu menyebabkan individu merasa terasingkan atau terisolasi sosial sehingga tidak mampu untuk menjalani suatu hubungan dengan baik (Alwisol, 2019).
Untuk menjalin hubungan dengan orang lain, seseorang terlebih dahulu memperbaiki hubungan dengan dirinya sendiri. Mencoba lebih mengenal diri sendiri sehingga seseorang mampu menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya secara positif. Perbandingan diri atau self comparison boleh dilakukan apabila seorang remaja melakukannya dengan tujuan menjadikan orang lain sebagai motivasi untuk berkembang menjadi diri yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Gausah Cemburu! Kamu Tidak Seburuk Itu
Menurut sudut pandang psikologis, pacaran merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh para remaja. Kecemburuan di dalamnya juga tidak dapat terhindarkan. Remaja perlu mengetahui bahwa kecemburuan merupakan cerminan dari self esteem yang buruk. Ketika seorang remaja merasa bahwa dirinya berharga dan bisa menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya, maka self esteem secara perlahan akan terbangun menjadi self esteem yang positif. Oleh karena itu, mereka tidak perlu untuk merasa cemburu, apalagi sampai menganggap diri mereka tidak berharga.